Sudah lama aku pengen nge-review Begin Again, film keluaran tahun 2013 yang dikangkangi oleh John Carney. Sutradara yang juga mencetak film tentang cinta dan musik yaitu Once dan Sing Street. Tapi aku belum nemu momen yang pas. Jadi, feel-nya nggak dapet.
Ya singkatnya....... kemaren-kemaren aku nggak ngerasa relate sama film ini. Beda sama sekarang. Hehehe.
Kayak judul lagu Taylor Swift. |
Film yang diawali dengan dua alur, dua sudut pandang, dua... entahlah. Yang jelas, kita mengenal karakter Gretta dan Dan satu persatu lewat satu peristiwa yang sama.
Oke, aku tulis gini aja ya.
Dan Mulligan (Mark Rufallo) adalah prosedur terkenal yang stress berat karena ditimpa berbagai masalah. Udah punya masalah sama istri dan anaknya, tertimpa pemecatan dirinya dari label rekaman yang ia besarkan bersama teman kampusnya, Saul (Mos Def). Si Dan yang ngerasa hidupnya nggak ada artinya lagi layaknya Hannah Baker-nya 13 Reasons Why, mutusin buat nongkrong di bar. Di sanalah dia bertemu Gretta, yang dia anggap sebagai penyelamat hidupnya. Dia ngerasa Gretta adalah musisi yang harus terkenal. Sekaligus musisi yang bisa membuatnya kembali ke label rekaman itu.
Gretta James (Keira Knightley) adalah gadis cantik yang punya hobi nulis lagu, dan punya pacar aaak-ganteng-aaak-idamanku-banget-anjer-aaak-hamilin-adek-bang bernama Dave Kohl (Adam Levine), penyanyi yang lagi naik daun. Mereka hijrah ke Manhattan. Tapi mereka putus karena Dave selingkuh. Gretta pun mutusin buat pulang ke kampung halamannya yaitu London. Tapi sebelum dia pergi, dia mengadu ke sahabatnya, Steve (James Corden).
Steve pun mengajak Gretta untuk ke bar. Dan di sanalah Gretta bertemu Dan yang menawarkan kontrak kerjasama musik. Gretta awalnya ragu dan pesimis karena ngelihat penampilan Dan yang kayak gelandangan. Tapi sebelum Gretta kerasukan Salsa si peserta audisi Biskuat dengan bilang, “Eh lu jangan sok iye deh lu. Gue tampol lu!” Dan keburu meyakinkan Gretta. Akhirnya gadis Inggris itu menerima tawaran Dan.
Walaupun Dan nggak punya modal, tapi niatnya untuk mengorbitkan Gretta tetap besar. Yang penting usaha, dulu...
Mereka berdua pun berusaha mencari cara supaya album rekaman Gretta dibuat. Dan mereka melakukan rekamannya secara outdoor layaknya anak-anak remaja anggota dari komunitas explore tempat-tempat yang Instagram-able.
Sekali mendayung, dua tiga laki terlampaui |
Pose foto KTP |
Malam-malam ngeband di dekat pemukiman warga |
Dan.... ehem. Karena sama-sama lagi bermasalah, trus juga sering ketemu, Gretta dan Dan jadi punya potensi buat saling jatuh cinta. Keintiman Gretta dan Dan itu kayak dua orang patah hati, dua orang pejuang move on yang saling peduli satu sama lain.
Tapi Begin Again nggak cuma soal cinta-cintaan sih. Menonton Begin Again kurang lebih kayak nonton Frank. Kayak lagi nyaksiin orang-orang yang punya idealisme tinggi. Gretta dan Dan ngegarap album itu dengan sepenuh hati. Mereka nggak peduli sama kenyataan kalau mereka nggak punya studio rekaman. Mereka bisa aja usaha buat cari modal. Mereka nggak bikin lagu asal jadi layaknya Young Lex dkk di lagu Makan Bang.
Jadi lagu-lagu yang berkumandang di Begin Again ini pada enak didenger gitu. Awalnya aku favoritin Lost Stars karena yang nyanyi itu Adam Levine. Tapi akhirnya aku favoritin Tell Me If You Wanna Go Home. Aaaaah. Semua lagunya bagus sih. John Carney memang pinter ngeracik musik sama filmnya.
Terus Gretta itu nulis lagu ya.... nulis aja. Ibaratnya Gretta itu kayak blogger yang nulis di blog ya nulis aja tanpa mengejar trafik dan SEO. Dia juga nggak terobsesi untuk digandrungi lawan jenis. Sedangkan Dave ini tipe musisi yang mentang-mentang naik daun, jadi silau harta, tahta, dan wanita. Dave diibaratkan kayak blogger yang tenggelam dalam gemerlap job review. Lalu menerbangkan idealismenya.
Dan dari segi akting, Mark Ruffalo paling mencuri perhatian daripada Adam Levine.
Huh. Sebenarnya berat juga sih ngomong gitu. Tapi gimana... aktingnya Mark Ruffalo bikin kita percaya kalau dia itu produser beneran. Aslik. Belum lagi interaksinya sama istri dan anaknya. Terutama sama anaknya! Si Olive yang diperankan sama Hailee Steinfeld. Si Hailee gemesin di sini. Kayak gengsi gitu jadi anak yang disayang sama Bapaknya.
Sedang melakukan parktalk. Kayak pillowtalk jadi ngobrolnya di taman. Hehe. |
Kalau Adam Levine.... dia sukses meranin cowok yang bajingak. Lebih tepatnya, mantan yang bajingak. Cowok yang kehilangan idealismenya akan musik dan cinta, lalu menjelma menjadi mantan yang suka melontarkan kalimat sarat akan unsur kepedean-banget-anjer.
Aku pikir Adam Levine cuma bisa nyanyi sampe bikin penonton perempuannya mendesah gitu kayak biasanya, tapi ternyata dia bisa akting juga. Chemistry-nya dia sama Keira Knightley itu dapet.
Seandainya yang ketawa bareng Adam Levine itu aku.... |
Dan ya... yang paling bikin aku jatuh cinta yaitu karakternya Gretta! Aku suka gaya berpakaiannya. Gara-gara nonton film bajingseng ini, aku jadi suka pake celana kain dan sweater. Trus Kak Ira jadi terobsesi buat dipanggil Keira.
“Daripada kamu manggil Kak Ira Kak Ira Kak Ira cepet-cepet gitu, mending panggil Keira aja dah, Cha.”
Kira-kira gitu yang dibilang Kak Ira. Dalam perintahnya itu, terselip doa kalau dia pengen bisa selangsing Gretta. Huhuhuhu.
Hmmm. Aku dan Kak Ira suka Gretta karena cantik. Tapi sebenarnya bukan karena itu juga sih. Tapi karena apa yang telah Gretta lakukan. Dia bisa mengisi waktu move on-nya dengan hal-hal yang berfaedah. Dia menemukan jalan ninjanya, yaitu menyeriusi apa yang dia suka. Dia....
SEBENARNYA AKU BINGUNG NJIR ENDING-NYA MAKSUDNYA APA. PADAHAL ITU SIMPLE YA... HUHUHUHUHU.
Iya sumpah beneran bingung. Ada yang mau jelasin?
Yang jelas, aku suka sama karakter Gretta. Dia punya bakat dan tekad. Bakat untuk jadi penyanyi dan penulis lagu terkenal. Tekad untuk bisa move on dari mantan bajingak bajingek bajingsek bajinguk.
Suka yang berkembang jadi kagum, terus bikin aku ngerasa.....
Tadi siang aku telponan sama Darma, sambil main skateboard di kamar. Momennya waktu itu ngomongin film Whip It tentang gadis umur 17 tahun yang terjun ke dunia roller derby. Ya.... skateboard dan roller derby itu beda sih. Ah tapi sama deh, sama-sama ada rodanya. Sama kayak semen juga. Semen tiga roda.
Hehehehe. Garing yak.
Terus di tengah-tengah obrolan..... tiba-tiba voila! Gedebuk momen. Aku jatuh terkulai manja di lantai. Hapeku lepas dari genggaman dan jari kelingking kananku sakit sampe sekarang. Bokongku yang nggak kencang mendadak nyeri.
Hal itu bikin aku seolah terlempar ke masa-masa sekolah. Dan bikin aku mikir...
KENAPA DULU AKU NGGAK NYERIUSIN APA YANG AKU SUKAAAAA..... MALAH NYERAH GITU AJA.... SEKARANG NYESEL KAN NGGAK FASIH MAIN SKATEBOARD....
Eh. Fasih. Jago maksudnya.
LAGIAN NGAPAIN JUGA SIK MAIN SKATEBOARD DI KAMAR......
Huuufh. Dulu aku tertarik buat main skateboard. Seru aja kayaknya, menelusuri seluruh kota dengan skateboard sambil dengerin lagu dan menyapa warga sekitar. Aku mikirnya belum sampe pengen bisa main di arena skateboard-nya yang meliuk-liuk kanan kiri atas bawah itu. Pengenku sederhana banget. Alias.... cemen. Huhuhuhuhu.
Tapi aku dapat reaction negatif dari netizen. Eh maksudnya, dari Mamaku.
“Bebinian kok main papan! Itu tuh gawiannya laki-laki!”
Artinya: Perempuan kok main papan! Itu tuh kerjaannya laki-laki!
Kira-kira gitu deh sabda beliau.
Terus aku jarang dikasih izin buat kelayapan keluar rumah. Otomatis jadi nggak punya kesempatan buat gabung ke komunitas anak-anak skateboard. Lagian ya emang sih. Cewek kayaknya jarang ada yang main gituan. Huhuhuhuhu.
Dan begonya aku kenapa nggak nekat aja sih buat ngedalamin dunia skateboard itu. Atau...... kenapa aku nggak ada inisiatif buat belajar otodidak aja?
Aku ngapain aja sih waktu itu? Hah? AKU NGAPAAAAIN?
Pemikiran aku-nggak-punya-apa-apa-yang-bisa-ditonjolin-selain-dada-eh-ya-ampun-dada-juga-susah-ditonjolinnya-soalnya-bukan-34B pun kembali muncul. Hidup tanpa bakat atau skill itu....
NGENES JUGA YAK.
NGENES JUGA YAK.
Mungkin itu yang bakal dirasain sama Gretta dan Dan, kalau seandainya mereka nggak punya sesuatu dalam diri mereka. Gretta mungkin bakal pulang ke kampung halaman dan meringkuk di pinggir ranjang karena nggak punya bakat nulis lagu dan nyanyi. Si Dan mungkin bakal bunuh diri kayak Hannah Baker karena nggak punya bakat sebagai produser andal. Kalaupun mereka punya bakat tapi nggak punya semangat, mungkin mereka nggak bakal bisa move on. Mereka nggak bakal bisa dan mau memulai semuanya dari awal lagi.
Jadi menurutku, karena Gretta dan Dan punya bakat dan skill, mereka bisa move on. Bisa membuka lembaran baru. Bisa memulai semuanya dari awal lagi. Makanya banyak korban patah hati yang total ngerombak dirinya supaya kelihatan lebih cantik atau ganteng gitu kan, ya. Atau cari kesibukan dan belajar banyak hal yang bisa menguntungkan mereka. Karena mereka ya mau move on.
Atau bisa jadi gini sih. Karena mereka mau mencintai diri mereka dulu. Sebelum orang lain mencintai diri mereka.
YHAAAA. SOK BIJAK TEROS, ICHAAA. YHAAAAA.....
Oh iya, judul awalnya film ini adalah Can a Song Save Your Life? Tapi akhirnya diganti jadi Begin Again. Aku jadi iseng mau nanya ke diri sendiri. Nanya...
“Can a skateboard save your life?”
15 komentar
NGAPAIN MAIN SKATEBOARD DI KAMAR HAH?
BalasHapusNah ini udah nonton gueee. Dan emang rekomended abis! SEMUA ORANG HARUS NONTON INI WAJIB BIN WAJIB TIADA LAIN SELAIN WAJIB! *maksa bener Hahahaha \:D/
Alhamdulillah, Adi udah nonton.
HapusAlhamdulillah Adi gak nanya, "Begin Again itu apa cuyyy?"
HapusFardhu ain ini mah namanya ya kalo wajib banget, tapi sayangnya filmnya gak punya.. Udah jarang nonton film terbaru -_-
HapusBagus.
BalasHapusKuy main ke Kalijodo. Ada arena main skateboard di sana.
BalasHapusBerarti punya bakat emang penting banget ya. Apalagi setelah menyibukkan diri biar bisa move on. Ya, kalau pengangguran kayak saya begini sibuknya sama apaan?
*kabur*
*nyari loker di koran*
IIIHH PENGEN NOYOR KAMU DEH AKU IH. NGAPAIN SIK MAEN SKATEBOARD DI KAMAR, YAWLAA
BalasHapusSetiap kamu review film di sini, kenapa sih aku tiba-tiba jd kepengen nonton jugaaaa
Kemarin aku udh nonton Easy A, skrg mau nonton 13 reason why itu. Dan skrg kamu review begin again. Semuanya bikin aku penasaran tau chaaa hahahahaha
Mantap Wulan nonton Easy A. Pasti karena baca BF bareng gue, ya? Hoho. Paan c, Yog?
HapusAku waktu itu nonton ini sekali di bioskop terus pas udah download, NONTONNYA BERKALI-KALI! Masih ngena aja gitu. Dan lagunya juga bagus-bagus! Dan setuju sama kalimat sok bijak kamu, Cha! Muah!
BalasHapusNampaknya cman sy yg blm ntn deh.....
BalasHapusudah lama nonton ini dan lupa sama ceritanya wahahaha, pas nonton ini berharap mark ruffalonya berubah jadi hulk itu salah gak sih? :(
BalasHapuskan udah dikasih skateboard sama bg Days, belajar atuh :))
keren sih filmnya, apalagi yang toko cowok keriting itu dia kampret.
BalasHapusWaktu itu gue pas nonton pertama kali ngerasa gak relate juga, Cha. Apa betul harus nonton ulang, ya? Haha. Nanti deh, lagi menjauh dari film-film dulu, sih. Beberapa buku seolah-olah udah ngomel minta dikelarin. :|
BalasHapusKadang emang banyak yang disesalin, sih. Gue jadi ngerasa sedih karena nyerah gitu aja pas dulu SMK belajar gitar. Mikirnya dulu emang gak ada bakat di musik. Sempet bikin band malah jadi vokalis yang gak jelas. XD
Akhirnya sampai sekarang gue belum bisa gitar dan udah males buat belajar lagi. Terus alat musik yang bisa dimaenin cuma suling. Padahal mah kalo emang niat belajar dan tekun, bakat pun bisa dikalahkan kerja keras. :(
Ya udahlah. Pokoknya sekarang kudu fokus belajar dunia tulis-menulis. :)
Yaampun Icha ngapain main skateboard di kamar?
BalasHapusDuh, jangan-jangan kamu kepikiran bikin api unggun di mushola juga, Cha?
Btw, aku suka mupeng sama film-film yang kamu review. Jadi kepingin nonton juga gitu. Tapi...
... gak ada temennya. :(
Makin hari perkembangan tulisan review filmmu makin aduhai saja ca 👌
BalasHapusFilm Bagus nih kayaknya, belum nonton akunya -_-