Berbekal ajakan Dita buat menginap di rumahnya dan muka memelas disertai kalimat Ma-Icha-butuh-refreshing-tiga-hari-ini-lembur-pulang-malam-mulu, akhirnya aku bisa merasakan sensasi nonton midnight untuk pertama kalinya. Aku dan Dita nonton di Sabtu malam kemarin. Film yang kami tonton adalah.... BABY DRIVER! YEAAAAAAH!
Nuansa pinknya bikin eyegasm! |
Baby Driver sempat bikin aku suudzon beberapa bulan lalu, dengan mengira kalau tokoh Baby adalah bayi gemuk yang dianugerahi skill wahid mengendarai mobil setara dengan pemain Fast and Furious. Taunya tentang seorang pemuda bernama Baby (Ansel Elgort) dan dunia kerjanya. Pekerjaan Baby bukanlah pekerjaan yang bisa dibanggakan di depan sanak famili ataupun teman-teman saat reunian layaknya pekerjaan sebagai dokter, PNS, atau blogger berpenghasilan 3.800 dollar. Baby bekerja sebagai getaway driver alias ‘sopir pribadi’ untuk para pelaku kriminal yang ingin kabur dari kejaran polisi sehabis melakukan tindak kejahatan. Starter pack menjadi sopir sekeren Baby adalah kacamata hitam, iPod, earphone, dan varsity jacket.
Baby mengidap penyakit tinitus sedari kecil akibat kecelakaan. Membuat dia harus bersahabat dengan iPod dan mendengarkan musik hampir setiap saat demi meredam bunyi mendengung di telinganya. Mungkin juga bisa untuk meredam amarah kalau seandainya di iPod Baby ada kumpulan murottal Al-Qur’an.
Passionnya di bidang menyetir ia salurkan ke dunia kejahatan itu karena unsur keterpaksaan. Dia terlilit utang besar pada Doc (Kevin Spacey), gadun yang sudah lama berkecimpung di dunia krimimal dan bos besar Baby. Mengingatkan pada sinema-sinema religi yang mengangkat tema demi-bayar-utang-rela-terjun-ke-lembah-hitam. Tapi Doc melihat potensi Baby yang begitu besar dan menjadikan Baby sebagai sopir andalannya bukan semata-mata karena perkara utang yang belum lunas. Baby ibarat cowok panggilan yang selalu dihubungi untuk 'memuaskan' Doc.
Di tengah kelelahannya berlumur dosa menjadi sopir pribadi para pelaku kriminal, Baby bertemu dengan Debora (Lily James), seorang pelayan cantik di kafe. Debora membuatnya semakin yakin untuk segera melepas pekerjaan haramnya itu.
Tapi di misi terakhir, Baby and Friends nggak seberuntung biasanya. Sepandai-pandainya Baby menyetir, akhirnya terciduk juga. Rencana perampokannya bersama tiga penjahat lain yang terdiri dari Buddy (John Hamm), Darling (Eiza Gonzalez), dan Bats (Jamie Foxx) nggak berjalan mulus. Si imut Baby benar-benar dalam bahaya dan harus menyelamatkan orang-orang yag dicintainya layaknya superhero yang merasa orang-orang terdekatnya terancam.
Seperti kata Mas Yohan Arie, Baby Driver punya banyak rasa. Kayak kopi Good Day. Action-nya ada, musikalnya ada, drama keluarganya, romance-nya apalagi. Aaaaaaak!!! Aksi kejar-kejaran dari polisi, kebut-kebutannya, tembak menembaknya, itu.... bagus. Cukup itu sih yang bisa aku bilang. SOALNYA AKU NGGAK PAHAM ANJIR SAMA FILM ACTION. Yang jelas menegangkan, bikin mata terbelalak dan jelalatan. Ansel Elgort ganteng banget sumpah. Selain adegan lari dari kejaran polisi, dia juga keren banget pas di adegan lari dari tanggung jawab sebagai sopir pribadi para penjahat.
Aku lebih condong ke unsur musiknya. Baby Driver adalah film action comedy romance yang bajingseng banget anjeeeeeer. Baby yang kelihatan freak mengingatkanku sama para pengabdi earphone. Hmmm... orang-orang yang hobi dengerin lagu di manapun dan kapanpun maksudnya.
Orang-orang yang nggak bisa jauh dari earphone. Orang-orang yang bisa fokus kerja atau fokus berkendara kalau sambil dengerin lagu. Orang-orang yang dianggap punya dunianya sendiri kalau lagi dengerin lagu. Asik sendiri, heboh sendiri, nggak nyadar sama suara jelek sendiri. Orang-orang yang nggak pernah merasa sendirian kalau dengerin lagu. Orang-orang yang merasa setiap kejadian hidupnya harus ada soundtrack-nya. Orang-orang yang nggak bisa hidup tanpa earphone dan menganggap kalau musik adalah teman sejati selain amal.
Baby bikin aku jatuh cinta dan mengingatkanku sama perform Mardial yang nggak bisa aku tonton karena kendala klub malam. Soal mau nonton Mardial itu, Dita dengan kaget bilang, “Kamu serius mau ke sana, Tan? Itu klub malam! Kamu harus buka jilbab!” Ternyata selain hobi dengerin lagu, Baby juga hobi nge-remix ucapan orang-orang di sekitarnya. Remix berjudul Was He Slow buatan Baby bikin aku ngikik geli. BABY KREATIF BANGEEEEET SIIIIK!!!!!!!!!!! Baby udah kayak Mardial. Suka nge-remix. Mengingatkanku alasan suka Mardial pas dia nge-remix videonya Awkarin. Curhatan ditinggal Gaga-nya Awkarin dijadikan lagu. Terus aku juga jadi ingat remix buatan Hana yang isinya voice note para anggota World Werewolf Federation (grup werewolf Telegram).
Aura Baby Driver kurang lebih sama kayak La La Land. Bikin aku kasmaran sama film sekaligus sama lagu-lagu di dalamnya. Bikin aku mikir kalau Om Edgar Wright selaku sutradara, punya selera musik yang bajingseng. Lagunya enak-enak anjir. Aku suka adegan pas Baby dengerin lagu Bellbottoms-nya Jon Spencer Blues Exploison. Baby kayak lagi nge-dubmash. Tingkahnya aaaaaaaaaaak gemaaaaaaay! Aku juga suka pas lagu Harlem Shuffle-nya Bob & Earl bikin dia terlihat ekspresif. Adegan long take itu udah kayak lyric video. Senyam-senyum kagum lihatnya. Lyric video Look What You Made Me Do-nya Taylor Swift kalah jauh. Hehehehe.
Tapi yang paling bikin kepikiran itu pas lagu Never Gonna Give Ya Up-nya Barry White mengalun mewakili perasaan getir Baby dalam memperjuangkan cintanya. Uuuuuuh~
Sebenarnya bukan cuma semata-mata unsur musiknya sih yang bikin aku suka. Tapi karena juga unsur komedinya yang bikin aku merasa dekat sama filmnya. Was He Slow jelas jadi hal yang bikin aku ngakak-ngikik, ditambah dialognya yang lucu-lucu (tentang Monster, Inc itu bangsat!).
Terus ada adegan di mana Baby mau ‘survey’ ke kantor pos. Seandainya Baby itu blogger, mungkin dia bakal ngetwit,
“Kantor pos, dulu...”
Oh iya, unsur romance di film ini aku juga suka. Aku suka banget sama chemistry antara Ansel Elgort dan Lily James. Mereka memerankan Baby dan Debora dengan natural. Adegan saat mereka pertama kali ngobrol soal musik itu bikin senyam-senyum kasmaran sendiri.
"Makan sini apa bawa pulang?" |
Mereka sama-sama suka musik dan merasa nyaman satu sama lain. Ngobrol apa aja pun nyambung. Proses jatuh cinta yang indah tanpa perlu umbar kalimat pujian satu sama lain atau kata sayang. Begitu juga dengan pasangan Buddy and Darling yang sama-sama punya kegemaran di bidang kriminal. Aura partner in crime mereka melebihi aura pasangan suami istri Anniesa Hasibuan dan Andika Surachman bos First Travel.
Baby Driver adalah film yang menyenangkan. Warna pink unyuk di posternya aja sudah bikin senang ngeliatnya, apalagi nonton filmnya. Bagian menyebalkan (dalam artian positif sih) dari film ini adalah Bats. Karakter Bats itu kepo banget. Rempong kayak cewek. Egois. Sok rapuh dengan jargon “Dia telah mengambil uang kita." Hhhh. Tapi itu yang bikin aku merasa makin simpati dan cinta mati sama Baby.
Bagian menyebalkan lainnya dari Baby adalah..... Baby bikin aku baper. Entah ini dalam artian positif atau negatif. Baby bikin aku kepikiran parah. Pulang dari nonton, aku dengerin Never Gonna Give Ya Up sambil terngiang-ngiang akan sosok Baby. Cowok pake earphone itu keren. Cowok yang asik sendiri sama lagu yang dia dengarkan itu keren. Cowok yang percaya diri dengan wawasan luasnya akan musik itu keren. Cowok pendiam yang tiba-tiba jadi bacot karena diajak ngobrol soal musik itu keren.
Di tengah-tengah aktifitas mengotori pikiranku dengan Baby, aku teringat ucapan Debora.
“Just me, my music, and the road.”
Debora berimpian pengen jalan-jalan tanpa tujuan sambil dengerin lagu tanpa henti. Impian Debora itu bikin aku jadi kangen sama seseorang. Seseorang yang gila musik. Seseorang yang jadi salah satu alasan kenapa aku ngefans Eminem. Seseorang yang ngefans berat sama Eminem. Seseorang yang salah ngira tanggal lahirku, menyamakan tanggal lahirku kayak tanggal lahirnya idolanya itu.
Aku kangen diskusi musik kami. Saat tenggelam dalam lagu demi lagu Eminem mulai dari yang gila macam Just Lose It sampai yang sedih macam When I’m Gone. Aku kangen diskusi soundtrack (500) Days of Summer lalu berburu lagu-lagu Regina Spektor. Aku kangen saat dia dengerin Love Me Do-nya The Beatles nyaring-nyaring. Aku kangen saat dia bilang Taylor Swift cantik banget di MV Safe and Sounds. Aku kangen pas aku bilang suka lagu-lagunya Tulus sementara dia bilang Iwan Fals lebih baik. Jauh. Banget. Sih. Emang. Aku kangen dia yang pendiam tapi mendadak bisa cerewet begitu kami dengerin lagu bareng. Berbagi earphone dan bernyanyi bersama terus bilang kalau suaraku jelek banget.
Impian Debora bikin aku pengen berimpian juga. Impian yang..... ha ha ha. Aku pengen bisa diskusi musik lagi. Aku pengen dengerin lagu bareng lagi. Hanya ada aku, musik, dan dia, si pendiam pecinta Eminem itu. My baby. He was my baby.