Aku lagi galau, gaes.
Galau.
Galau.
Galau.
Ga....
...lau.
.
.
.
KALIMAT PEMBUKA MACAM APA ITU, JINGAK....
Tapi memang iya sih. Aku lagi galau dari dua hari yang lalu. Sebenarnya juga bukan galauin masalah yang bisa dibilang masalah.
Hmm... Gimana, ya...
Oke. Awal bulan Desember nanti ada acara stand up comedy yang diadain sama anak-anak komunitas Stand Up Comedy Samarinda. Aku kangen dan pengen nonton acara stand up comedy lagi kayak dulu. Terakhir nonton acara semacam itu, kayaknya pas Happinest Tour-nya Ernest Prakasa. Itu juga pas dua tahun lalu.
Udah lama banget anjir.
Tapi ada dua faktor yang bikin aku galau mau nonton apa enggak. Pertama, Kak Ira dan Dita lagi nggak ada di Samarinda. Mereka adalah teman yang udah klop buatku dalam nonton stand up. Terutama Kak Ira. Kami berdua hampir nggak pernah absen nonton open mic yang diadain setiap Jum'at malam.
Sebenarnya bisa sih nonton sama Rina. Tapi...
Berat di faktor di kedua.
Aku masih kepikiran sama kejadian di tahun 2014 di mana aku aktif-aktifnya nonton stand up comedy terus sempat dekat Kago dan Clarity (nama disamarkan), dua komika dari komunitas stand up itu. Kejadian yang bikin aku gedek sama Clarity dan jadi phobia stand up comedy. Kejadian yang bikin aku takut buat ketemu sama Kago. Walaupun kejadian itu udah lama berlalu, tapi masih kengiang-ngiang aja. Pffft.
Waktu nonton Kingsman: The Golden Circle sama Rina pun, aku ketemu sama temannya Kago dan Clarity. Itu aja aku udah pucat parah. Kata Rina, ekspresi mukaku udah kayak habis liat hantu. Aku jadi mikir ke mana-mana. Dengan paranoidnya (atau mungkin kepedeannya), aku mikir kalau temennya Kago dan Clarity bakal ngomongin aku,
“Eh tadi aku ketemu sama cewek yang itunah, yang dulu pernah jalan sama Kago sama yang di-PHP-in Clarity. ”
AAAAAAAAAAAK.
Entahlah. Aku ngerasa penting banget ya kalau diomongin gitu. Ya habis gimana, aku ngerasa malu. Aku ngerasa udah dicap negatif. Iya sih, itu urusan personalku sama Kago dan Clarity. Mereka pun pasti kayak gitu ke banyak cewek lain juga, nggak ke aku aja. Terus emang Kago sama Clarity cerita soal itu ke anak-anak stand up lainnya? Bisa aja nggak kan?
Sampai akhirnya aku ingat satu kejadian. Waktu itu aku pernah nongkrongin Instagram live-nya Eqy. Dia teman SMP-ku sekaligus anak stand up juga, btw. Asik-asiknya nanyain Eqy macam-macam, Clarity tiba-tiba bergabung. Nongol dengan pertanyaan,
"Hai, Icha. Apa kabar?"
Baca itu, aku cuman bisa mengumpat.
NGAPAIN SOK-SOK RAMAH SIH BANGSAAAAT...
"Icha lagi ngapain?"
"Icha?"
Nggak lama si Eqy bilang,
"Bah. Sudah-sudah, Clar."
Clarity langsung meninggalkan IG live.
Aku jadi mikir, ini jangan-jangan Eqy tau kalau aku gedek sama Clarity. Tapi... masalahnya aku nggak pernah cerita soal itu ke dia. Atau Eqy ngomong gitu karena ngerasa Clarity cuma nyepam doang. Atau Eqy kesal karena bukan dia yang ditanya. Entahlah yang mana yang benar.
Jadi ya gitu. Aku galau mau nonton acara stand up bulan Desember nanti apa enggak. Iya sih, kejadian itu udah lama berlalu. Clarity juga udah lama nggak naik panggung (apa dah istilahnya kalau dalam stand up?). Tapi masih ada Kago. Konten yang bakal dibawakan pun konten eksplisit, konten yang tabu, vulgar, dan brutal. Konten yang 18+. Itu kontennya Kago banget. Pasti dia juga bakal nge-riffing para penonton seenak udel. Huaaaaaaaaa.
Aku pengen nonton tapi ganti muka aja bisa nggak sih..... Muka datar kayak Aubrey Plaza pleaseeeeeee.....
Nah, di tengah kegalauan nggak pentingku itu, aku pun nonton film yang dibintangi Aubrey Plaza, berjudul The Little Hours gara-gara baca tulisan INI. Film drama komedi keluaran tahun 2017 besutan sutradara Jeff Baena.
Kalau diceritain dalam satu kalimat, The Little Hours bercerita tentang para biarawati 'brutal' yang makin brutal karena kehadiran seorang tukang kebun baru. Sekilas kayak premis film bokep, ya.
Btw ini poster filmnya.
Eh salah. Itu foto aku dan teman-teman kantorku. Maksudnya poster filmnya ini.
Bukan Valak and friends |
Nah, kalau diceritain panjang, film ini tentang kehidupan para biarawati atau suster di sebuah biara terpencil yang jauh dari perkotaan. Ada tiga suster yang menjadi fokus di film ini, dengan karakternya yang masing-masing punya kebajingakan tersendiri. Ada Suster Fernanda (Aubrey Plaza) yang kasar, emosian, dan suka berbohong. Lalu ada Suster Ginevra (Kate Miccuci), si pengghibah profesional dan kepoan sama urusan orang lain. Terakhir ada Suster Alessandra (Alison Brie, berhasrat ingin menikah seperti perempuan pada umumnya, bukan hidup dan menua di biara.
Kesamaan mereka adalah, mereka pernah menganiaya tukang kebun di biara sampai si tukang kebun memutuskan untuk resign karena nggak tahan dengan kebrutalan mereka. Lebih brutal daripada pelabrakan yang dilakuin Shafa ke Jennifer Dunn, sang perebut laki orang.
Kesamaan mereka adalah, mereka pernah menganiaya tukang kebun di biara sampai si tukang kebun memutuskan untuk resign karena nggak tahan dengan kebrutalan mereka. Lebih brutal daripada pelabrakan yang dilakuin Shafa ke Jennifer Dunn, sang perebut laki orang.
Sementara itu, di tempat lain, ada seorang pelayan ganteng bernama Masseto (Dave Franco) yang jadi selingkuhan istri majikannya sendiri. Hubungan gelap mereka pun ketahuan, dan Masseto melarikan diri sebelum disunat dua kali sama majikannya. Kejadian itu membawa Masseto dipekerjakan Bapa Tommasso (John C. Reilly), pastor gereja di mana Fernanda cs bersemayam. Masseto menggantikan tukang kebun yang lama, dengan persyaratan dia harus mengaku sebagai orang yang bisu-tuli.
Seterusnya, momen-momen bajingak pun bermunculan. Bikin mikir kalau biara terpencil itu ternyata bukan tempat orang-orang suci yang pantang berbuat dosa.
Suster Ginevra, Suster Alessandra, dan Suster Fernanda. |
"Huuuufffh capek habis nonton film yang menguras emosi."
AHAHAHAHAHAHA.
Menguras emosi bikin gregetan sih. Gregetan sama tingkahnya Fernanda yang dikit-dikit ngacungin senjata tajam tiap ngomong sama orang. Gregetan ngakak liat para suster meluapkan emosinya ke tukang kebun yang padahal cuma menyapa mereka aja tapi disangka cabul. Gregetan liat betapa keponya Ginevra sama hal-hal yang menurutnya janggal. Gregetan sama Ayahnya Alessandra yang 'menentukan' masa depan anaknya.
Sekali lagi, aku sukaaaaaaa banget sama film ini. Dialognya bikin cekikikan. Gila parah, ada gitu yak suster ngobrol sama temannya pake kata-kata "Fuck," gitu. Terus banyak scene-nya yang bikin ngakak sambil menyumpah mengeluarkan kata-kata tidak higienis. Ini mungkin berlebihan, tapi aku ngakak hampir di semua adegan. Adegan waktu Masseto mengakui dosa benar-benar bikin ngakak parah. Bangsat banget. Kayak lagi baca tutorial malam pertama. Apalagi pas menuju ending-nya, di mana kekacauan yang mereka buat mencapai puncaknya. BANGSAT PARAH AKU NGGAK BISA BERHENTI MENYUMPAH. ITU BIARA MACAM APA ANJEEEER.
Aubrey Plaza sekali lagi bikin aku jatuh cinta karena kesintingannya. Muka datar cenderung juteknya benar-benar ngebantu gaya komedinya sebagai Fernanda. Aku ngakak pas Mbak Ucy melabeli Fernanda sebagai pengabdi setan.
Kate Miccuci gokil banget gilak kok dia mau ya akting kayak gitu. Tiap dia muncul, bikin kami ngakak sambil teriak,
"Si kecil ini heeeeeh!"
Terus Alison Brie cantik banget anjiiiiiir, Dia yang paling mencuri perhatian. Dia bisa ngelucu, bisa juga bermelankolis ria. Aktingnya bagus seiring dengan pahanya yang... BAGUS BANGET MULUS ANJIR AAAAK.
Dave Franco juga mencuri perhatian. Dia meranin Masseto dengan baik. Benar-benar bikin kasihan sih. Kehidupannya di biara ternyata lebih rumit daripada waktu dia masih jadi pelayan. Matanya yang seolah berbicara itu ngegambarin kalau dia bingung, pasrah, dan senang sama perlakuan para suster.
Mencoba legowo diteriakin tepat di kuping. |
Entahlah apa yang bisa diambil dari The Little Hours, selain komedi brutalnya, wawasan tentang kehidupan di biara, dan betapa manisnya Dave Franco.
Hmm. Mungkin begini. The Little Hours nunjukin kalau orang-orang beragama nggak selamanya suci. Mereka juga manusia biasa, yang punya nafsu dan pengen tau gimana rasanya berbuat dosa. Mereka juga bisa mencintai duniawi di tengah rutinitas mereka yang haus rohani. Mereka juga bisa mendompleng agama demi meraup keuntungan.
Eh maaf. Itu sih kerjaannya salah satu brand yang jualan dengan bawa-bawa momen Rina Nose buka hijab.
Oh iya, ada satu lagi yang bisa diambil. The Little Hours bikin aku jadi ngambil keputusan. Aku nggak usah nonton acara stand up comedy bulan Desember itu. Konten eksplisit, tabu, dan vulgar yang aku pengen santap dari acara itu, rasanya udah cukup aku dapatkan dari film ini.
Oke. Aku udah nggak galau lagi. Hehe.
11 komentar
Bagaimanapun juga, itu biara kan seorang manusia dan juga punya nafsu. Wqwq. Kalau film tentang biara gini, masa di kepala saya masih nempelnya serial Carita de Angel. Hm.
BalasHapusDave Franco di foto itu asli beda banget sama yang di Now You See Me. Di film ini kayaknya terlihat memendam banyak hal dan begitu sangar~
Misalnya nggak ada film ini, apakah masih tetap galau? Terus, sekarang kira-kira kamu jadi fobia sama nonton stand up comedy live apa gimana, Cha? :p
Wkakakaka iya bener, Yogs. Mereka bukan malaikat yang nggak punya nafsu. Anjir lah Carita de Angel. Ih lupaaaaa mau masukin di sini :(
HapusNah iya. Beda sama di Now You See Me. Kalau di NYSM dia tengil gitu kan. Kalau di TLH, yang di foto itu, sebenarnya antara kesal gitu sih karena diteriakin. Jadi dia memendam kekesalan. Mau marah-marah gak terima diteriakin tapi lagi dalam keadaan harus jadi orang yang bisu tuli. Hahaha kasihan sih.
Pertanyaan bagus! Nggak tau, Yogs. Kalau nontonin yang bukan anak stand up Samarinda, kayaknya sih bakal biasa aja. Huehehehehe.
Wah, ada penggemarnya Dave Franco nih. Wkakakaka. Lebih suka Dave Franco atau kakaknya, May?
BalasHapusYuhuuu. Ditunggu reviewnya di chat atau di blog kalau mau huehehehe.
Iya filmnya memang bangkay, May. Seru lah buat dipake cekikikan sampai ngakak ngangkang. Tapi memang ada beberapa adegan yang bikin rada jijik dikit sih. Cuman ya nggak ganggu banget.
Yoi. Dia jagonya akting ngehe kayaknya. Ini aku jadi ngefans sama dia. Pengen nonton filmnya yang lain xD
Wkakakakanjir. Iya mereka berdua laki-laki. Entahlah, May. Aku juga bingung :D
Iya nggak papaaaa. Udah aku hapus yang kamu hapus itu ya. :D
Anjer, ada Kago dan Clarity. Jangan sebut nama, jangan sebut nama.
BalasHapusNgomongin stand up, saya udah gak pernah nonton lagi masa. Hahaha. Padahal dulu waktu SMA punya cita-cita mau nonton open mic di komunitas stand up UNJ. Begitu masuk kuliah nggak ada waktu buat nonton apa-apa. Dapet tempat duduk di bus aja seneng. :))
Heh. Jangan coba-coba melakukan tindakan masterpiece masa lampaumu itu ya, Rob...
HapusCita-citamu, Rob. Sungguh polos. Hahahaha. Waktu udah beneran masuk kuliah, bener-bener 'harus' fokus ke gimana cara nyampe ke kampusnya ya. Nggak mikirin hal-hal lain termasuk nonton open mic :D
wogh acara apaan tuh stenap SMD adain bulan desember? blue nite? btw, kemaren pas anniv stenap BPN, temanya juga blue nite dan... materiku full bokep, sama kayak isi blog sarang maksiat ini. :))
BalasHapusCoba cek akun IG komunitas stenap tetanggamu, dulu...
HapusNggak heran sih kalau kamu bawain materi full bokep. Menjunjung tinggi bokep Amerika pula. TAPI YA NGGAK USAH BAWA-BAWA BLOG BERMORALKU INI JUGA! :((((
Eh kok akun IG sih. Akun twitter maksudnya. Hadeh.
HapusSerius sampek segitunya, Cha? Maksudku, sama si Clarity en Kago itu?
BalasHapusDuh gak kebayang :( Tapi emang gak bisa dihindarin sik. Yg namanya pertemuan kan gak pernah tau. Be strong ya, Cha!
*sorry gak komen ke filmnya*
Huahahaha ini segitunya maksudnya rasa malunya ketemu mereka ya, Beb? Iya kayak gitu deh, Beb. Aku masih aja aku keingatan itu wkakaka.
HapusNah betul. Lagian itu acara mereka. Minimal aku maish ketemu sama si Kago karena dia masih aktif stenap.
Oke makasih ya, Beby! Iya nggak perlu ke filmnya kok. Review filmnya itu cuman kedok aja sebenarnya :D
Mayang taik.
BalasHapus