Sebenarnya pengen nulis daftar film yang enak ditonton saat putus cinta, terus mengawali tulisan ini dengan paragraf,
“Huahaaha. Akhirnya jadi tulisan juga. Sebelumnya cuma jadi list di Letterboxd aja. Tapi ini yang menurutku lebih huahahaha sih. Akhirnya aku nulis lagi setelah lama nggak nulis di blog. Letterboxd ternyata masih nggak cukup untuk membendung keresahanku. Lagian sekarang juga lagi masa cuti melahir---- eh enggak dong. Cuti kerja aja. Waktu luangnya masih nyisa banyak. Selain itu juga karena DOMAIN BLOG SEMAKIN TAHUN SEMAKIN MAHAL ANJIIIIR.... Sayang kalau nggak diisi satu atau dua tulisan per tahun. Wkaka per tahun. Anjir lah dulu mikirnya itu per minggu. Sekarang per tahun.”
Eh tapi setelah dicoba tulis, kok kayaknya bakal panjang banget jadinya. Ada 15 film btw, dan aku pengen nambah lagi sih dua film hehe. Yaitu Kabir Singh (2019) dan Jaoon Kaha Bata Ae Dil (2018). Iya iya. Dua-duanya film India. Sekarang aku lagi suka-sukanya sama film-film India btw.
Ini penampakan poster film-filmnya:
Sebenarnya bisa sih tetap nulis itu kayak Candra Aditya kalau lagi bikin thread di Twitter tentang daftar film-film Indonesia. Tapi buat orang baperan kayak aku yang satu film aja bacotannya udah banyak apalagi kalau filmnya relatable, rasanya nggak bakal bisa kayak gitu. Rasanya sayang gitu kalau satu film dibahasnya singkat huhuhu.
Aku sempat mutusin buat.... ah udahlah nggak usah nulis di blog lagi memang udah bener. Tapi nggak deh. Setelah denger podcast-nya Firman yang INI, aku jadi ngerasa aaaaah aku ini kayak lagi nyari-nyari alasan untuk nggak ngeblog. Yaudah deh akhirnya aku mutusin buat nulis tentang salah satu film yang ada di list itu. Film mana yang bener-bener pengen aku bacotin di blog. Film mana yang benar-benar relate sama apa yang aku rasakan sekarang.
Terpilih Queen (2013). Aku ngerasa semua orang harus tau film India bagus ini! Whoooooaaah!
FYI, aku nonton ini juga baru beberapa hari yang lalu. Nonton ulang lebih tepatnya. Aku udah pernah nonton ini berkali-kali. Dikarenakan berita-berita soal Indonesia akhir-akhir ini cukup melelahkan untuk disimak dan diterima (kabut asap, pembebasan koruptor dipermudah, KPK ambyar, RKUHP yang pasal-pasalnya nggak penting dan denda ora jelas dilangsungkan), aku mutusin buat nonton ulang film-film yang bisa ngasih perasaan "I feel good!" setiap habis nontonnya. Film tentang putus cinta ini adalah salah satunya.
Aku nggak pernah bosan nonton Queen. Nggak akan pernah malah. Ini film yang punya tokoh utama cewek lugu nan polos sementara filmnya mengandung muatan dirty jokes. Ya nggak parah sih dirty jokes-nya, tapi cukup bangke juga. Adegan belanja oleh-oleh di toko sex toy itu bikin ngakak banget sih.
Tapi bukan karena itu aku sampai memuja Rani (Kangana Ranaut), tokoh utamanya film ini. Bukan karena itu aku nggak ragu ngejadiin dia sebagai role model, panutan, junjungan. HAIL QUEEN!
Btw, tulisan ini mengandung SPOILER ya.
Nggak bisa dipungkiri ketika kita mengagumi dan menjunjung tinggi seseorang, ada rasa iri di dalamnya. Sepanjangan film, aku diselimuti rasa iri. Aku iri sama Rani si anak rumahan yang bakal nikah di umur 24 tahun. Umur yang aku jadikan sebagai target nikah impian. Sama Rajkummar Rao pula nikahnya. Rajkummar Rao ini salah satu aktor India kesayanganku, selain Ayushmann Khurrana, Ranbir Kapoor, dan of course, The King of Bollywood. Shah Rukh Khan ehehe.
Tapi iriku mulai goyah begitu konflik film ini mulai terlihat. Rani yang lagi senang-senangnya karena sebentar lagi dia bakal nikah, terus dua hari sebelum hari besarnya, tunangannya, Vijay (Rajkummar Rao) minta buat ketemuan. Begitu ketemuan sama Vijay, Rani dengan polos dan riangnya nanya kurang lebih,
“Kita nikah dua hari lagi lho. Kamu udah nggak sabar ya mau ketemu aku?”
Tapi jawaban yang dikasih Vijay....
Vijay mutusin Rani. Vijay ngebatalin pernikahannya sama Rani. Dengan alasan pengen fokus kerja dan dia ngerasa kalau nikah sama Rani, dia nggak bakal bisa berkembang.
Cowok bangsat. FOKUS KERJA GIGIMU ITUUU. Tapi aktingnya Rajkummar Rao bagus sih. Aku jadi makin sayang huhuhu.
Rani sempat mohon-mohon sama Vijay, tapi Vijay dengan sengaknya tetap sama keputusannya. Aku masih ngerasa sakit hatinya sampai sekarang huhuhu.
Sampai akhirnya Rani mutusin buat ngejalanin rencana bulan madunya yang awalnya mau sama Vijay jadinya sendirian.
Rasa iriku bangkit lagi. Kali ini iri yang bercampur kagum parah. Aku iri sama Rani yang nggak lama berdiam di kamar begitu dapat masalah sebesar itu. Rani nggak membiarkan dirinya sampai nggak makan berhari-hari dan kena penyakit maag akut. Aku iri sama kemandirian Rani yang mutusin buat ke Paris sendirian. Aku iri sama Rani yang bisa menghadapi serangan jambret yang bikin aku deg-degan berasa lagi ngeliat adegan pemerkosaan di Irreversible (sama-sama di Paris dan di tempat sepi yang sebelumnya harus lewat dengan tangga pula!).
Aku iri sama Rani yang berteman sama Vijayalakshmi (Lisa Haydon), pelayan di hotel tempat dia nginap di Paris. Berawal dari obrolan, "Why all men want big?" Aku iri sama Rani yang bersenang-senang di Paris dengan bimbingan Vijayalakshmi. Aku iri sama Rani yang akrabnya sama Vijayalakshmi kayak udah kenal lama.
Aku iri sama Rani yang pergi ke Amsterdam, lagi-lagi sendirian. Menjalani hari-harinya di sana dengan lugu. Aku iri sama Rani yang temenan baik sama Oleksander (Mish Boyko) dkk. Nongkrong bareng. Ketawa bareng. Nangis bareng. Bahkan temenan sama Marcello, si pemilik restoran Italia, walaupun dengan awal yang nggak enak.
Aku iri sama Rani yang berbakti sama orang tua. Rani anak yang penurut. Waktu minta izin buat bulan madu sendirian ke Paris dan Amsterdam, dia nggak memaksakan kehendaknya. Dia menyerahkan keputusannya itu sama orang tuanya.
"Aku tak akan pergi kalau ayah tidak mengizinkan."
Kira-kita begitu katanya.
Padahal itu haknya kan. Coba kalau aku ada di posisi Rani, mungkin aku bakal meminta hakku itu dengan nangis-nangis heboh ala Lucinta Luna waktu ngelabrak Deddy Corbuzier. Aku bakal meminta pengertian kedua orang tuaku.
“Huaaaaa anak mama bapak ini lagi patah hati nah. Tolong dikasih izin pang buat nyenengin diri daripada anaknya stress di rumaaah.”
Mungkin itu yang bakal aku bilang ke mama bapakku.
Astaga. Aku malu sama Rani.
Eh tapi aku sempat ngerasa lagi cosplay Rani sih waktu ke Balikpapan kemarin dalam rangka nonton Midsommar (2019). Soalnya aku jalan sendirian ehehe. Izin ke orang tuaku juga nggak harus pake nangis-nangis bombay dulu. Eh tapi beda sih. Samarinda-Balikpapan nggak ada apa-apanya dibanding India-Paris huhuhu.
Oke lanjut.
Aku iri sama Rani yang imannya kuat dan tegas. Ditelpon berkali-kali sama mantannya, Vijay, nggak baper buat nelpon balik. Didatangin langsung ke Amsterdam, nggak langsung luluh. Coba kalau aku, di-chat mantan yang masih disayang aja udah baper. Ditelpon bawaannya deg-deg-an. Diajak balikan URING-URINGAN ANTARA MAU SAMA NGGAK HUHUHUHU.
Aku iri sama Rani yang 'seputih' itu. Rani orangnya lugu dan hatinya bersih. Rasanya nggak ada kebencian dalam dirinya. Dia sedih diputusin Vijay, tapi nggak sampai naroh dendam. Kalau aku jadi Rani, mungkin aku bakal kata-katain itu si Vijay dengan kalimat,
"Noh syukurin! Rasakno! Situ mau balik sama aku akhirnya kan! Hah!”
Bukannya bilang, "Thank you!" kayak ucapannya Rani ke Vijay pas di ending. Tepatnya waktu Vijay kira Rani datang ke rumah buat ngomong mau balikan, taunya mau balikin cincin sebagai tanda nggak mau balikan.
Aku iri sama Rani. Waktu masih pacaran, Vijay nggak bolehin Rani kerja, dengan alasan,
“Kamu nggak percaya kalau nikah sama aku nanti, hidupmu bakal terjamin?”
Vijay nggak sabaran dan nggak percayaan sama Rani. Vijay nggak ngebolehin Rani mengekspresikan diri dengan menari di kondangan, karena takut imejnya bisa rusak akibat tindakan Rani yang menurutnya menjijikkan itu. Padahal itu ya biasa aja. Semua itu rasanya familiar buat aku, atau buat cewek-cewek lain yang pernah 'dikekang' pacarnya. Tapi Rani nggak terpuruk sama Vijay yang begitu. Rani sadar kalau udah diperlakukan buruk (yang awalnya dia pikir itu perlakuan wajar). Terus semakin mantap buat move on. Bukannya menyalahkan diri sendiri dan terus menerus terkurung dalam kesedihan.
Aku iri sama Rani dan mikir, selalu bikin aku mikir, kalau move on dari mantan bukan berarti harus dapat pacar baru. Tapi kehidupan baru. Diri yang baru. Perubahan Rani dari awal film sampai akhir film itu kentara. Mulai dari penampilannya (rambutnya keriting ngembang jadi lurus), caranya bertahan hidup (nyebrangnya nggak gugupan lagi), kemampuannya bersosialisasi (dari yang segan temenan sama cowok sampai enjoy banget temenan sama cowok), dan kepribadiannya (jadi lebih ceria daripada sebelumnya). Rani bener-bener panutan banget.
Anjir. Ini iri-iri mulu ya daritadi huhuhu.
Oke terakhir.
Aku iri sama Rani yang... aku iri dia bisa setegas dan sebaik itu. Tegas akan perasaannya. Tegas akan dirinya. Tegas dia mau bahagia yang kayak gimana. Tegas ke cowok yang pernah nyakitin dia. Setiap habis nonton film ini, aku selalu berasa jadi remah-remah Slai Olai. Bener-bener nggak ada apa-apanya dibanding Rani yang tegas. Aku pikir ngasih kesempatan kedua adalah bentuk kebaikan. Tapi Rani nggak kayak gitu. Rani ngelakuin kebaikan dengan caranya sendiri.
Vijay nggak layak dapat kesempatan kedua.
Mungkin semua cowok yang pernah nyakitin, memang nggak layak dapat kesempatan kedua.
Btw, judulnya Queen karena Rani dalam bahasa Inggris artinya Queen. Ratu. Rani ‘berkuasa’ atas perasaannya dan kebahagiaannya sendiri. Nggak perlu ada campur tangan Vijay di dalamnya.
Aku jadi mikir arti namaku. Aku nggak tau persisnya sih. Kata mamaku, arti namaku yaitu Hairunnisa adalah “Sebaik-baiknya wanita.” Tapi aku ingat sama kata-kata Dina, teman SMK-ku. Dia bilang arti namaku itu “Wanita yang bingung,” karena namaku nggak ada huruf K-nya. Anjir. Sampai sekarang aku kesel sih Dina ngartiin namaku gitu. Kesal juga karena nama lengkapku harusnya memang Khairunnisa sih. Itu orang aktenya typo pas nulis namaku huhu.
Hufh.
Mungkin karena itu aku bingung buat move on yang baik itu gimana. Tapi udah ada Queen. Bikin aku iri, kagum, dan pengen bisa kayak dia.