Kemunculan film Ada Apa Dengan Cinta 2 di ranah perfilman Indonesia, ngebrojolin pertanyaan beranak pinak yang lahir dari rahim penasaran tingkat tinggi. Macam,
“Apa AADC2 bakal bisa ngalahin, minimal nyamain kesuksesan yang AADC pertama?
“Apa para pemain bakal bisa nampilin chemistry sekuat dulu?”
“Apa Rangga punya alasan logis yang bisa diterima penonton, kenapa bikin Cinta nunggu selama 14 tahun? Saat di era digital gini? Ada Line, BBM, Whatsapp. Semua kebutuhan manusia sekarang lewat online. Belanja, mau naik ojek, booking hotel sama tiket pesawat. Bahkan booking PSK juga bisa lewat online. Kasihan PSK pinggir jalan.”
Jadi, daripada mikirin PSK pinggir jalan, aku memilih nonton AADC2, dengan berusaha nggak nebak-nebak bakal kayak gimana ceritanya.
Hidungnya Dian lancip ya. sumber: papasemar.com |
Lagian kata para blogger review film, AADC2 adalah sekuel yang sebenarnya nggak perlu dibuat. AADC1 udah bagus banget.
Itu ngebuat aku hari Kamis kemaren, jadi nonton dengan perasaan lurus. Dan bagus, karena bisa nonton di hari pertama. Huahaha.
Tapi nontonnya sendirian. Huhuhuhu.
Tapi, ada satu pertanyaan yang ngeganggu selama di perjalanan menuju 21,
“Di AADC 2 ini, apa bakal ada lagu yang sebaper Bimbang?"
Bimbang. Lagu dari Melly Goeslaw itu dari pertama denger waktu SD sampe sekarang, masih terekam jelas. Alunan gitar akustiknya yang ding-ding-ding-ding itu memorable banget.
Menurutku, lagu Bimbang jauh lebih kuat daripada lagu-lagu lain yang jadi ost AADC juga. Udah kayak My Heart Will Go On-nya Celine Dion ost Titanic, Na Xie Nian-nya Hu Xia ost You Are The Apple of My Eye, atau Jablay-nya Titi Kamal ost Mendadak Dangdut.
Dan begitu selesai nontonnya, empat pertanyaan di atas kejawab dengan sempurna, walaupun ending-nya menurutku kurang nendang. Tapi kalau boleh nyiptain istilah, aku ngerasain heartgasme. Hati ini terpuaskan. Beda sama Jan Dara 2 yang bikin aku pusing karena cewek seksi 'main' sama cewek nggak kalah seksi.
Penyakit baperku tiap nonton film kambuh parah. Ditambah aku juga ngerasain kebimbangan. Kayak gini,
1. Bimbang mau ketawa apa enggak
Menurutku, AADC2 sejenis film pemuas. Film ini diturunkan ke bioskop bukan buat mengemban tugas ngejawab apa yang belum selesai di AADC1, tapi lebih ke memuaskan dan memanjakan para fans setianya. Nostalgianya ada, romantisnya nggak ketinggalan, dan lucunya menggelikan.
Kepolosan Milly (Sissy Priscillia) bikin ngakak. Maura (Titi Kamal) juga. Belum lagi sama sifat Cinta (Dian Sastro) yang rada gengsian, masih nggak berubah.
Pas adegan Cinta ngomong, “Rangga, yang kamu lakukan ke saya itu, jahat!” satu teater serempak ngakak. Dan ada dialog antara Rangga-Cinta yang bikin aku ngerasa Mira Lesmana dan Prima Rusdi selaku penulis naskah, kayak nyindir gitu soal... ah nonton aja.
Tapi ada beberapa adegan di AADC2 yang bikin aku berada di satu persimpangan jalan yang sulit kupilih, antara pengen ketawa atau diem aja.
Waktu Karmen (Adinia Wirasti) dipanggil sama para anggota Geng Cinta yang lain, aku bawaannya mau ketawa terus. Nggak lucu sih sebenarnya, tapi sukses bikin aku ngebayangin kalau Cinta cs adalah sekumpulan cowok-cowok hip-hop. Habis manggilnya, “Men! Sini Men!”
Ditambah lagi lengan mereka yang dulunya langsing, sekarang jadi segede singkong. Eh, itu lengannya Milly aja sih.
Trus, ada bait di salah satu puisi Rangga (Nicholas Saputra) yang,
“Meriang. Aku meriang.”
Bikin aku jadi keingat sama lagunya Cita-Citata yang judulnya Meriang. Denger bait itu jadinya bimbang, antara mau ngerasa trenyuh, atau pengen ngedangdut.
2. Bimbang sama jodoh
Sebelum masuk teater, aku dikejutkan sama Wilda, atau yang biasanya dipanggil Mae. Sontak aku melukin dia dengan beringas. Udah lama nggak ketemu sama sahabat masa SMP-ku itu, walaupun dia kerja di 21 dan aku lumayan sering ke sana.
“Nanti pas udah selesai, kamu temuin aku di depan ruang karyawan ya. Banyak cerita yang harus kita bagi nih, Cha.” Pesannya sebelum aku melenggang masuk ke teater.
Trus pas aku lagi asik nonton end credit sementara penonton lain udah pada angkat pantat, ada cewek bertubuh jangkung lewat di depan kursiku. Ternyata itu Nina, sahabat SMP-ku juga. Dia juga nonton sendirian. Kami berdua memang perempuan mandiri.
Aku jadi ingat sama geng Shecom, gengku waktu SMP yang beranggotakan lima orang. Aku, Nina, Mae, Shela, dan Lelly. Kami semua masih berhubungan baik, tapi udah jarang kumpul bareng. Palingan sama Shela. Mungkin itu karena nama geng kami yang rada alay kali.
Ketemunya aku sama Mae dan Nina, udah kayak reuni AADC. Sama kayak anggota Geng Cinta yang kepribadiannya nggak berubah, Mae dan Nina juga nggak berubah. Mae tetap keibuan dan legowo. Sementara Nina masih aja ngeledekkin aku kekanak-kanakan.
Nina, Mae Wilda, Emma Stone mukanya lecek habis baperin AADC2 |
Karmen, Milly, dan Maura ngebawa cerita baru di AADC2 ini, begitu juga Mae dan Nina.
“Aku putus sama Edit, Cha.”
Cerita dimulai dari Nina, pas kami bertiga udah ada di ruang karyawan tempat Mae bersemayam. Mae dan aku kaget. Kami pikir Nina dan Edit bakal melangkah ke pelaminan. Menurut kami, Edit itu kayak artis kesukaan Nina banget. Mirip Keenan Pearce. Brewoknya nggak nahan.
Tapi untungnya Nina sudah punya pacar lagi. Dan brewokan juga. Alhamdulillah.
Mae meneruskan sesi berbagi cerita dengan ngacungin jari manisnya, yang berhiaskan cincin emas.
“Aku tunangan lho.”
Sekarang Nina yang jadi partner kagetku, bukan Mae lagi. Seorang-Mae-Wilda-yang-nggak-pernah-pacaran-sama-sekali-akhirnya-tunangan-dan-bakal-nikah-Lebaran-tahun-ini? HOLYSHIT.
Kami bertiga senang banget. Sekaligus ngiri. Mae cerita kalau dia ketemu sama calon suaminya itu, jalan bareng beberapa kali, trus ditanya,
“Kamu mau nggak nikah sama aku? Tapi kita tunangan dulu ya.”
Di saat cowok-cowok pada nawarin kita-pacaran-dulu-ya, lah ini nawarin tunangan.
“Aku tadi nangis nontonnya.” Kataku mengambil giliran bercerita.
“Pasti kamu mengkhayal gimana kalau jadi Cinta kan? Aku tau kamu, Cha. Hahaha.”
“Iya, Nin. Aku pengen kayak Cinta. Pengen Zai kayak Rangga. Balik ke sini buat jelasin semuanya.”
“Kenapa deh, Cha?” Nina langsung pasang tampang serius.
Seterusnya aku nyeritain panjang lebar. Tentang perubahan Zai yang entah kenapa. Tentang aku yang minta penjelasan kenapa dia berubah, tapi dia nggak kasih penjelasan. Malah bertubi-tubi minta maaf. Tentang aku yang refleks terisak pas denger puisi Rangga yang,
“Lihat tanda tanya itu
Jurang antara kebodohan dan keinginanku
Memilikimu sekali lagi”
Tentang pas Cinta senyum diam-diam waktu diajak ngobrol Rangga. Aku ingat kalau itu kebiasaanku ketika ngadepin mulut sinis Zai yang mau ngomong manis aja harus gengsi.
Tentang dialog Cinta yang,
“Kamu kebanyakan minta maaf,” bikin aku terisak lagi. Alay.
Tentang aku yang lepas dari yang kalau kata Rons Onyol, hubungan beracun. Ya, beracun. Dipertahanin bikin hancur tiap hari. Dilepasin bikin hancur seketika.
“Trus kamu nyesel? Kamu masih aja ya, mutusin segala sesuatu pake emosi. Sadar, Cha. Kamu udah tua.”
“Dan kita bukan anak SMA lagi.” Mae menyambung ucapan Nina, niruin dialog AADC2.
”Kita damai aja lah,” Aku nggak mau kalah niruin.
Kami langsung ngakak bareng. Sebagian karena dialog kami yang nggak ada lucu-lucunya itu, sebagian karena ngerasa jodoh itu ajaib. Orang yang kami sangka jodoh, ternyata bukan. Dan ada orang yang nggak terduga, bakal dapat jodoh secepat ini.
3. Bimbang sama Bimbang
AADC2 nyuguhin ost yang nggak kalah keren dari film terdahulunya. Dari kemaren telingaku betah dijejelin Ratusan Purnama-nya Melly Goeslaw dan Marthino Lio dan Bimbang-nya Goodbye Felicia & Stephanie Poetri. Ratusan Purnama bikin perasaanku terkoyak-koyak, apalagi pas liriknya,
“Diam dan dinginmu, mengapa?”
Bimbang bikin aku jingkrak-jingkrak. Ini Bimbang-nya Melly Goeslaw, tapi diaransemen jadi versi berbeda. Lebih ceria, lebih muda, dan lebih ‘ngedukung’ buat bimbang.
Kalau
featuring gini maknanya udah kayak ninggalin Felicia buat Stephanie deh.
Sumber: zmfradio.com
|
Bimbang 1 alias Bimbang versi Melly Goeslaw, jadi ost rasa sukaku sama cowok waktu SMP. Dia udah punya pacar. Tiap Bimbang diputar di radio, aku keingat dia. Terutama pas Melly Goeslaw nyanyiin,
“Kata orang rindu itu indah. Namun bagiku ini menyiksa.”
Bikin aku ngangguk-ngangguk setuju. Ya, rindu itu menyiksa. Apalagi rindu sama pacar orang. Mending sama duda. Udah punya anak juga nggak masalah. Siapa tau bisa trisam.
Sekarang, aku ngerasa Bimbang-nya GF ft SP atau aku sebut dengan Bimbang 2, jadi ost perasaanku lagi, dengan lawan main berbeda. Yaitu Zai. Bimbang 1 membelengguku buat terus-terusan terisak. Trus segera lupain cinta masa sekolahku itu supaya aku bisa sekolah dengan tenang. Cukup remedial Matematika aja yang aku pikirin.
Sedangkan Bimbang 2, seolah ngedukung aku buat bimbang-kayak-gimana-terserah-yang-penting-aku-puas. Bimbang antara ini salah Zai, atau salahku. Dengan ngutuk diriku sendiri kek,jingkrak-jingkrak sambil mikir kalau seandainya Zai punya alasan tertentu kenapa berubah kek.
Mungkin sekarang aku nganggap perasaanku ini perasaan yang nggak pernah lekang selama ratusan purnama. Mungkin sekarang aku nganggap kami bisa bersama lagi. Tapi mungkin suatu saat aku bakal sadar, kalau sekarang aku cuma lagi dalam tahap susah move on.
Karena aku harus lihat kenyataannya. Zai bukan Rangga. Dan aku bukan Cinta. Aku bimbang.