Maksa bener, ya. Hahahaha. Tapi gimana, tulisan kali ini bakal jadi banyakan curhatnya daripada review tentang filmnya. Tulisan ini berupa fakta...
Betapa butanya aku sama film musikal komedi berjudul Pitch Perfect.
Udah lama nggak ketemu, komunikasian jarang... eh itu anak ujug-ujug nge-chat ngajak nonton. Mau bayarin pula.
Ini Dina sehat?
Dia pake nggak nyebutin judul film yang mau ditonton pula. Nebak-nebak, malah ngelak mulu itu si bangke. Ngeselin.
Acara tebak menebak judul film yang menyebalkan itu ditutup dengan...
Sengaja bawa-bawa Dogtooth btw hahahak.
Aku sempat liat sih di daftar coming soon ada Pitch Perfect 3. Dia penggemar berat Pitch Perfect. Nebak itu, dia nggak ngeiyain. Sok misterius, anjir. Terus aku mikir, setauku itu film nggak ada action-action-nya deh. Aku makin penasaran dan makin nggak sabar buat ketemu Dina.
Apalagi ini dibayarin ya, kaaaaaaaaan. Yuhuuuuu~
Informasi yang maha penting. Aku nggak nonton dua film Pitch Perfect sebelumnya. Alasannya karena kurang suka sama film tentang sekumpulan cewek-cewek bernyanyi akapela mengejar impian mereka itu. Aku sempat ceritain itu sedikit di review La La Land. Terus mendulang amarah Kang Rido Arbain.
Nah, seperti yang aku udah bilang di atas, Dina itu penggemar berat Pitch Perfect. Ditambah lagi dia paham kalau seleraku berbanding terbalik sama dia. Makanya dia ngajakin aku. Semacam bikin supaya aku keluar dari zona nyaman nontonku kali, ya.
Tiba di hari H, yaitu hari Rabu. Tanggal 27 Desember. Aku ngecek website Cinema XXI dan nyocokin janjian nonton.
PITCH PERFUCK 3 BITCH PERFECT 3 TAYANGNYA PAS SAMAAN DENGAN JANJIAN KAMI.
Ckckckckck. Dina terciduk mau nonton itu film. Aku ngikik-ngikik geli sambil merancang hinaan apa yang bakal aku lontarkan buat film itu.
Satu jam lagi mau pulang kerja, aku nemuin halangan. Kami para admin harus lembur karena alokasi stok dari pusat belum masuk.
Betapa butanya aku sama film musikal komedi berjudul Pitch Perfect.
Last call bitches! Eh, pitches! |
Ini Dina sehat?
Dia pake nggak nyebutin judul film yang mau ditonton pula. Nebak-nebak, malah ngelak mulu itu si bangke. Ngeselin.
Acara tebak menebak judul film yang menyebalkan itu ditutup dengan...
Sengaja bawa-bawa Dogtooth btw hahahak.
Aku sempat liat sih di daftar coming soon ada Pitch Perfect 3. Dia penggemar berat Pitch Perfect. Nebak itu, dia nggak ngeiyain. Sok misterius, anjir. Terus aku mikir, setauku itu film nggak ada action-action-nya deh. Aku makin penasaran dan makin nggak sabar buat ketemu Dina.
Apalagi ini dibayarin ya, kaaaaaaaaan. Yuhuuuuu~
Informasi yang maha penting. Aku nggak nonton dua film Pitch Perfect sebelumnya. Alasannya karena kurang suka sama film tentang sekumpulan cewek-cewek bernyanyi akapela mengejar impian mereka itu. Aku sempat ceritain itu sedikit di review La La Land. Terus mendulang amarah Kang Rido Arbain.
Nah, seperti yang aku udah bilang di atas, Dina itu penggemar berat Pitch Perfect. Ditambah lagi dia paham kalau seleraku berbanding terbalik sama dia. Makanya dia ngajakin aku. Semacam bikin supaya aku keluar dari zona nyaman nontonku kali, ya.
Eh enggak. Ini sih karena dia emang nggak mau nonton sendirian makanya cari teman nonton.
Ckckck. Dasar lemah itu si Dina.
*sambil kibasin ujung jilbab*
*banggain diri sendiri yang sering nonton sendirian*
*tapi Dina keren sih bisa ntraktir orang, nggak kayak aku huhu*
Ckckck. Dasar lemah itu si Dina.
*sambil kibasin ujung jilbab*
*banggain diri sendiri yang sering nonton sendirian*
*tapi Dina keren sih bisa ntraktir orang, nggak kayak aku huhu*
Tiba di hari H, yaitu hari Rabu. Tanggal 27 Desember. Aku ngecek website Cinema XXI dan nyocokin janjian nonton.
PITCH PERFUCK 3 BITCH PERFECT 3 TAYANGNYA PAS SAMAAN DENGAN JANJIAN KAMI.
Ckckckckck. Dina terciduk mau nonton itu film. Aku ngikik-ngikik geli sambil merancang hinaan apa yang bakal aku lontarkan buat film itu.
Satu jam lagi mau pulang kerja, aku nemuin halangan. Kami para admin harus lembur karena alokasi stok dari pusat belum masuk.
"Kayak waktu itu ya, temaaaaan. Kemungkinan masuk kalau nggak habis Maghrib, ya habis Isya." kata Mbak Vemy, SPV-ku, dengan riang.
Dengkulku kerasa kopong habis denger itu. Lemas selemas-lemasnya.
Aku terbujur kaku di meja kerjaku. Nggak mood mau ngapa-ngapain. Langsung uring-uringan meeeeen. Bingung ini acara nontonnya sama Dina gimana.
KENAPA HARUS HARI INI SIH LEMBURNYA? HAAAAAAAH KENAPAAAA?!
INI SI DINA BELUM TENTU BESOK-BESOK BISA DAN MAUUUUU!
HUAAAA TIKET NONTON GRATISKUUUUUUUU HUAAAAA!!!!
Rina, Mbak Yanti, Mbak Eka, dan Mbak Ucy mutusin buat jajan pentol bakar di seberang kantor. Sementara aku tetap di ruangan, chatting-an sama Dina. Setelah berpikir keras mijit-mijit kepala, aku pun mutusin buat nonton jam 9 aja.
MOMEN JARANG-JARANG LHO INI DINA YANG NGAJAKIN NONTON.
Gemas, aku pun langsung nelpon Dina.
"Aku tadi lagi antri pas kamu chat. Hahahaha. Eh emangnya kamu nggak papa pulang malam?"
"Nggak papa aja gin. Din, doain aku mudahan aku cepat pulang, ya. Nggak kayak lembur biasanya sampe jam 10. Doamu pasti cepat terkabul. Kan kamu orang Islam, Din."
"Aku tadi lagi antri pas kamu chat. Hahahaha. Eh emangnya kamu nggak papa pulang malam?"
"Nggak papa aja gin. Din, doain aku mudahan aku cepat pulang, ya. Nggak kayak lembur biasanya sampe jam 10. Doamu pasti cepat terkabul. Kan kamu orang Islam, Din."
"Hah?"
"Eh, orang alim maksudnya."
Sekelebat aku langsung ingat perubahan Dina yang sekarang memutuskan untuk hijrah. Pake jilbab lebar, pake kaos kaki, ngeharamin diri sendiri buat upload foto atau pasang foto....
Doanya Dina, doaku, doa siapapun ternyata terkabul. Stok masuk dan kerjaan kelar pukul 8. Sontak aku bilang "I LOVE YOU!" sama Mbak Vemy sebelum ninggalin ruangan.
Nyampe di Big Mall sekitar pukul sembilan kurang. Aku lari-larian di eskalator dan nyalip orang-orang yang lewat. Seperti biasa. Mana bioskopnya di lantai 5 lagi. Bangkai.
Tinggal satu lantai lagi, Dina nelpon aku.
"Aku nunggu depan Amazone. Kamu di mana udah?"
"Dikit lagi nyampe."
"Pokoknya kalau ada cewek jalan grasak-grusuk, itu pasti kamu."
Bangkai.
Pas udah ketemu, aku dan Dina langsung masuk ke teater. Rame anjis. Bangkunya pada penuh. Untungnya Dina milih bangku F tanpa aku minta. Hal yang pernah dia lakukan dulu waktu kami nonton Deadpool.
Baru naroh pantat, dia udah ngomong,
Tinggal satu lantai lagi, Dina nelpon aku.
"Aku nunggu depan Amazone. Kamu di mana udah?"
"Dikit lagi nyampe."
"Pokoknya kalau ada cewek jalan grasak-grusuk, itu pasti kamu."
Bangkai.
Pas udah ketemu, aku dan Dina langsung masuk ke teater. Rame anjis. Bangkunya pada penuh. Untungnya Dina milih bangku F tanpa aku minta. Hal yang pernah dia lakukan dulu waktu kami nonton Deadpool.
Baru naroh pantat, dia udah ngomong,
"Cha, kalau kamu mau tidur nggak papa dah. Mau ngapain aja terserah."
Aku ngakak sengakak-ngakaknya. Ngakak campur kasihan. Ini dia sampe bela-belain bayarin aku yang nggak suka Pitch Perfect, cuma karena nggak mau nonton sendirian.
Aku ngakak sengakak-ngakaknya. Ngakak campur kasihan. Ini dia sampe bela-belain bayarin aku yang nggak suka Pitch Perfect, cuma karena nggak mau nonton sendirian.
Pas filmnya mulai, aku sok-sok nguap demi menimbulkan efek Din-aku-tuh-nggak-suka-deh-serius. Dina ngakak-ngakak kesal.
Seterusnya aku ngerasain momen di mana banyak penonton pada ketawa, sementara aku bingung itu apa yang lucu. Huhuhu. Habisan jokes-nya itu ngena buat yang udah paham karakter mereka sih. Jadi aku butuh nanyain karakternya yang banyak itu ke Dina, supaya bisa berbaur dengan tawa mereka. Dengan sabar, Dina ngejawabin sambil bisik-bisik.
"Iya, dia ini itu aneh memang. Kalau ngomong suaranya kecil, tapi pintar nge-beatbox."
"Dia yang paling lugu jadinya dibully Fat Amy."
"Ngakak, Cha. Soalnya dia itu senang ngeseks."
Otomatis aku baru bisa ngakak kalau udah dapat penjelasan dari Dina. Ngakak yang terlambat. Huhuhu.
Seterusnya aku ngerasain momen di mana banyak penonton pada ketawa, sementara aku bingung itu apa yang lucu. Huhuhu. Habisan jokes-nya itu ngena buat yang udah paham karakter mereka sih. Jadi aku butuh nanyain karakternya yang banyak itu ke Dina, supaya bisa berbaur dengan tawa mereka. Dengan sabar, Dina ngejawabin sambil bisik-bisik.
"Iya, dia ini itu aneh memang. Kalau ngomong suaranya kecil, tapi pintar nge-beatbox."
"Dia yang paling lugu jadinya dibully Fat Amy."
"Ngakak, Cha. Soalnya dia itu senang ngeseks."
Otomatis aku baru bisa ngakak kalau udah dapat penjelasan dari Dina. Ngakak yang terlambat. Huhuhu.
Tapi aku langsung ngakak sih pas bagian ada dialog,
"Jadi, yang mana yang namanya Jessica dan Ashley?"
Hayo, mana yang namanya Ashley mana yang Jessica? |
Nonton ini juga kayak jadi ajang tebak lagu. Pas adegan riff off, aku sama Dina nebak-nebak lagu yang dinyanyikan Beca (Anna Kendrick) dkk itu judulnya apa. Dengan bisik-bisik karena nggak mau ganggu penonton lain. Seru sih, dan berilmu. Ilmu yang aku dapat dari situ adalah...
Ariana Grande seorang Yahudi.
Semoga itu bukan spoiler.
Oke, aku mau nyempilin ini sih. Buat ngebuktiin aku paham aja kok sama jalan ceritanya Pitch Perfect 3 ini. Huehehe.
Pitch Perfect 3 bercerita tentang anggota grup akapela bernama The Barden Bellas yang udah lulus kuliah dan menjalani kehidupan masing-masing. Kehidupan yang.... ugh. Ya, yang baru lulus kuliah or sekolah, pasti ngerasain gimana nggak enaknya kehidupan setelah itu. Bahkan Beca (Anna Kendrick) yang udah bisa ngewujudin mimpinya terjun ke dunia musik, tetap ngerasa nggak bahagia.
Sampai akhirnya mereka memutuskan buat reuni alias nyanyi bareng lagi, dengan tampil di hajatan yang diadain USO (United Service Organization). Tapi mereka harus bisa mengalahkan para penyanyi lain, agar bisa jadi grup penyanyi pembuka DJ Khaled di puncak hajatan itu. Saingan The Barden Bellas cukup tangguh, salah satunya adalah band rock beranggotakan empat wanita. Band bernama Evermoist.
Pitch Perfect 3 yang ini ternyata ada action-nya. Beda sama yang 1 dan 2.
PANTASAN AKU BINGUNG YE KAN PAS DINA NGAJAKIN NONTON FILM TANPA NGASIH TAU JUDULNYA APA. COMEDY ACTION DIA SEMPAT BILANG. AKU PIKIR ITU ANAK MAU NONTON 5 COWOK JAGOAN CKCKCKCKCK.
Tapi action-nya bukan dihasilkan dari medan tempat Beca dkk bernyanyi, di mana mereka jadi wanita penghibur di markas tentara USO. Wanita penghibur yang menghiburnya dengan nyanyi, maksudnya. Bukan juga dihasilkan dengan persaingan antara mereka dan Evermoist. Anjir lah, band rock itu ternyata pas perform, nggak segahar yang aku kira. Basic abiiiiiiis. Menang di dandanan aja huhuhu.
Action-nya dihasilkan oleh.... yang menurutku nggak penting sih. Itu juga yang bikin Dina bilang kalau lebih bagus Pitch Perfect yang pertama. Yang ini katanya nggak nendang. Sayang banget buat jadi film terakhir Pitch Perfect.
Hal yang membekas dari film ini adalah... lagu-lagunya. Enak-enak. Walaupun kata Dina jauh lebih enak yang film 1 sama 2.
Toxic bagus, tapi aku masih belum bisa move on dari Toxic versi Melanie Martinez, walaupun dia tersandung kasus pemerkosaan teman perempuannya sendiri. Lagian pas lagu itu dinyanyiin di film, aku ngerasanya itu lama. Kayak diulang-ulang gitu macam lagu dangdut. Entah emang beneran gitu atau perasaanku aja.
PANTASAN AKU BINGUNG YE KAN PAS DINA NGAJAKIN NONTON FILM TANPA NGASIH TAU JUDULNYA APA. COMEDY ACTION DIA SEMPAT BILANG. AKU PIKIR ITU ANAK MAU NONTON 5 COWOK JAGOAN CKCKCKCKCK.
Tapi action-nya bukan dihasilkan dari medan tempat Beca dkk bernyanyi, di mana mereka jadi wanita penghibur di markas tentara USO. Wanita penghibur yang menghiburnya dengan nyanyi, maksudnya. Bukan juga dihasilkan dengan persaingan antara mereka dan Evermoist. Anjir lah, band rock itu ternyata pas perform, nggak segahar yang aku kira. Basic abiiiiiiis. Menang di dandanan aja huhuhu.
Action-nya dihasilkan oleh.... yang menurutku nggak penting sih. Itu juga yang bikin Dina bilang kalau lebih bagus Pitch Perfect yang pertama. Yang ini katanya nggak nendang. Sayang banget buat jadi film terakhir Pitch Perfect.
Hal yang membekas dari film ini adalah... lagu-lagunya. Enak-enak. Walaupun kata Dina jauh lebih enak yang film 1 sama 2.
Anna Kendrick dengan pesonanya. |
Toxic bagus, tapi aku masih belum bisa move on dari Toxic versi Melanie Martinez, walaupun dia tersandung kasus pemerkosaan teman perempuannya sendiri. Lagian pas lagu itu dinyanyiin di film, aku ngerasanya itu lama. Kayak diulang-ulang gitu macam lagu dangdut. Entah emang beneran gitu atau perasaanku aja.
Aku paling suka Freedom! '90. Denger itu bikin merinding aaaaak. Suaranya Anna Kendrick kurang ajar bagusnya. Cocok juga sama adegan di filmnya.
Tapi ya... cuma itu. Aku tetap nggak nemuin alasan kuat buat suka sama film Para Penyanyi 3 ini. Si Fat Amy (Rebel Wilson) tetep jadi karakter yang menurutku annoying. Mungkin dia lucu bagi sebagian orang. Mungkin sama aja kayak aku yang nganggap Babe Cabita itu nggak lucu, sementara Kak Ira nganggap lucu.
Aku dan Dina menutup acara nonton bareng kami dengan....
Foto kayak gini. Atas paksaan dan desakan Dina brengsek. Huhuhuhu.
Nonton Pitch Perfect 3 rasanya menyenangkan. Itu fakta, bukan semata buat ngejilat Dina yang udah ntraktir.
Chloe kesayangannya Dina ketutupan sama aku HAHAHA. |
Nonton Pitch Perfect 3 rasanya menyenangkan. Itu fakta, bukan semata buat ngejilat Dina yang udah ntraktir.
Dina masih ngeselin dan nyenengin di saat bersamaan. Nggak ada yang berubah dari dia. Kami tetap beda selera, kami tetap saling menghina, tapi nggak menjatuhkan. Nggak bermaksud memenangkan telak selera kami. Apalagi bermaksud menuhankan selera kami. Menganggap selera kami yang terbaik.
Sahabatan sama Dina dan nonton Pitch Perfact 3, Pitch Perfuck 3, Bitch Perfect 3, apalah ini, bikin aku mikir, kalau berbeda selera nggak selalu menuai pertikaian. Malah jadinya lucu.
Btw, Dina nggak suka Deadpool. Semoga tahun 2018 nanti aku bisa ngebalas dia.
7 komentar
Ketika lembur akan menghambat janji, selain menghilangkan tiket nonton gratis, juga akan menghilangkan kebahagian yang diberi janji *loh
BalasHapusKalo orang sunda sukit bedain f dan p, ka ica kayanya sulit membedakan p dan b ya ka.
Sulit ngasih komen apa, karna belom nonton pitch perfect dari awal (mungkin udah tayang di tv tapi gak tau judul wkwk)
Btw, balas ajak nonton deadpool vs wiro sableng aja ka wkwk
Nah itu dia. Sebagai teman yang baiq, aku juga nggak mau ngecewain Dina. :(
HapusTaik hahahahahahak. Itu plesetan sik buat ngasih efek aja kalau aku nggak suka sama kawanan Pitch Perfect. Bukan benci juga sih, cuman bukan selera aja.
((DEADPOOL VS WIRO SABLENG))
Anjir lah gimana jadinya itu dah kalau beneran ada film kayak gitu, Sep. Satunya superhero cabul satunya pendekar tangguh XD
Mantep nih temen yang kayak gini yang harus diajarin nonton sendirian, wqwqwq
BalasHapusEh, enggak dong, harus dipertahanin dan diajarin nonton sendirian.
Bales dendam nonton Deadpool sehingga bisa balas berbisik-bisik ketika dia tidak ngeh dengan jokes dengan yang disampaikan dalam film, tapi jangan sampai kebablasan berbisik-bisik terlalu manja nanti bisa di CELUP.
Anjir lah diajarin. Dibiarin aja gitu kalau dia nggak temen nontonnnya maksudnya? Kasihan sih... TAPI LEH UGHA TUH IDENYA WKAKAKKAAKAKA.
HapusNah iya, dia sering nggak ngeh sama jokes dari mulut sampahnya Deadpool. Aku nggak bisik-bisik deh kalau sampe di-CELUP. Aku peragakan aja jokesnya.
LAAAH MALAH TAMBAH PARAAAAH YAAA.
Film musikal gini aku kurang sukak, Cha. Makanya gak pernah mau nonton. Wkwkwk. 😂😂😂
BalasHapusTapi banyak yak penggemarnya. Kubertahan soalnya selalu diracunin buat nongton :(
Sama, Beb. Awalnya aku juga nggak suka. Padahal aku suka dengerin musik. Tapi jadinya suka nontonnya sih. Cuman masih milih-milih. Ehehe.
HapusIya. Banyaaaaaaaak. Huhuhuhu. Pertahananmu sungguh quwat. Qu salut!
((DIRACUNI FILM MUSIKAL))
BalasHapusOh iya, High School Musical. Aku lupa-lupa ingat udah pernah nonton itu film apa belum. Seingatku aku tau Zac Efron dari situ dan sempat favoritin dia pas gumulan sama Vanessa Hudgens. Uuuuh~
Ohohoho. Masih mending, May. Udah ada bekal nonton 1 sama 2. Aku buta bener anjis huhuhuhuhuhu.
Iya bagus. Nah iya kalau Toxic aku suka sih tapi di urutan ketiga kalau aku urutin. Aku paling suka Freedom! '90, I Don't Like It, I Love It, baru deh Toxic. Aku pikir kamu malah suka Cake by the Ocean, May. Ada kan lagu itu dinyanyiin bubuhan Bellas. Pas di mobil kalau nggak salah.
Iya aku suka Melanie Martinez hehehe. Cuman suka pas dia di The Voice sih, May. Habis dari situ aku udah nggak ngikutin lagi. Itupun suka gara-gara dia anak asuhannya si Adam Levine. Ahahaha. Anjir lah itu teman kamu. PELECEHAN TERHADAP SELERA MUSIK!
Yoi. Itu sudah direncanakan. Aku bakal dengan senang hati ngeliat pemandangan muka sepet Dina yang dimuncratin jokes vulgar Deadpool. Yuhuuuu~