Nggak semua buka bersama, atau yang biasa disebut bukber, berjalan sesuai yang diinginkan. Ada bukber yang pada nggak bisa datang semua orangnya. Ada bukber yang ngecewain karena makanan di tempat bukbernya nggak enak tapi harganya mahal. Dan ada bukber yang canggung. Bukan seru-seruan, malah diem-dieman.
Misalnya pas bukber sama teman sekelas, eh ada teman sekelas yang udah nikah dan ternyata nikah sama mantan kita. Jadinya awkward geleng-geleng kepala. Udah kayak pas ngeliat fotonya Awkarin di IG. Di fotonya itu, dikasih tulisan “Life is harder than my nipples.”
HIDUP ITU LEBIH KERAS DARIPADA PUTINGKU. Holyshit. Baru lulus SMA (atau SMP ya? atau TK?), si Awkarin sok-sok ngomongin kerasnya kehidupan. Yang cewek-cewek, ngerasa awkward geleng-geleng kepala kan bacanya?
HIDUP ITU LEBIH KERAS DARIPADA PUTINGKU. Holyshit. Baru lulus SMA (atau SMP ya? atau TK?), si Awkarin sok-sok ngomongin kerasnya kehidupan. Yang cewek-cewek, ngerasa awkward geleng-geleng kepala kan bacanya?
Lanjut. Nah, jadi aku nggak terlalu bersemangat sama rencana bukber bareng teman sekelas waktu SMK tahun ini. Dua tahun lalu, bukbernya anyep. Pada ngebentuk kelompok dan obrolan masing-masing gitu. Salah satu dari kelompok itu pake bayar sendiri segala, trus melenggang pulang dengan muka masam. Entah kenapa. Trus setahun yang lalu, aku nggak ikut bukber karena sakit. Sedih. Ditambah lagi, Darma cerita kalau dia gagal bukber. Ngenes. Aku makin pesimis aja.
Sebagai manusia berkepribadian melankolis sempurna, hal yang aku lakukan pada suatu rencana biasanya adalah mikirin hal terburuk yang bakal terjadi sama rencana itu. Ya, pesimis duluan gitu. Jadi pas diajak bukber, aku ngikut aja. Sambil mikir, ah palingan bakalan hancur kayak diserang puting. Puting beliung maksudnya. Angin.
Tapi ternyata, bukber tanggal 21 Juni kemaren itu nggak hancur kok. Apalagi pas bareng Dita dan Ikhsan. Umm. Memuaskan!
Btw, sesuai judulnya, ya. Ini bukan threesome. Memuaskannya aku bareng Dita dan Ikhsan bukannya karena kami lagi jima’ bareng. Walaupun jima’ alias bersetubuh nggak batalin puasa kalau dilakuin malam hari, nggak kayak pas di siang hari (yaiyalah, orang udah buka), tapi kami nggak lagi jima’.
Selain karena itu dosa, bukan muhrim, tapi juga karena kami jamak, alias bareng teman-teman (maksa nggak sih ini? huhuhu) lain. Nggak cuma bertiga, tapi masih ada tujuh orang lagi yang ikut bukber. Yaitu Dea, Dina, Chintya, Wahyu, Selvi, Nuri, dan Eka.
Cuma sepuluh orang aja sih, nggak semua penghuni kelas XII Administrasi Perkantoran 2 hadir. Tapi seru. Nostalgia tentang kenangan dulu dan tentang kabar masing-masing diomongin rame-rame. Kami juga ngomongin perubahan masing-masing dari kami. Yang paling berubah itu menurutku Selvi. Dulu dia nggak berhijab, sekarang berhijab dan berbusana baju terusan. Anggun dan makin cantik. Dia udah kayak Atikah Suhaime di film My Stupid Boss versi tembem. Trus dia sering kepergok ikut pengajian di dekat rumahku. Ya ampun, Selvi calon istri idaman banget.
Trus kami foto-foto, sesuatu yang lumrah terjadi di bukber. Tapi mukaku yang kepampang di foto di bawah ini kayaknya nggak lumrah sih.
Yang pake jilbab merah itu Selvi. Yang matanya ambigu mau pejam apa enggak itu aku. Huhu. |
Kelar bukber, kami meluncur ke Samarinda Central Plaza (SCP) buat nge-eskrim di McD. Kapan lagi bisa keluyuran sama banyak orang. Selama ini aku keluyurunnya kalau nggak sama Dita, sama Dina. Atau paling seringnya sih sendiri. Kami bersembilan, Selvi nggak ikut karena mau sholat tarawih (kami pada berdecak kagum pas dia bilang gitu, sekaligus malu karena kami nggak tarawih huhuhu).
Kembaran Emma Stone, Dita calon istri G-Dragon, Dea pipinya kayak balon |
Udah muka paling gede, paling depan lagi. |
Para perawan lucah tanpa Shela. Paling kiri itu Nuri. Btw Dina lagi senyumin uang receh di lantai kayaknya |
Sayangnya, Ikhsan keburu pulang karena katanya ada janji. Entah sama siapa. Apa janji sama teman-teman kampusnya yang gaulnya minta ampun itu, atau sama pacarnya, Kiki. Yang jelas, aku dan Dita udah senang bisa ketemu sama Ikhsan lagi. Ketemu sama sahabat yang biasa kami sebut mucikari.
Ikhsan adalah teman sekelasku selama sekolah di SMK Negeri 1. Tapi kenal baiknya baru pas kelas dua. Akrabnya pas kelas tiga, dan bener-bener ngerasa dia itu mucikari, pas udah lulus. Dia adalah sahabat cowok yang kalau soal jalan atau ngumpul, rempongnya mirip kayak cewek. Aku, Dita, Ani, dan Owi adalah 'anak-anak'nya.
Ikhsan mau aja jalan bareng sama cewek-cewek. Ikhsan mau aja dengerin cerita kami. Ikhsan mau aja disuruh fotoin kami berkali-kali. Ikhsan mau aja jadi ojekku kalau aku nggak dibolehin bawa motor buat jalan malam. Ikhsan sering nenangin Dita yang suka ngedumel nggak jelas. Ikhsan paling semangat kalau udah ngebully Ani yang buntal dan hiperaktif. Ikhsan dan Owi sama-sama hobi ngegambar.
Keberadaan Ikhsan udah kayak Mamet di geng Cinta AADC. Bedanya, Ikhsan nggak bully-able sih. Tapi gadun-able. Ngemong kami berempat gitu.
Tapi ketemu kami jadi jarang. Awalnya dari Ani yang mutusin buat kuliah di Malang. Trus Owi yang jadi susah diajak jalan. Sisa bertiga, yaitu aku, Dita, dan Ikhsan. Kami bertiga pun sering jogging bareng. Kami ngerasa makin akrab aja gitu, karena Ikhsan juga berkepribadian melankolis sempurna, sama kayak aku dan Dita.
Sampe akhirnya, Ikhsan nggak ada kabarnya. Semenjak dia punya pacar, dia udah nggak pernah ngajak jalan lagi. Diajak jalan pun juga ogah-ogahan. Kami berdua jadi kangen dan kecewa, seperti yang aku pernah tulis di SINI.
Dan syukurlah, kangen kami ketuntaskan. Sebenarnya aku juga udah ketemu Ikhsan pas di acara di rumahnya Dea, ketemunya juga bentaran karena aku datangnya telat. Nggak ada Dita juga. Jadi feel-nya kayak kurang gitu.
Pas bukber kemaren, aku, Dita, dan Ikhsan gila-gilaan. Foto-foto, ngerecokin makanan Ikhsan yang lebih enak daripada makananku, saling ngatain. Aku dan Dita ngatain dia yang sombong-susah-diajak-jalan-mentang-mentang-udah-punya-pacar. Dia nge-bully aku yang jomblo dan jobless, dengan sok-sok ngasih motivasi. Dia juga nge-bully Dita dengan pertanyaan andalannya,
“Masih nggak punya pacar kah, Dit? HAHAHAHAHAHA.”
Walaupun gitu, tetap nyenengin sih. Bukber yang nyenengin. Lebih nyenengin daripada threesome. Kayaknya. Belum pernah threesome sih. Yang jelas, ini bukber asoy. Sialan. Sialan. Sialan.
Eh tapi, sialan di atas itu maksudnya diucapin sebagai bentuk kebahagiaan gitu. Yang sialan beneran, postingan ini sih. Aku nggak bisa nulis post tentang kejadian sehari-hari. Jadinya sialan-apaan-sih-begini. Hiks.
Jadi, kapan kita bukber? Buka berdua?