“Kalian setuju nggak sih, kalau cantik itu musibah?”
Pertanyaan itu datang dari Reyhan Ismail. Blogger merangkap hacker yang juga merupakan anggota grup Telegram World Werewolf Federation.
Reyhan dan jajaran cast Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Sumber: Ilham bijingeks |
Setelah beberapa waktu yang lalu Rey ngajuin pertanyaan “Apakah manusia punya bulu pantat?” ke grup, dan memancing banyak hujatan bukannya jawaban, Reyhan tadi malam kembali berulah.
Mungkin itu bisa dibilang minta pendapat sih, bukan ngajuin pertanyaan. Juga lebih rasional daripada bertanya soal pantat atau bertanya “Saya mirip Junot kan?”
Cukup banyak yang menyambut gayung Reyhan alias menjawab pertanyaan Reyhan itu. Kak Ira mantap ngejawab, “Tidak.” Trus soal pendapat soal cantik dari para anggota pun mengalir deras. Sederas darah menstruasi saat hari pertama.
Jaimbum: “Cantik itu anugerah. Cantik wajah, cantik perilaku. Udah sih gitu aja.”
Kak Ira: “ Tidak. Balik lagi ke kepribadian orang itu masing-masing, Rey.”
Justin: “Cantik itu relatif, namun kebanyakan, yang dianggap cantik adalah sesuatu yang dibilang cantik oleh iklan-iklan nih, salah satunya. Jadi definisi cantik mengalami konstruksi sosial."
Ilham: “Cantik tidak cantik adalah anugerah. Selebihnya, hanya kesalahpahaman.”
Haris Firmansyah: “Cantik itu luka. Tapi jelek itu bonyok. Tergantung kita bisa mengobatinya atau tidak.”
Haris Bagus Saputra: “Cantik itu wanita. Walaupun ada sebutan piring cantik, tetap awalnya wanita. Wanita makhluk terindah yang pernah diciptakan. Untuk mewakili keindahan tersebut, dibuatlah kata cantik. Dan sekarang buat menyebut sebuah keindahan banyak yang bergeser jadi cantik.”
Bidadari magang, Deva: “Cantik itu.... gua.”
Aku sendiri juga ikut serta ngejawab pertanyaan Rey. Awalnya dengan nanya balik,
“Wah. Kenapa bahas ini, Rey? Kamu ngerasa kecantikan yang pada dirimu itu musibah?”
Habis itu ngelontarin pendapat nggak penting. Nggak memuaskan birahi Reyhan.
Ya, aku ngerasa kesusahan buat ngejawab pertanyaan Reyhan. Ujung-ujungnya pertanyaan Reyhan bikin aku keingetan sama lagu Beyonce yang judulnya Pretty Hurts.
Ini lagu lama sih. Rilis di tahun 2014. Dan nggak booming kayak Bad-nya Younglex ft Awkarin juga. Tapi menurutku, lagu ini bukan sekedar lagu. Mungkin bagi Katy Perry juga gitu. Dilansir dari kapanlagi.com, Katy Perry nyesel lagu ini dinyanyiin sama Beyonce. Padahal sang pencipta Pretty Hurts, Sia Furler, nawarin ke Katy Perry. Tapi Katy Perry-nya nggak balas email penawarannya Sia. Huh. Udah kayak kita chat si dia, tapi dibaca doang. Cukup menyakitkan. Eh, itu sih sungguh menyakitkan, bosque.
Dan entah karena akunya yang melankolis parah, rasanya sungguh menyakitkan kalau dengerin dan nontonin MV (music video)-nya Pretty Hurts. Lagunya bikin sedih. Ngeliat MV-nya, bikin sakit. Menurutku, lagunya nggak bakal bikin aku baper parah kalau MV-nya nggak kayak gitu. Bisa dibilang, MV-nya Pretty Hurts jadi favoritku, setelah MV-nya Maroon 5 yang She Will Be Loved. Di She Will Be Loved, Adam Levine masih ranum dan suka sama Ibunya pacarnya sendiri. Adam Levine yang horny sama MILF rapuh, terlihat begitu menggemaskan di mataku. UH!
MV Pretty Hurts dan pertanyaan Reyhan tadi malam bikin aku mikir, kalau cantik itu bukan musibah. Menurutku Justin juga nganggap gitu, pas aku ngebaca post-nya INI. Justin menjelaskan definisi cantik versi dia.
Dan Beyonce juga punya definisi cantik sendiri di Pretty Hurts. Lagu ini bercerita tentang menjadi cantik itu menyakitkan. Bukan pas cantiknya, tapi pas ngikutin banyak tuntutan yang ada supaya tetap terlihat cantik atau minimal terlihat cantik. Merawat diri supaya terlihat cantik sih masih sah-sah aja, tapi di Pretty Hurts itu lebih ke mengubah diri.
Makna lagunya yang udah dalem itu didukung dengan MV-nya yang bikin lebih dalem menusuk. Di MV-nya itu, Beyonce ceritanya jadi salah satu peserta kontes kecantikan. Lika-likunya menjadi peserta kontes kecantikan terlihat dengan miris di MV itu. Lirik awal lagunya jadi gerbang kenyesekanku.
“Mama said, you’re a pretty girl
What’s in your head, it doesn’t matter
Brush your hair, fix your teeth
What you wear is all that matters.”
WHAT’S IN YOUR HEAD, IT DOESN’T MATTER. WHAT YOU WEAR IS ALL THAT MATTERS. Cantik dilihat dari luar aja.
Sedih sih ini, kalau kata Jaimbum.
Lirik seterusnya, ngejabarin tentang banyaknya tuntutan untuk menjadi cantik. Tuntutan yang lama-kelamaan semakin nggak realistis aja. Tuntutan untuk bukan menjadi cantik lagi, tapi untuk jadi sempurna tanpa cacat cela. Tuntutan yang harus dipenuhi Beyonce dan teman-teman satu kontes kecantikannya. Beyonce menyanyikan lagu ini dengan emosional. Dia kelihatan cantik banget sekaligus terluka banget.
Lagunya ditutup dengan lirik,
“Are you happy with yourself?”
Seolah bikin yang ngedengerin jadi merenung dan nanya ke diri sendiri,
“Bersusah payah ini itu kayak diet karena minder dibilang gemuk atau pake softlens karena takut terlihat jelek, apa bikin kamu bahagia?”
Untuk poin kedua di pertanyaan tadi, ngingatin aku sama diriku sendiri. Pake softlens karena takut dianggap jelek. Salah satu dari sekian ketakutanku. Dan ketakutanku itu udah ada sejak lama. Sejak kelas dua SMP.
Mataku minus sejak kelas 6 SD. Dan demi keselamatan diri sendiri dalam beraktivitas, aku mutusin buat pake kacamata. Tapi keputusanku berubah pas sebuah momen kejingsengan terjadi. Sempat aku ceritain di SINI. Waktu itu aku pacaran sama teman sekelas, kami putus, trus beberapa hari kemudian diary dan sms-sms di hapeku jadi bahan bacaan di depan kelas. Isinya tentang hubunganku sama temen sekelasku itu. Aku dan dia diciye-ciyein. Lalu momen itu berakhir dengan pernyataan,
“Mana mungkin aku pacaran sama Betty Lafea!”
Aku ngerasa jelek banget begitu dia bilang gitu. Aku bertekad buat belajar pake softlens akhirnya pake softlens terus sampe sekarang.
Aku juga pernah berupaya buat ngurusin pipi. Aneh sih memang. Waktu itu aku putus, eh ralat, diputusin mantan dengan alasan mau fokus sekolah. Beberapa bulan kemudian, si mantan udah punya pacar lagi. Pacar barunya cantik. Matanya bulat dan pipinya tirus. Begitu tau kenyataan pahit itu, aku langsung liat cermin dan ngeliat kalau aku nggak kayak pacar barunya. Badanku kurus tapi pipiku nggak tirus.
Aku pun males makan dan tiap hari nepokin pipi sendiri. Karena aku pikir, karbohidrat, protein, serta lemak dalam makanan itu menetapnya di pipiku doang. Dan itu bisa dikurusin denggan cara ditepok-tepokin. Huhuhuhu.
Pemikiran yang sangat asu.
Pake softlens menurutku lebih nyaman dipandang daripada pake kacamata. Tapi nggak aman. Aku pernah nggak turun sekolah karena mata sebelah kiriku bengkak memerah. Panas. Berair. Nggak bisa dibuka.
Aku juga pernah pake softlens sebelah kanan doang karena softlens sebelah kirinya udah rusak. Bikin mataku keliatan gede sebelah. Mau beli tapi waktu itu nggak ada uang. Mau minta orangtua, pasti diingatin sama tragedi mata-bengkak-merah-berair dan disuruh pake kacamata aja. Dan waktu cairan softlensku habis, aku terpaksa pake air keran buat nyuciin softlensku. Ending-nya, seharian aku ngerasain mataku gatal minta digaruk gemes.
Walaupun nggak ada apa-apanya sama yang di MV Pretty Hurts, tapi aku ngerasa relate sama MV itu. Berusaha menjadi cantik itu pretty hurts. Pake softlens dan ngurusin pipi adalah dua upaya bodohku buat kelihatan cantik. Seenggaknya cantik di hadapan orang yang waktu itu aku sayang. Dan walaupun aku nggak berhasil kelihatan cantik, aku bisa ngerasa aku terlihat normal, wajar, apalah itu. Nggak ngerusak pemandangan.
BAJINGAK. AKU NGETIK ITU SERASA RENDAH DIRI BANGET.
Tapi rasanya masih mending sih, daripada dulu. Waktu jaman sekolah, aku udah ngerasa kalau aku ini frigid. Hampir sama kayak lemah syahwat gitu. Frigid adalah hilangnya gairah seksual pada wanita karena faktor kejiwaan. Bisa karena cemas atau takut nggak ada yang bisa menerima wanita itu apa adanya, karena trauma masa lalu, atau karena keegoisan pria yang mendominasi ranjang.
Intinya, aku udah memikirkan kalau aku nikah nanti, pasti ena-enaku jauh dari kata ena.
Bajingak banget. Karena sekarang pada kenyataannya, birahiku di atas normal.
EH. ENGGAK.
Bajingak banget karena, “Kenapa aku senaif itu?” Sampai bikin aku rendah diri. Nggak cinta sama sama diriku sendiri. Sampai bikin aku mikir aku jelek pake kacamata. Bikin aku nangisin mata minusku. Sok tegar pake softlens yang bikin mata sakit. Benci sama pipi tembemku. Susah move on berlebihan sampe ngerasa frigid. Kenapa aku terlalu menuhankan kecantikan versi orang lain? Kenapa aku nggak bersyukur dengan apa adanya aku aja?
Aku jadi ingat adegan favoritku di MV Pretty Hurts. Beyonce lagi di panggung, habis unjuk bakat yaitu nyanyi, trus ditanya sama MC-nya.
“Ms. Third Ward, your first question. What is your aspiration in life?’
Di situ, Beyonce kelihatan tercengang pas ditanya gitu. Ngejawabnya juga nggak lugas. Menurutku bukan karena gugup, tapi karena itu pertanyaan yang nggak terduga buat dia.
Kalau Pangeran Wortel ada di posisi Beyonce itu, mungkin dia bakal ngejawab dengan lugas deh. Ngejawab dengan kalimat,
“Pertanyaan bagus!”
Wow. Aku semakin bangga sama Pangeran Wortel. Ululululululu~
Oh iya, balik ke Beyonce lagi.
Trus Beyonce ngejawab,
“Oh... My aspiration in life... would be... to be happy.”
Jomplang sama flashback yang ditampilin pas Beyonce ngomong gitu. Miris.
Ya, miris. Beyonce “dituntut” hidup untuk menjadi cantik. Semakin berupaya buat jadi cantik, semakin merasa sakitlah dia. Semakin ngerasa takut nggak ada yang bisa nerima dia apa adanya. Padahal yang dia mau adalah menjadi orang yang berbahagia. Dan kalaupun harus cantik, kecantikan jiwa yang lebih penting. Jauh lebih penting daripada kecantikan raga.
Pembahasan soal definisi cantik di grup WWF, makna lagu Pretty Hurts, dan upayaku buat terlihat cantik meskipun tetap aja nggak cantik, melahirkan jawaban baru buat pertanyaan Reyhan.
“Cantik itu menurutku anugerah, Rey. Berusaha untuk memenuhi tuntutan yang menyakiti diri sendiri demi menjadi cantik, itu yang disebut musibah. Jadi, cantik atau enggaknya seorang perempuan, dia harus tetap berbahagia. Perempuan itu harus percaya kalau dia mau ngerasa bahagia, dia lebih dari nyaman dipandang. Dia lebih dari sekedar cantik.”
Semoga jawabanku ini bikin Reyhan berhenti nganggap kalau kecantikan yang ada pada dirinya itu musibah. Aamiin.