Selain nonton film di bioskop yang jam tayangnya nggak direstui Mamaku karena pulangnya bakal kemalaman, nonton film bukan di bioskop juga bikin aku ngerasa durhaka sama beliau. Pas nonton August: Osage County beberapa hari lalu.
Waktu itu aku nggak pengen tidur habis Subuhan. Aku mau nonton August: Osage County, film drama bergenre black comedy tentang keluarga disfungsional. Aku suka film macam begitu! Sayangnya, katanya film keluaran tahun 2013 itu jadi film yang underrated. Dan aku juga baru tau di tahun 2017 ini. Huhuhuhu.
Bukan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warramah. |
Padahal pemainnya pada terkenal. Ada Meryl Streep, aktris yang ‘rakus’ akan nominasi Oscars. Terus ada Julia Roberts, si binal dari Pretty Woman dan ‘pengembara' dari Eat, Pray, Love. Ditambah lagi ada Benedict Cumberbatch. Aaaaaak!!! Si dokter songong dari Doctor Strange. Lucunya lagi, tiga wanita muda (yang sebenarnya nggak muda-muda banget) yang berperan jadi tiga bersaudara di film ini punya nama yang mirip-mirip. Julia Roberts, Juliette Lewis, dan Julianne Nicholson. Jul semua. Kayak udah jadi takdir buat main bareng dalam satu film.
Julianne Nicholson, Julia Roberts, dan Juliette Lewis. Trio Jul. |
Nah, aku nggak bisa nonton pas malam entah gara-gara aku ketiduran atau disuruh Mama buat tidur cepat. Yaudah aku berniat nontonnya habis Subuhan sampai aku mandi berangkat kerja.
Pas lagi asik nonton di kamar atas, Mama nyuruh aku buat tidur. Aku cuma ngangguk-ngangguk sambil tetap melanjutkan tontonanku. Mamaku langsung bilang,
“Berisik.”
Dengan muka merengut, aku langsung angkat kaki sambil ngebawa selimut dan hapeku. Terus ngendap di kamar bawah. Lanjut nonton. Pas jam 6, aku kepikiran Mama yang nyuruh aku tidur. Yaudah aku mutusin buat tidur aja.
Pas bangun…..
Terus aku ngeliat hape….
LCD HAPEKU PECAH!!!!!!!!!
LAYARNYA BLANK HITAM SEPARO BULAT DI BAGIAN BAWAAAAAH TERUS SISANYA GARIS-GARIS AAAAAAAAK!!!!!!!!!
Aku nyoba buat nge-restart hapeku. Siapa tau itu nge-hang atau gimana. Berusaha menyangkal kenyataan. Taunya malah blank-nya nyebar menggerogoti layar kayak kanker payudara. Aku patah hati banget rasanyaaaaaaaaaaaa!!!!!
Perasaan hapeku nggak ada jatoh. Terus posisinya juga terbaring manis di sampingku. Nggak ndelusep ke lantai. Aaaaak! Aku tanyain orang rumah pada nggak tau hapeku tadi pas aku tidur jatoh apa enggak. Huhuhuhu.
Sumpah. Sedih. Banget.
Aku jadi mikir. Apa karena aku merengut dan nggak nurut sama Mama makanya aku dikasih azab begitu? Toh aku nggak ngelawan juga sih. Maksudnya, aku nggak ngebantah omongan beliau dengan ngejawabin sambil nyolot.
HMM.. SELALU ADA CELAH UNTUK MEMBELA DIRI, YA CHAAA....
Oke. Aku durhaka.
HMM.. SELALU ADA CELAH UNTUK MEMBELA DIRI, YA CHAAA....
Oke. Aku durhaka.
Dan berarti tausiyah Mamah Dedeh yang bilang kalau dosa kepada orangtua langsung dibalaskan di dunia, itu emang terbukti. Huhuhuhu. Mamah Dedeh memang panutanque.
Untungnya sekarang hapeku udah kembali seperti semula. LCD-nya udah diganti dan..... data di memori internalnya hilang semua.
SCREENSHOT-ANKU PADA HILANG SEMUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA. HUHUHUHUHUHUHUUHUHU. NOTE-KU YANG ISINYA IDE TULISAN DAN CURHATAN SEBELUM TIDUR JUGA. CHAT-CHAT ALAY JUGA HILAAAAAAAANG AAAAAAAAAAAAAK.
Entahlah itu beneran azab atau cara praktis yang dikasih Allah supaya hal-hal alay di hapeku hilang semua. Yang jelas dengan kejadian itu, ditambah dengan nonton August Osage County, aku jadi bertanya-tanya,
“Sebenarnya kita boleh nggak sih durhaka kalau orangtuanya pantas buat didurhakain?"
Well, August: Osage County punya cerita tentang Beverly (Sam Shepard) yang sebelumnya menghilang dari rumah, ditemukan meninggal dalam keadaan bunuh diri. Kematian Beverly ngebuat tiga putrinya yang terdiri dari Barbara (Julia Roberts), Karen, (Juliette Lewis) dan Ivy (Julianne Nicholson) harus pulang ke rumah mereka, mudik ke kampung halaman mereka di Osage County, Oklahoma. Barbara bareng suaminya, Bill (Ewan McGregor) dan anaknya, Jean (Abigail Breslin). Karen bersama tunangannya, si gadun bernama Steve (Dermot Mulroney). Sementara Ivy udah tiba duluan di rumah mereka.
Mereka semua meet up sama sang Ibu, Violet (Meryl Streep), pengidap kanker mulut dan pecandu obat-obatan. Punya kemampuan berkata-kata pedas dan tajam layaknya Mbak Bertha sang komentator ajang pencarian bakat penyanyi dangdut KDI.
Adik dari Violet, yaitu Mattie Fae (Margo Martindale) juga datang ke rumah yang diselimuti duka itu. Bersama suaminya, Charlie (Chris Cooper) dan anak tunggalnya, Little Charles (Benedict Cumberbatch).
Selesai pemakaman, mereka ngadain jamuan makan malam. Makan malam di mana Violet lahap ‘memakan’ anggota keluarganya hidup-hidup dengan sindiran, perkataan sinis, hinaan, dan tawa mengejek. Makan malam itu berubah jadi ajang buka-bukaan aib. Berujung baku hantam antar wanita kayak lagi ngerebutin satu barang diskonan. Dari situ juga aku ngakak keras dan ngerasain jatuh cinta sama film ini. Aku cinta sama kerusuhan itu. Ngingatin aku sama alasan kenapa aku suka film bertema keluarga disfungsional.
Bukber. |
Adegan makan malam penuh aura kebencian itu bikin aku dari yang cuma senyam-senyum, ngakak, sampai pengen bergabung sama mereka. Perasaan aneh yang aku rasain itu makin besar pas aku baca review yang ditulis Movfreak. Terutama di bagian ini,
“Rasanya seperti saat kita sedang asyik bercanda dan tertawa bersama teman-teman kita tiba-tiba ada orang yang marah-marah dan mendadak menjadikan suasana yang tadinya ceria menjadi sunyi dan mengagetkan.
Saya pun begitu mengagumi aspek black comedy film ini. Entah berapa kali saya dibuat tertawa terbahak-bahak berkat kelucuan film ini entah dari dialog ngawur karakternya atau lewat tingkah laku absurd mereka seperti bergulat di meja makan atau parade piring yang dibanting.
Banyak sarkasme yang lucu luar biasa, namun banyak juga rangkaian kalimat yang terasa begitu getir saat masing-masing dari karakter mulai mengungkapkan permasalahan yang mereka miliki.”
Aku setuju banget. Hal itu menurutku jadi susuknya August: Osage County buat menggaet para penggemar film keluarga disfungsional. Sumpah, dialog-dialog di film ini lucu-lucu sekaligus kelam. Ada juga adegan di mana Barbara mencegah hal buruk terjadi dengan bilang ke Violet,
“Eat that fish, bitch!”
Sumpah, yang itu juga lucu. Ekspresinya Julia Roberts dapet banget. Ya, film dengan black comedy emang gitu, yak. Lucunya dari kejadian-kejadian yang harusnya nggak lucu.
Terus karakter-karakter di film ini berasa realistis. Ada juga yang ngingatin sama anggota keluarga sendiri.
Ada Violet sebagai sosok Ibu yang keras. Kebalikan dari Beverly yang punya pembawaan tenang dan ramah. Violet yang tunduk sama pesona obat-obatan itu ngingatin aku sama Mama yang sejak sakit-sakitan kayak sekarang, jadinya apa-apa dibawa minum obat aja. Kalau pegel badan, minum Carbidu aja. Kepala pusing, minum Antalgin aja. Batuk, di-Komix aja.
Tatap mata Ojan.... |
Pasangan Violet-Beverly bikin aku juga ingat sama Mamaku-Bapakku. Mamaku jauh lebih tegas daripada Bapakku yang orangnya nyantai. Tapi ya cuma itu. Mamaku nggak mirip banget sama Violet. Mamaku nggak semenyebalkan sekaligus selucu Violet.
Oh iya, mulut pedesnya Violet bikin aku mikir kalau pantesan aja sih, Ibu beranak tiga itu dapat penyakit kanker mulut. Kena azab Allah gitu deh. Huahaha aku ngawur abis.
Barbara, si sulung yang tegas, tipikal anak pertama yang biasa aku temui. Kayak Kak Fitri dan Kak Mirna, kakaknya Kak Ira. Barbara lagi ada masalah rumah tangga tapi mencoba terlihat baik-baik aja.
Karen, si anak kedua yang kelakuannya kayak ABG kasmaran, di mana bahan obrolannya sama orang lain selalu soal pacarnya, pacarnya, pacarnyaaaaaaa mulu. Ralat, tunangannya maksudnya. Tambahan, tentang gaya hidupnya yang mewah juga.
Ivy, si bungsu paling berbakti pada orangtua, jauh dari kesan anak-terakhir-jadi-anak-paling-manja-dan-dimanjain. Sering jadi bahan olok-olokan Violet. Ivy betah ngejomblo, seolah-olah waktunya dihabiskan cuma buat ngebahagiain orangtua, sampai dia lupa buat ngebahagiain dirinya sendiri. Eh sekalinya udah bahagia, udah jatuh cinta, jatuh cintanya sama orang yang salah. Ivy sedikit ngingatin aku sama Nanda yang orangnya susah jatuh cinta, tapi sekali jatuh cinta sama orang yang salah mulu. Hadeeeeh....
Barbara, Karen, dan Ivy. |
Little Charles, sepupu tiga Srikandi itu. Lelaki pengangguran yang canggung, gugupan, dan sering diremehkan Ibunya. Kalau seandainya Barbara sekeluarga punya grup Whatsapp keluarga, mungkin isinya foto-foto Charles yang dijadiin meme sama Ibunya sendiri.
Btw, Benedict keren abis aktingnya, njir. Walaupun dapat porsi dikit, tapi bisa ngeyakinin kalau dia emang anak yang dianggap pecundang. Aku paling suka pas adegan dia ngerasa bersalah karena ketiduran. Aih aih aih. Beda banget waktu dia di Doctor Strange.
Aura songongnya luntur pas di adegan ini. |
Secara keseluruhan, aku suka film ini. Aura negatif di film ini malah jadi aura positif pas nyampe ke aku. Ada rasa senang pas ngeliat pertengkaran mereka. Ada kepuasan (sekaligus kebingungan) ngeliat ending-nya yang sebenarnya ironis itu. Mungkin aku kelihatan jahat, tapi aku ngerasa Violet memang pantas ngedapatin apa yang ada di ending. MHUAHAHAHAHA! *ketawa jahat*
Btw, itu bukan spoiler kan? HEHEHEHE.
Menurutku August: Osage County ini lucu-lucu ngedrama. Kalau Yura feat Glenn Fredly punya Cinta dan Rahasia, August: Osage County punya Keluarga dan Rahasia. Makin lama, rahasia makin terungkap. Udah kayak nonton sinetron Cinta Fitri yang tiap season-nya bikin kita mikir,
“Oooooh ternyata ini.”
“Ooooh jadi gituuuu.”
“Ah taek Shireen pacaran lamanya sama siapa, nikahnya sama siapa!”
Twist ala sinetron sih kalau boleh aku bilang. Tapi bukan berarti ‘gampangan’ kayak sinetron juga. Gimana ya, setiap anggota keluarga punya permasalahannya masing-masing, terus masalahnya nggak semuanya diceritain. Pasti ada yang dipendam sendiri. Begitu rahasia itu terbongkar, ya udah byaaaaar. Konflik nggak bisa dihindari. Kayak keluarga Violet ini. Anak-anak Violet harus menentang Violet. Menjelma jadi anak durhaka karena konflik yang bersumber dari Ibunya itu.
Sahur |
Kalau nonton film ini mau dapat pencerahan, pesan moral, ending yang memotivasi, atau apalah, film ini nggak bisa diharapkan kayak mengharapkan Tunjangan Hari Raya. Film ini sarat akan aura keluarga besar yang gila.
Dan aku suka kegilaan itu.
Walaupun masalah dalam keluarga di film ini nggak relate sama keluargaku. Hal yang harusnya jadi alasan kenapa aku bisa suka sama film ini, sama kayak aku suka film-film lainnya. Hal yang biasanya bikin aku bikin aku baper terus aku tergerak buat nulis review-nya.
Tapi aku tetap suka. Karena selain tema keluarga disfungsional, juga karena film ini ngebuat aku kebingungan. Sama kayak waktu nonton Captain Fantastic. Waktu nonton film itu, aku bingung menempatkan Ben itu sebagai kepala keluarga macam apa. Entah dia itu kepala keluarga yang baik, yang patut dicontoh orangtua-orangtua di jaman edan sekarang. Atau kepala keluarga yang buruk karena mengisolasi anak-anaknya sendiri dari dunia luar.
Aku bingung harus gimana kalau seandainya ada di posisi tiga bersaudara itu. Apa aku sanggup buat mengemban tugas berat sebagai anak tertua kayak Barbara? Apa aku bisa jadi anak yang sabar, berbakti, dan ngemong kayak Ivy? Apa aku bisa jadi Karen yang menggaet duda kaya raya untuk dijadikan calon suami?
Aku bingung kalau aku jadi mereka, apa aku bakal ngelakuin hal yang sama kayak mereka lakuin?
Aku bingung apa Barbara, Karen, dan Ivy itu durhaka ke orangtua mereka, Violet? Apa Violet memang pantas diperlakukan begitu, mengingat dia nggak menghargai anak-anaknya?
Apa memang anak 'seharusnya' durhaka kalau orangtuanya kayak gitu?
Haaah. Durhaka ala August: Osage County bikin aku bingung. Ini karena faktor kurang kerjaan juga kayaknya makanya bingungin hal begitu.
Mungkin, aku bakal nggak bingung lagi kalau meresapi kalimat pamungkas dari Anji Dunia Manji. Yang kurang lebih isinya begini,
“Nanti suatu saat kalian ngerti kalau udah punya anak. Kalau belum punya anak, nggak ngerti.”