Karena Captain Fantastic, Tragedi Jadi Komedi
- 01.16
- By Icha Hairunnisa
- 35 Comments
“Ini film superhero kayak Captain America, ya?”
“Captain Fantastic ini siapanya Captain Tsubasa njiir?”
"Apakah Captain Fantastic pengertiannya sama kayak captain unicorn porn?"
Belum cukup bikin aku bertanya-tanya kayak gitu, Captain Fantastic bikin aku ingat sampai rengat sama dua film. Liat posternya, ngingatin sama film Little Miss Sunshine. Pas baca sinopsisnya, langsung keingat Dogtooth. Tentang cara hidup keluarga yang nggak normal, terisolasi dari dunia luar. Little Miss Sunshine dan Dogtooth adalah dua film bertema keluarga disfungsional kesukaanku. Khusus film terakhir, bikin aku dikatain gila sama Dina dan disumpahi serapahi oleh Mak Ben karena kata mereka, film itu aneh banget. Huhuhuhu.
Dan pas selesai nonton Captain Fantastic, aku mendaulatnya sebagai film tentang keluarga disfungsional kesukaanku juga. Di urutan pertama! Filmnya bagus banget faaaaaaak! Makasih buat Alanwari dan Farhan yang udah ngerekomendasiin film ini!
Foto keluarga Sumber: SINI |
Film ini ternyata meraih penghargaan Best Director di ajang Cannes Film Festival. Huaaaa! Aku selalu percaya film-film yang diajangkan di Cannes itu pasti bagus-bagus, layaknya percaya khasiat daun katuk baik untuk melancarkan ASI bagi ibu menyusui.
Langsung aja. Captain Fantastic bercerita tentang Ben (Viggo Mortensen) super daddy dari enam anak yaitu Bodevan (George MacKay), Kielyr (Samantha Isler), Annalise Basso (Vespyr), Rellian (Nicholas Hamilton), Zaja (Shree Crooks) dan si bungsu Nai (Charlie Shotwell). Adegan awalnya sesaat kayak kita lagi nonton Animal Planet. Yha, hidup mereka kayak program-program di channel itu sih, menampilkan tentang hubungan manusia dan hewan. Manusia dan alam. Mereka hidup di hutan, jauh dari perkotaan, dan menolak gaya hidup modern yang konsumtif dan hedonis.
Kehidupan sehari-hari mereka diisi dengan melatih tubuh mereka agar setara dengan atlet profesional, mencari makan dengan cara tradisional, dan belajar dengan sistem homeschooling di bawah cahaya bintang-bintang pada malam hari. Anak-anak Ben sungguh cerdas, tangguh, dan bahagia hidup dengan ‘kekangan’ idealisme sang Ayah yang seolah nggak ngebolehin anak-anaknya kenal dunia luar.
Lari pagi~ Sumber: SINI |
Mirip Dogtooth deh. Tapi miripnya cuma di bagian ‘kekangan’. Karena filmnya ini nggak menimbulkan aura depresif. Justru filmnya ini terasa menyenangkan dan bikin yang nonton ngakak. Genre-nya drama komedi btw. Yang ngebedain lagi, Ben nggak ngajarin yang aneh-aneh ke anaknya kayak orangtua di Dogtooth ngajarin anak-anaknya. Trus, film ini nggak cuma tentang kehidupan mereka di dalam hutan, tapi juga tentang mereka keluar dari hutan dan mulai mengenal dunia yang selama ini mereka (anak-anaknya) nggak pernah tau.
Karena tragedi meninggalnya Leslie (Trin Miller) istri Ben sekaligus Ibu dari enam anak itu, mereka pergi ke ‘dunia luar.’ Perjalanan mereka bukan sekedar pengen ngeliat Leslie untuk terakhir kalinya, tapi juga untuk mengabulkan apa yang diinginkan Leslie, yang dia tulis di surat wasiatnya. Leslie ingin mayatnya dikremasi, bukan dikuburkan dengan aturan agama Kristen. Tapi hal itu nggak berjalan mulus, karena orangtua Leslie mau anaknya tetap dikuburkan.
Melangkah di catwalk. Sumber: SINI |
Sampai di sini, Captain Fantastic juga ngingatin sama Little Miss Sunshine. Dua film itu sama-sama tentang perjalanan menuju suatu tempat. Tapi aku lebih jatuh cinta sama apa yang telah Captain Fantastic lakukan padaku.
Aku suka beberapa adegan di film ini. Pertama, waktu Nai nanya soal apa-itu-perkosa. Dengan santainya Ben ngejawab pertanyaan anaknya itu. Blak-blakan. Nggak ada yang ditutupi. Beda waktu pas waktu aku kecil, nanya sama Mamaku gimana caranya bikin adek, dan Mamaku jawab,
“Beli tepung trus diadon.”
Trus si Nai kepo banget, nanya sampe ke ujung-ujung. Ben keliatan canggung, jadi di tiap habis Nai nanya, Ben selalu ngalihin pembicaraan dengan nanya hal-hal nggak penting ke para anaknya. Bikin ngakak.
Trus si Nai kepo banget, nanya sampe ke ujung-ujung. Ben keliatan canggung, jadi di tiap habis Nai nanya, Ben selalu ngalihin pembicaraan dengan nanya hal-hal nggak penting ke para anaknya. Bikin ngakak.
Sekaligus bikin mikir,
“Apakah kita harus jadi orangtua kayak Ben? Yang ngejawab apa adanya kalau ditanya anak soal hal-hal sensitif?”
Tambah bikin mikir pas adegan Justin, keponakannya Ben nanya gimana Leslie meninggal. Ayahnya Ben ngejawab dengan ‘berbohong,’ dalam rangka melindungi anak-anak dari hal-hal sensitif, sedangkan Ben ngejawab dengan jujur. Bilang kalau Leslie meninggal dengan cara bunuh diri.
Adegan kedua yang aku suka, pas Nai dan sepupunya punya pengertian berbeda soal Nike. Kayak orang-orang pada umumnya, sepupunya bilang kalau Nike itu merk sepatu. Sedangkan Nai bilang kalau Nike itu Dewi Kemenangan dalam mitologi Yunani. KELAS BANGET ANJEEEEER.
Trus yang terakhir, aku suka pas Ben dan anak-anaknya akhirnya bisa menjalankan wasiat Leslie. Mereka melepas kepergian Leslie dengan haru. Dengan nyanyian. Dengan tarian. Dengan tawa. Nggak ada melankolis dan depresifnya. Tapi tetap aja sih aku nangis. Nangis karena terharu ngeliat kebahagiaan mereka. Dan terharu karena betapa indahnya lagu Sweet Child O’Mine-nya Guns and Roses yang mereka nyanyikan. Lagu rock bisa jadi semanis itu njiiiiiiirrrr. Keren!
Acara bakar-bakar yang mengharukan. Sumber: SINI |
Layaknya cowok idaman, Captain Fantastic punya semua yang aku impikan. Tema yang menarik, ada komedi ada dramanya, akting para pemain yang cemerlang, dan pesan yang dibawa itu sebenarnya berat dan sulit tapi bisa dibawakan dengan woles. Captain Fantastic ibarat cowok humoris yang bisa diajak ngomong serius bukannya apa-apa dibercandain, berwawasan luas, dan kritis terhadap hal-hal sekitar.
Tapi Ben bukan Ayah atau suami yang aku idamkan. Bukan berarti dia itu jahat, tapi gimana ya. Idealismenya lebay, bikin anak-anaknya jadi cerdas sih cerdas, tangguh sih tangguh, Tapi jadi nggak tau dunia luar. Nggak tau cara bersosialisasi sama orang lain. Jadi ndeso nggak tau hal-hal kekinian. Bahkan bikin si sulung, Bodevan, jadi gugup banget pas pertama kali ciuman. Film ini ‘bernuansa’ abu-abu, di mana nggak ada hitam dan nggak ada putih.
Sungguh berbulu uuuh~ Sumber: SINI |
Maksudnya, kita bingung menempatkan Ben itu sebagai kepala keluarga macam apa. Dia punya segudang bukti yang nunjukkin kalau dia itu kepala keluarga yang baik. Dia juga punya alasan yang masuk akal kenapa ngebentuk anak-anaknya dengan cara nggak biasa itu. Tapi Ben juga punya bukti kalau dia adalah orangtua yang bajingak. Kita sebagai penonton punya alasan yang bisa diterima buat menyalahkan cara Ben dalam membina anak-anaknya itu.
Zaja, Nai, Bodevan, Rellian, Vespyr, dan Kieryl. Sumber: SINI |
Dan layaknya orangtua yang nggak pilih kasih terhadap anak-anaknya, Captain Fantastic juga nggak pilih kasih pada para pemainnya. Nggak ada yang tampil mendominasi seolah nunjukkin kalau dia lebih berbakat daripada pemain yang lain. Terutama buat pemeran anak-anaknya Ben, mereka punya jatah masing-masing buat menunjukkan akting mereka. Di sepanjangan film, mereka bergantian ‘mengajak’ penonton untuk kenal sama mereka lebih dekat, secara teratur.
Kielyr cantiknya bajingak banget yaaa~ Sumber: SINI |
Semuanya dapat panggung. Emangnya kayak Young Lex, panggung para rapper dimakan semua sama dia.
Karakter Rellian menarik perhatianku btw. Rellian adalah ABG pemberontak yang mulai tergoda sama ‘dunia luar’, dan jadi satu-satunya anak yang ngerasa kalau keluarganya itu nggak normal. Aku ngerasa kalau dia itu aku-waktu-umur-belasan banget. Bisa dibilang dulu aku adalah anak yang suka memberontak sama aturan orangtua, tergoda hal-hal di luar rumah, dan nganggap kalau keluargaku itu nggak normal. Aku pernah bete nggak jelas pas kami sekeluarga lagi ngumpul haha hihi. Aku pernah marah sama Mamaku kayak Rellian marah sama Ayahnya. Aku pernah mikir mau tinggal sama Bapak aja di Bengalon daripada di Samarinda sama Mama, kayak Rellian yang kabur dari Ayahnya.
MASA REMAJAKU NGEDRAMA BANGET BIJINGEK.
Ngomong-ngomong soal ngedrama, Captain Fantastic menurutku nggak bisa ditonton sama orang yang suka ngedrama. Maksudnya, nggak bisa ditonton dengan mood jelek atau dengan apa-apa dipermasalahin. Menurutku penonton film ini harus mau jadi pribadi yang berpikiran terbuka. Banyak hal-hal yang bajingseng. Entah terlihat nggak masuk akal, hal sensitif dibercandain, atau....
Bahkan mungkin orang yang fanatik agama nggak bisa nonton film ini. Orang yang agamis bisa ngamuk kali ya pas ngedengar perkataan Ben soal nggak-suka-agama-yang-terorganisir.
Atau denger pas adegan Ben ngomong gini,
"My face is mine. My hand is mine. My mouth is mine. But I'm not. I'm yours."
Pasti orang agamis bakal koar-koar,
“Astagfirullah! Segala sesuatu itu adalah milik Allah! Kita hanya dititipkan!"
Ya, kayaknya lebay deh kalau sampai kayak gitu. Huhuhu.
Tapi serius, orang-orang ‘ngedrama’ menurutku pasti bakalan nggak habis pikir sama Ben sekeluarga yang kayak ngejadiin kematian Leslie sebagai lelucon. Itu bukan berarti mereka nggak ngerasa kematian Leslie itu nggak berarti. Tapi justru karena mereka itu nganggap itu berarti, karena mereka sayang, makanya mereka ngejadiin tragedi itu jadi komedi.
Mengekspresikan kebahagiaan dengan brutal. Sumber: SINI |
Lucu juga ya kalau tragedi jadi komedi. Aku jadi ingat kejadian dua minggu lalu. Waktu itu aku, Dea, dan Chintya ngelayat ke rumah Dina. Sahabatku itu nyeritain waktu dia dikabarin adiknya kalau kakaknya yang berdomisili di Balikpapan meninggal dunia. Dia bilang,
“Pas aku lihat smsnya Titik (adeknya Dina), aku langsung kaget. Teriak. Asli kayak ngeliat hantu!!!”
Aku, Dea, dan Chintya nggak bisa nahan ketawa ngeliat Dina melakukan reka ulang adegan nerima sms itu. Ekspresi Dina lucu banget. Dina yang biasanya sok cool, jadi kayak Jim Carrey yang ekspresif. Kami ngakak keras sambil bersumpah serapah. Dina ikut ngakak dan mukulin tubuh Dea yang gempal. Sungguh, kami adalah pelayat yang tak tau sopan santun. Malah ngakak di suasana berkabung.
Menurutku, Young Lex menjadikan tragedi foto masa kecilnya di-bully oleh netizen sebagai ide lagu. Di lagu terbarunya yang berjudul Makan Bang itu, seolah dia ngetawain netizen yang udah nge-bully dia. Seolah ‘berterimakasih’ ke para netizen karena udah ngasih inspirasi. Banyak yang bilang kalau dia kayak gitu karena baper. Tapi gimana ya, aku mikirnya kalau dia kayak gitu dalam upaya berusaha menjadikan tragedi itu sebagai komedi. Dia nganggap itu sebagai lucu-lucuan. Komedi buat dia, trus komedi buat netizen juga sih ujung-ujungnya.
Dan aku ngerasa ikut-ikutan ngejadiin tragedi jadi komedi juga. Kemaren pas lagi jam istirahat kerja, Mamaku nelpon ngasih tau aku kalau adekku, Nanda, harus dioperasi.
“Hah? Operasi apa?”
“Itu lho. Benjolan di dada sebelah kirinya. Kan tadi pagi ke Dirgahayu. Diperiksa. Itu tumor sekalinya, Cha.”
Aku langsung ngakak di situ. Ngakak karena nggak nyangka benjolan yang pernah aku grepe-grepe dan sering Nanda grepe-grepe sebagai pelipur bosan, ternyata adalah tumor mamae atau tumor payudara. Ngakak juga karena INI UDAH KAYAK SINETRON AJA NJIR. PAKE OPERASI SEGALA.
“Kok Icha mau ketawa ya, Ma. Padahal ini sedih,” jawabku sambil nutupin mulut pake jilbab.
“Astagfirullah. Pokoknya nanti malam kamu yang jaga Nanda, ya. Besok izin aja nggak usah turun kerja.”
Telponan itu pun berakhir. Aku langsung ngakak sengakak-ngakaknya. Grup WA saudara ternyata ngebahas itu juga. Kak Dayah nyemangatin Nanda, sedangkan aku koar-koar bilang kalau itu kayak sinetron.
“Icha sudah situasi genting gini masih bisa ngelawak,” kata Kak Fitri di convo grup.
AKU JAHAT YA. HAHAHA. HAHA. HA.
Setelah nyuruh aku istigfar dan menenangkan Nanda, Kak Fitri malah bilang,
“Saya aja kayak ngerasa Nanda mau lahiran.”
Laaaaaaah. Aku tambah ngakak di situ. Nanda dan Kak Dayah juga ikutan ngakak.
Malamnya, Nanda dioperasi di rumah sakit Dirgahayu. Setelah kurang lebih satu jam, seorang suster keluar ngabarin kalau operasinya udah selesai, dan nunjukin baki atau apasih-namanya-aku-nggak-tau-njir yang isinya....
“Ini tumor yang diangkat, ya. Kami periksa dulu apakah tumornya jinak atau ganas. Paling cepat seminggu hasilnya udah keluar.”
Aku kaget liatnya. Yang kupikir cuma segede jempol, taunya besar-juga-fak-dah-kayak-tiga-jempol-kakinya-Dea-digabung-jadi-satu.
Aku menoleh ke samping, ke arah Bapakku, dengan masang tampang mau nangis. Bapak malah ketawa sambil geleng-geleng kepala. Trus aku ikut ketawa juga dengan canggung.
"Silakan kalau mau difoto," tawar si suster. Jiwa paparazi-ku langsung timbul.
Begitu Nanda udah keluar dari ruang operasi, ke ruangan dirawat, sadar dari bius, aku nunjukkin foto tumor itu. Dia keliatan kaget trus bilang,
“Kok kayak pizza sih, Ndese? Saya jadi lapar nah.”
HOLYSHIT. KAYAK PIZZA DARIMANANYA NJIIIIIR?!
Aku ngakak. Tragedi (kalau operasi tumor susu itu bisa dibilang tragedi sih) dijadiin bahan tertawaan. Yaaaa tapi aku tetap sedih. Sekeluarga sedih dan simpati. Ngakakku itu bukannya wujud dari nggak peduli sama adekku itu. Aku peduli, aku prihatin, aku sedih, tapi nggak ditunjukkan dengan cara melankolis.
Sebenarnya aku heran sama sikapku. Tumben aku nggak nangis. Mungkin efek nonton Captain Fantastic kali, ya?
Yha. Mungkin. Captain Fantastic seolah ngajarin kalau tragedi yang terjadi di kehidupan kita, baiknya nggak usah disedihin. Boleh sih disedihin, tapi jangan sampai bikin lupa buat bahagia lagi. Alias kesedihannya jangan berlarut-larut. Dan kalau kita mandang tragedi itu dari sisi positif, tragedi itu bisa kita tertawakan. Jadi hiburan buat kita. Kalau kayak gitu, kita terlihat ikhlas dalam nerima tragedi yang terjadi, daripada kalau kita misalnya bersedih-sedihan. Kayak nggak terima sama takdir gitu. Lagian, tragedi itu juga udah berlalu. Pasti berlalu.
Captain Fantastic seolah ngajarin kalau tragedi menyangkut soal keluarga aja bisa dijadiin komedi. Apalagi tragedi menyangkut orang yang 'bukan siapa-siapa' kita. Orang yang cuma singgah di kehidupan asmara kita, misalnya.
35 komentar
Semoga lancar operasinya, kakak Nanda. Dulu kamu dibikinnya dari adonan tepung.
BalasHapusLho, foto tumor itu kayak apa deh? Boleh di-share ke grup? :))
Yuhuuuu~ Terima kasih, Robby adik kecilku~ Udah selesai operasi malam itu juga~
HapusKemarin udah mau dikirim tapi nggak jadi. Takut kalian menjerit manja. Bahahahaha.
Aduh kalimat penutupnya :)
BalasHapusEh keluarga yang gak akur satu sama lain, itu termasuk keluarga disfungsional gak sih? Kalau iya, coba tonton This Is Where I Leave You, Cha. Lumayan seru lho.
Buat Nanda, moga cepet sehat lagi dan bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya. Dia adalah bintang. Dan sejauh yang kutahu, bintang akan selalu bersinar. Menyinari kehidupan.
eaak...
HapusHuehehehe. Emang dasar akunya baperan yaps. Bahasan soal keluarga disambungin ke asmara juga :D
HapusBenar! Iya aku udah liat trailernya sama baca ulasannya, Agia. Ngingatin sama film August: Osage County. Yuhuuu~
Seneng banget baca komen kamu ini, Agia bijingek!!!!! Huaaaaaaa terima kasih yaaaaaaa!!!! Ini dia udah membaik kok. Ini nggak masuk kuliah selama seminggu. Enak banget anjir meliburkan diri gitu.
Btw kalimat terakhir komennya tolong dikondisikan. Ngingatin sama komen di Instagram btw. Gombal! Hahaha.
aku belum nonton film nya nih ca, tapi setelah baca ulasanmu yang panjangnya melebihi skripsiku di masa kuliah, langsung ngasih kabar kepada kawan yg kebetulan punya ini film, agar besok dikopikan ke flashdisk lalu aku pinjam haha..
BalasHapusbtw ini tulisanmu, sedikit lagi bisa saingan sama skripsiku cha, panjang bener hahaha harus perlu kesabaran ekstra pas bacanya
Huahahahaha. Coba ditonton deh, Mas Fan. Siapa tau suka. Buat penyegaran habis ngerjain skripsi.
HapusPerlu kesabaran ekstra! Ya ampun. Segitu panjangnya kah postinganku iniiiii :((((
Aaaaahhh,, perempuan emang riskan banget kena tumor di bagian payudara ya. temenku ada beberapa yang kena tumor juga.
BalasHapusaku jadi takut sendiri.
semoga nanda cepet sembuh ya... :)) operasinya juga semoga lancar.
Iya nih, Puti. Ku juga takut. Faktor sembarang makan juga. Sekarang kan makanan macam-macam gitu. Ya, gaya hidup kita harus diperhatikan juga sih.
HapusAamiin. Makasih ya, Put! Ini dia udah mulai baikan sih. Dan operasinya udah berjalan juga. Cuma sejam ternyata. Cuma. Hahahahaha.
Yah gak ada hubungan sama captain america atau tsubasa. Gak seru lah pilemnya. wkwkwwk
BalasHapusWah! Parah nih. Masa kena musibah operasi tumor malah jadiin komedi. Gue orangnya baperan. FIX! Gak bisa nonton begituan. HAHA
Hahaha. Iya nggak ada hubungannya sama itu kapten berdua.
HapusYa aku juga baperan orangnya. Tapi ngejadiin tragedi jadi komedi itu maksudnya biar masalahnya nggak ditangisin terus-terusan. Bukannya masalahnya jadi diremehin. :D
My least favorite movie pas akhir tahun lalu!
BalasHapusMau rekomendasiin ke orang-orang, tapi mau langsung suruh mereka nonton aja soalnya banyak konflik dan adegan epik yang lebih baik nggak diceritain. Mungkin karena aku nonton film ini tanpa tendensi apa-apa makanya jadi suka banget kemarin. Terus aku baca review-mu too much info jadinya, maaf. :(
Wuuuih! Tos!
HapusHAHAHAHA IYA. Aku baru sadar kalau aku engas banget nge-review-nya. Segala dikasih tau "jatah panggung" anak-anaknya lagi. Sungguh bajingak. Makanya jadi panjang banget gitu yaps. Oke noted deh. Lain kali kalau ngereview film, nggak seengas ini :D
Nah iya. Aku juga seneng banget nontonnya kemaren. Nggak masang ekspetasi apa-apa. Yang ngerekomendasiin juga nyuruh nonton aja tanpa kasih bocoran adegan yang bikin kita harus nonton film ini. Dan ternyata itu berpengaruh banget sama kepuasan yang didapat dari filmnya. Btw makasih atas kritik dan sarannya, Kang Rido. Sangat membantu! :)
BTW APAAN COBA AKU BILANG MAKASIH ATAS KRITIK DAN SARANNYA. PERASAAN NGGAK KASIH SARAN DAH. HAHAHA. YAUDAH ANGGAP YANG MAU REKOMENDASIKAN KE ORANG2 NYURUH LANGSUNG NONTON AJA," ITU SEBAGAI SARAN. POKOKNYA MAKASIH AJA DAH. 😂😂😂
HapusChaa superlove sama review mu yang ini.
BalasHapusBisa nyambung kemana mana tapi gue nikmatin bacanya.
Apalagi yang endingnya itu kan, ajegileeee..
yang gue paham malah soal ditinggal mantan dan dia punya pacar seminggu kemudian. Wkwkw bener bener tragedi yang harus di tertawakan, sekaligus jadi pelajaran.
Btw waktu kecil aku juga gitu kok , aku minta di bikin kan adek lagi (karena aku anak terakhir) Eh si mama malah bilan “Mau bikin adek dari tepung trus diadon???????????????”
Huaaaaaaaaa Laili!!! Makasih ya. Love you!
HapusBahahaha. Turut berduka cita atas tragedi yang pernah terjadi itu ya, Li. Tapi turut tertawa juga sih. Kamu tegar sekali menjadikan itu sebagai pelajaran. Yuhuuuu.
Huahahahaha. Kayaknya semua anak di dunia ini dijejelin dengan pemikiran itu ya, Li. :D
Ini ada aroma ROOM-nya dikit deh pasti. :b
BalasHapusUdah cari tahu review film ini di beberapa tempat dan memutuskan untuk jadi salah satu film yang akan ditonton. Tapi entah kapan. Muehehe. \:p/
Waaaaah film Room. Aku belum pernah nonton. :(
HapusHuahahaha. Nunggu mood bagus dulu gitu ya, Di. :D
Pas liat covernya sih emang keliatan film bagus. Iya, gue nilai film dari covernya duluan. Tapi aama kayak adi, pengin nonton tapi masih nunggu mood yg bagus :))
BalasHapusBtw, Nanda dulu lahirnya dari tepung diadon? :o
Semoga gak kenapa2 ya dik Nandanya. Kalo bisa semua penyakitnya ilang, pindah gitu ke kakaknya. Aamiin.
Ohahahaha gitu ya, Yogs. Gemini emang gitu kah? Ngeliat apa-apa dari luarnya dulu, termasuk film? DASAR GEMINI BAJINGAK! HUAHAHAHAHA.
HapusIya. Dari tepung sagu.
DOANYA KOK BAROKAH BANGET SIK....... ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Anjis komen Joga jahat sekali. Masa pindah ke kakaknya. Astagfirullah. :(
BalasHapusKagak perlu jawab terlalu jujur dan blak-blakan juga kayaknya deh kalau ada anak nanya gitu. Tapi kayaknya edukasi seks sejak dini itu penting euy. Daripada cari tau sendiri terus malah bahaya. :(
Gak apa, sih, Yangleks bikin lagu terus. Kan jadi bnyak orang yang milih buat menutup telinga atau malah jadiin itu jokes. :)
Hm, sepertinya menarik juga. Nanti deh kalau film-film di laptop udah pada ketonton. Habis download banyak soalnya. Wqwq.
Iya tuh. Huhuhu. Eh tapi aku tau kok kamu dalam hati juga doain gitu kan, Yogs? Kan kalian kembar. Sehati. Huhuhuhu.
HapusNah iya sih. Tapi ya itu, bahaya juga kalau dia sampe cari tau sendiri karena saking penasarannya. Masih bingung sih mau jelasin blak-blakan apa gimana :(
Hahahaha. Jadi sumber jokes gitu ya dia.
NYAMAN YA KAN DI LAPTOPNYA BANYAK PELEEEEEM...... Iya, Yogs. Tonton aja dulu yang ada :D
Anjay banget lu Cha... jago ngehubunginnya ke mana-mana!
BalasHapusIni salah satu film kesukaan gua juga. Tertarik banget nonton ini gara-gara liat foto mereka yang baru masuk gereja itu. Anaknya yg paling kecil pake masker anti gas beracun gitu. Hahaha..
Betul gua juga jadi bingung nempatin si Ben di posisi ayah baik atau buruk. Keterbukaan sama anak2nya gak ada lawan, tapi di sisi lain juga egois.
Huahahahahahahaha. Makasih atas pujian (atau apa sih itu, Ta. Tolong jelaskan)-nya, ya! Iya nih. Ku terlalu mikir ke mana-mana dan kejauhan gitu. Hahahaha.
HapusWuiiih. Tos! Emang kebanyakan cowok-cowok yang suka sana film ini deh kayaknya. Temen-temenku yang cewek bilang film ini biasa aja :( Nah iya. Si bungsu itu tingkahnya aneh-aneh aja. Trus mereka pake baju warnanya mencolok gitu ke gereja :D
Naaaah..... iya kan. Ben bikin yang nonton jadi bingung dia itu sebenarnya jahat atau baik. Huhuhu. Tapi bagus sih. Jadi filmnya nggak terkesan menggurui ya, Ta. :D
Lihat covernya, sepertinya filmnya bagus. Sempat sekilas baca2 komen disni, itu mas Yoga komennya suadis tenan e :D
BalasHapusItu pas liat fotonyanya kayaknya lagi lapar ya, sampe dibilang pizza gitu, Mba :D
Semoga adeknya cepas sembuh ya, Mba..aamiin..
Covernya kelihatan kayak full colour gitu ya :D Kesannya filmnya fun. Dan iya sih, filmnya menurutku emang fun walaupun cerita yang ada di filmnya itu berat. NAH IYA TUH. YOGA BAJINGAK EMANG. DASAR GEMINI! :(
HapusHahahaha. Bisa jadi. Soalnya dia disuruh 'puasa' dulu beberapa jam sebelum operasi. Pas udah selesai operasi dan udah buang angin, baru dia boleh minum dan makan. :D
Iya. Ini udah sembuh dianya. Makasih yaaaaaa, Mas Andi. :)
Somehow, saya kok kepingin family goal saya kayak keluarga ini ya =D
BalasHapusSAMAAAAA!!!!!!!!! AKU JUGA KEPENGEEEEEN!!!!!! AAAAAAAK!!!!!! MEREKA KOMPAK BANGET GITUUUUUU!!!! =D
HapusSaya belum pernah nonton film ini. Kayaknya bagus.
BalasHapusIya. Filmnya bagus. Ceritanya berat tapi dibawakannya dengan ringan. :D
HapusSepakat sekali dengan, "Captain Fantastic seolah ngajarin kalau tragedi yang terjadi di kehidupan kita, baiknya nggak usah disedihin. Boleh sih disedihin, tapi jangan sampai bikin lupa buat bahagia lagi." Masukin watchlist ah makasi reviewnya :D
BalasHapusYuhuuuuu ada yang sepakat~
HapusOke. Selamat nonton! :D
Ah, masa menontonku balik lagi.. ini film selanjutnya.
BalasHapusGrepe-grepean.. huhu jadi pengen ikutan. Tapi emang pas di grepe gak sakit tuh? Kan tumor. Ah gak ngerti.
Tragedi sebagai komedi. Ah Icha idolaku..
Sudah pulang dari mengembara ya, L?
HapusIKUT-IKUTAN PALALU RENGAAAAAT!!!!!!!!! Iya nggak sakit, Dian. Dan ini udah keluar hasilnya. Tumornya nggak ganas. Huehehehe.
Ah, Mbak Dian bisa aja.......
Tidak sepakat kalau dikatakan tidak normal keluarga Ben --oh barangkali karena sudah terkonstruks oleh media, dimana kehidupan Ben dikatakan tidak normal karena lain dengan kebiasaan orang-- menurut lain, Ben mengajarkan kita untuk memandang pada dunia hari ini, dimana kita dihegemoni oleh kapital. Panjang sebenarnya pembahasan mengenai ini. Ada buku menarik yang nantinya, kau mengamini cara Ben mendidik dan menjauhi kehidupan luar. Bukunya Naom Chomsky, Buku tentang ideologi Anarkisme, bukunya Mikail Bakunin dan lain sebagainya.
BalasHapus