Film Split yang aku tonton hari Rabu kemarin, ngingatin aku sama tagline iklan minuman bersoda Sprite. Nyatanya Split emang nggak ngilangin baper, tapi nyegerin dan bisa ngajak kamu berpikir jernih. Eh. Berpikir sampe rengat sih tepatnya.
Ya, tagline filmnya udah kayak sinopsis singkat filmnya aja.
Sumber: SINI |
Sumpah, sebenarnya aku bingung sama film Split. Aku nggak puas sama ending-nya. Banyak menimbulkan pertanyaan. Tapi aku berusaha pendam sampe rumah. Ya, karena nontonnya juga sendirian sih. Mau nanya sama siapa juga. Dan lagi, aku nggak puas sama seat yang aku pilih. Aku suka duduk di seat F. Tapi waktu itu lagi penuh, dan aku diapit sama orang yang selalu nyerocos, “Nggak ngerti ih.” “Filmnya aneh ih.” “Karakternya banyak tapi yang keliatan itu-itu aja ih.”
BIKIN TAMBAH PUSING.
Rasanya pengen ngomong ke mereka yang ngedumel itu,
“Mulut dijaga.”
Tapi walaupun bikin pusing, Split itu nyegerin. Memang nyegerin dengan genre filmnya yang thriller-psikologi. Trus sutradaranya, M. Night Shyamalan, yang punya banyak penggemar sekaligus haters karena film-filmnya ada yang bagus dan ada yang jelek. Eh beneran haters nggak sih? Soalnya ya itu, pada banyak yang kecewa sama film-film beliau. Banyak yang ngerasa film-film beliau setelah The Sixth Sense itu nggak bagus.
Aku juga kenal Om Night Swalayan (panggilan sayangku buat beliau, eh sebenarnya karena susah ngetik namanya sih huhu) pas di filmnya yang The Visit. Film yang direkomendasiin Mbak Nita di salah satu postingannya. Film yang bikin aku mikir kalau kita jangan sampai durhaka kepada orangtua. Durhaka sampai mutusin buat kabur dari rumah, dan ngebiarin orangtua jadi...
Nah, berbekal rasa sukaku sama The Visit, aku mutusin buat nonton Split. Oh iya, sama penasaran dengan James McAvoy sih. Aku baru pernah nonton satu filmnya, judulnya Atonement. Di situ dia imut banget, bajingaaaaaak! Mata birunya ngegemesin!
Dari muatamu, dari muatamu, ku mulai jatuh cinta! Sumber: SINI |
Di Atonement, dia main bareng Keira Knightley dan Saoirse Ronan. Adegan James dan Keira melepas rindu dengan beringas di perpustakaan sungguh epik.
Akting James McAvoy di Atonement bikin nangis sesenggukan. Dan di Split...
Split bercerita tentang tiga gadis ranum yang terdiri dari Casey (Anya Taylor-Joy), Clarie Haley Lu Richardson), dan Marcia (Jessica Sula) yang diculik oleh seorang lelaki paruh baya bernama Kevin (James McAvoy). Lelaki itu mengidap penyakit DID (Dissociactive Identity Disorder) yang menyebabkan dia punya 23 kepribadian. Nah, salah satu kepribadian itu yang menculik tiga gadis ranum, dan kepribadian itu punya nama, yaitu Dennis.
Matamu melemahkanku, Mz. Galak bener. Sumber: SINI |
Setiap kepribadian yang dipunyai Kevin punya nama dan ciri khas masing-masing.
Kalau si Dennis, adalah cowok kacamataan kayak Yogaeksrim dan Yogaesce. Rada cabul juga, karena sempat minta Marcia ngelakuin yang aneh-aneh. Persis banget kayak dua Yoga atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Yoga pangkat dua. Tapi Dennis terobsesi dengan kebersihan. Kalau Yoga pangkat dua, terobsesi dengan page one.
Ada Barry, si desainer berbakat. Ada Patricia, cewek yang anggun layaknya putri keraton. Patricia yang diperanin sama James McAvoy yang botak itu kelihatan lucu di mataku. Bikin aku ketawa kecil yang sok-sok ditahan tiap liat dia muncul. Tapi tawa kecilku berubah jadi tawa ngakak membahana pas dia mutar musik. Trus dia bilang,
"Kudengar musik orang Asia membantu melancarkan pencernaan."
Spontan aku langsung keingat lagu Badass-nya Awkarin. Lebih tepatnya ingat sama komen ini,
Om Swalayan ternyata melek sama industri musik Indonesia juga!
Dan ada Hedwig adalah anak umur 9 tahun, yang suka dengerin Kanye West hip hop hip hopan. Nah, aku suka sama Hedwig! A en je a ye pokoknya! Aktingnya James gemilang banget pas meranin Hedwig. Bener-bener kayak anak umur 9 tahun. Aku juga dibikin ngakak pas di salah satu scene, di mana Hedwig minta cium sama Casey. Begitu dikasih, Hedwig dengan polosnya bilang,
"Mungkin kamu hamil sekarang!"
Mirip kayak film siapaaaaaa gitu. Om Swalayan ternyata tau karya anak Indonesia juga njiiiiiirrrr. Hebat! Ku makin cinta produk dalam negeri!
Oh iya, sebenarnya nggak semua kepribadian ditampilin secara eksplisit sih. Ya kepribadian di atas itu yang ditampilin. Tapi kita udah dibikin percaya aja kalau kepribadian yang ada di tubuh Kevin itu beneran ada 23. James McAvoy bisa memerankan banyak kepribadian hanya dengan mimik wajah dan gestur tubuh. Tanpa perlu dia memperkenalkan diri lagi kerasukan kepribadian yang mana. Bajingseng!
Hedwig junjunganku! Sumber: SINI |
Trus aku ngerasa James McAvoy punya muka yang mirip sama Aamir Khan dan Zumi Zola. Lebih mirip sama Zumi Zola sih. Mukanya nyegerin banget! Sampe bikin aku takut ketiduran pas nontonnya.
Hal nyegerin lainnya yaitu filmnya ini ada nampilin masa lalu-nya Casey. Bergantian antara masa sekarang dan masa waktu kecil. Sampe sekarang aku masih nggak paham apa hubungannya masa lalu Casey dengan banyak kepribadiannya Kevin. Tapi yaudah lah. Nikmati saja alunannya.
Sekilas mirip Shaloom anaknya Wulan Guritno, ya? Sumber: SINI |
Dan Om Swalayan masih pake hal yang jorok gitu. Hahaha. Gimana ya, waktu di The Visit, ada scene di mana salah satu tokohnya dijejelin sama pampers yang isinya... uugh. Mirip kayak Sukatoro. Di Split juga ada yang jorok semacam itu, tapi nggak parah sih. Pokoknya bikin ngakak sekaligus.... NYEGERIN BANGET NJIR.
Oh iya, tujuan Dennis menculik tiga gadis masih segelan itu adalah buat membangkitkan kepribadian ke-24. Bajingak. Kurang banyak ternyata 23 kepribadian itu bagi beliau. Dan masih kurang aneh. Ya, kepribadian yang ke-24 itu memang lebih aneh sih. Varises sekujur badan.
Huufh. Semoga itu bukan spoiler ya.
Dan semoga Split adalah film yang memuaskan para fans Om Swalayan. Menurutku kehadiran film Split ini tujuannya buat menyegarkan ingatan para fans akan film-film Om Swalayan sebelumnya. Ending-nya Split sengaja dibiarin ngegantung. Dan bagi pecinta Om Night Swalayan, menurutku bakal ketawa atau seenggaknya ngumpat, "Bahahahaha telek!" pas di ending-nya. Sedangkan buat aku.... kebingungan sampai ngerasa kepala mau rengat. Huhuhu.
Tapi secara keseluruhan, Split nyatanya nyegerin!
Dan yang paling nyegerin..... Split menyegarkan ingatanku akan kenyataan kalau dulu aku sempat sok-sokan punya kepribadian lain. Punya alter ego, bernama Alzhema. Alter ego yang sempat nulis di blog ini. Alter ego yang seenaknya aku hidup-matikan.
Habisnya aku ngerasa konyol aja sih punya alter ego. Trus kalau dipikir-pikir juga, sebenarnya kita punya banyak kepribadian tanpa harus kita bentuk. Tanpa harus kita kasih nama kayak kepribadian-kepribadiannya Kevin.
Kepribadian kita bisa beda antara di dalam rumah sama di luar rumah. Antara lagi bergaul sama teman A dan teman B, kita bisa menjadi pribadi yang beda juga. Contohnya kalau aku di aku, saat lagi sama Dita, aku jadi orang yang ngatain dia dengan sepenuh hati sekaligus ngemong dia dengan segenap perhatian, mengingat dia yang lebih manja dan ngambekan daripada aku. Mungkin karena itu juga dia manggil aku dengan sebutan Tante. Huhuhu.
Pas lagi sama Kak Ira, aku jadi manja secara otomatis dan menyerahkan diri sepenuhnya untuk diceramahi, mengingat dia adalah kakak sepupuku dan sifatnya lebih dewasa daripada aku.
Kalau lagi sama Dina, aku jadi orang yang kebal akan kritikan soal film kesukaanku. Dia suka banget ngatain film-film yang aku suka. Terakhir dia ngatain film yang aku suka, waktu ngatain La La Land. Dengan ketawa iblisnya yang nggak sinkron sama muka manisnya itu, dia cerita kalau dia tidur pas nonton La La Land. Dan dia lebih terima kalau Hacksaw Ridge jadi yang dielu-elukan netizen, bukannya La La Land.
HUHUHUHU. SI DINA BAJINGAK. MENTANG-MENTANG MASIH NGGAK TERIMA KALAU EMMA STONE PUTUS SAMA ANDREW GARFIELD!
Ya, 'kepribadian' di atas sebenarnya itu lebih tepat dikatakan sebagai penempatan diri sih. Itu adalah kemampuan kita memahami orang lain yang punya sifat berbeda sama kita. Menyesuaikan diri kita dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar kita.
Trus gimana dengan ini?
Di depan orang yang kita suka, mendadak kita bisa menjadi pribadi yang beda. Kita yang biasanya kalem, bisa menjadi sosok yang atraktif demi mencari perhatiannya. Kita yang biasanya nyerocos mulu, ekspresif, brutal, beringas, tiba-tiba bisa jadi sosok yang seolah semuanya dijaga. Mulut dijaga. Kelakuan dijaga. Padahal hati nggak dijaga jadinya bisa disusupin sama si gebetan.
Kita seolah punya kepribadian yang lain. Iya nggak sih? Pikirkan bersama, jangan sendiri.
Menurutku, kita memang harus punya kepribadian lain daripada kepribadian yang selama ini mendiami jiwa dan raga kita. Kita yang aslinya pemalu, harus punya kepribadian nggak tau malu karena itu bisa dipakai untuk menunjukkan bakat kita pada dunia. Kita yang perasa, harus punya kepribadian cuek-bebek agar sadar bahwa kesalahan di dunia ini bukan karena kita. Kita yang menganggap semuanya teman dan mempercayai mereka, harus punya kepribadian yang mikir kalau “Trust no one,” itu baik adanya.
Dan, kita yang aslinya sayang banget sama seseorang, harus punya kepribadian yang ngerasa biasa-biasa aja sama seseorang itu juga. Kita harus punya Hedwig di dalam diri kita. Hedwig si anak umur 9 tahun yang nggak ngerti soal sayang-sayangan. Supaya hidup kita nggak melulu soal seseorang itu. Supaya kita jadi orang yang nggak... membosankan. Nggak menjadi orang yang selalu senang dan sedih karena hal yang sama.
Dan, kita yang aslinya sayang banget sama seseorang, harus punya kepribadian yang ngerasa biasa-biasa aja sama seseorang itu juga. Kita harus punya Hedwig di dalam diri kita. Hedwig si anak umur 9 tahun yang nggak ngerti soal sayang-sayangan. Supaya hidup kita nggak melulu soal seseorang itu. Supaya kita jadi orang yang nggak... membosankan. Nggak menjadi orang yang selalu senang dan sedih karena hal yang sama.
Split bikin aku berpikir sejernih itu.