Sambung Menyambung Menjadi Cerpen, Itulah Widy
- 07.07
- By Icha Hairunnisa
- 64 Comments
Judul di atas yang panjangnya bisa ngalahin
panjangnya punya Adam Levine itu, adalah plesetan dari sepenggal lirik lagu
Dari Sabang Sampai Merauke. Tepatnya di lirik, “Sambung menyambung menjadi satu. Itulah Indonesia.”
Dan maksudnya, panjang judul
lagunya Adam Levine, yang Lost Stars. Pendek kan? Bukan maksudnya panjang yang lain.
Ciyeee, mikir mesum.....
Hmm. Iya tau, yang baca nggak
mikir mesum. Tapi mikir kalau aku memang nggak sejago Adam Levine buat bikin
judul yang menarik. Huhu.
Tapi untungnya, aplikasi chat Line di hapeku terlihat lebih
menarik, berkat adanya Widy.
Aku bukannya punya ID Line-nya
Widy Soediro Nichlany alias Widy Vierra, trus dengan noraknya aku cerita sama
beliau kalau lagunya yang berjudul Rasa Ini itu pernah bikin aku nangis bercucuran
ingus. Bukannya gitu. Widy itu nama grup chat di Line, yang dibentuk pada
tanggal 25 November kemarin.
Dibuat dengan setulus hati dan semulus paha Pevita oleh Yoga |
Pembentukan grup chat ini atas alasan gilanya aku dan
tiga teman blogger mention-an di
Twitter.
Kami yang terdiri dari Wulan, Darma, Yoga, dan aku sendiri berkicau
ngomongin hal-hal yang kebanyakan nggak pentingnya. Seharusnya kami ngomongin yang penting-penting, misalnya
ngediskusiin hal-hal yang perlu dibuktikan kebenarannya.
Kayak, apakah bener suka susah tidur malam hari itu tanda orang kreatif, apakah bener kalau foto
bertiga itu, yang di posisi tengah bakal duluan meninggal dunia, atau apakah
bener timun bisa bikin cewek jadi becek.
Sampe akhirnya Yoga mengundang
kami bertiga gabung ke multiple chat.
Nggak lama, dia ngebuat grup chat bernama
WIDY. Nama itu dibuat dari inisial nama kami berempat. Wulan, Icha, Darma, dan
Yoga. Nama yang keren. Serasa kayak grup band RAN, yang namanya dibuat dari
inisial juga. Semoga karier kami semulus mereka. Dan LDR-ku sama Zai seindah
lagu mereka yang Dekat Di Hati itu. Huehehehehe.
Obrolan di grup dan di mention-an ternyata nggak beda jauh.
Sama-sama ngomongin hal random tapi
seru. Berawal dari ngomongin soal jilboobs. Trus ngomongin film. Ngomongin
sariawan. Lama-lama jadi ngomongin percintaan. Curhat-curhatan.
Aku jadi girang dengan adanya
Widy. Aplikasi Line-ku bukan sekedar jadi pajangan di layar hape atau jadi
menuh-menuhin memori.
Selama ini aku jarang banget main
Line. Selain gara-gara yang chat cuma
orang-orang yang ngundang buat main Let’s Get Rich, aku juga sebel sama ID Line-ku.
Alay dan sok imut. Gara-gara Kak Fajar yang dengan nakalnya bikin ID Line-ku.
Dan ID Line itu nggak bisa diganti. Huaaaaaa!!!!!
Makanya, aku males kalau ada yang minta ID Line. Lebih tepatnya, malu.
Tapi itu dulu sih. Sekarang urat maluku yang nyaris putus jadi putus beneran.
Apalagi kalau udah ngumpul sama
anggota Widy (Btw, aku ngetik ini
serasa kami ini anggota ibu-ibu arisan), urat malu serasa udah nggak berbentuk
lagi.
Seperti Indonesia yang
berbeda-beda suku, agama, dan ras tapi tetap satu, kami juga berbeda tapi
menyatu. Dengan umur kami yang pada berbeda, yaitu Darma berumur 22 tahun, aku
berumur 21 tahun, Yoga berumur 20 tahun, dan Wulan berumur 19 tahun, paling imut,
kami ngerasa klop satu sama lain.
Tiap hari ada aja topik yang dibahas.
Biasanya Yoga yang mulai, kadang Darma. Dan kebanyakan topiknya soal hal-hal
yang berhubungan sama sense of humor
kami yang sama, yaitu tentang yang mesum-mesum tapi lucu. Ada tapinya ya.
Perjalanan WIDY nggak selalu
mulus. Cobaan grup datang dari Darma yang mutusin tali behanya. Eh enggak.
Mutusin buat keluar dari grup. Dia bilang mau
lebih fokus ke skripsi. Tapi hari belum berganti, dia udah minta dimasukin sama
Yoga.
Ciyeeee. Minta masukin sama Yoga.
Masukin ke grup maksudnya.
Dan kami nerima kehadiran Darma
kembali dengan tangan terbuka. Sedih juga nggak ada Darma. Ntar nama grup jadinya
WIY. Nama grup apaan itu?
Selain cobaan, hidayah juga
datang ke grup WIDY. Tepatnya datang ke Yoga. Dia mendadak bijak. Dari
ngomongin manfaat jadi jomblo, mudharatnya pacaran, sampe berkahnya
taaruf. Darma malam itu juga tiba-tiba jadi
alim, dengan bertausiyah singkat soal hari yang nggak berkah itu hari yang
gimana.
Aku sempat bingung sih, ini Yoga
jadi bijak gara-gara ingat mati atau gimana? Trus si Darma, apa gara-gara
sempat keluar dari grup, dia jadi
alim trus masuk lagi buat menyadarkan aku, Wulan, sama Yoga?
Aku ngerasa dapat pencerahan.
Sedangkan Wulan malam itu ngilang. Aku pikir dia ngilang buat shalat istikharah
demi tau jodohnya kelak, tapi ternyata karena nugas. Selang beberapa jam
kemudian, dia muncul. Ikut berdecak kagum dan tercerahkan. Mungkin juga sampe standing applause, sujud syukur, atau bahkan
potong tumpeng begitu ngeliat obrolan kami yang akhirnya bermanfaat itu.
Entahlah.
Tapi, sepandai-pandainya Yoga
bijak, akhirnya mesum juga. BAHAHAHAHA! Sama sih, aku juga. Darma dan Wulan
juga gitu. Tapi sumpah, buat lucu-lucuan aja kok. Ntar kami mesum beneran pas
udah nikah. Sama pasangan masing-masing. Yuhuuuuu~
Waktu itu aku ngajuin tes
psikologi sederhana ke grup juga buat lucu-lucuan aja. Dari sepuluh pertanyaan
di tes itu, aku cuma ngajuin satu,
“Coba bayangin ada air terjun. Air terjun itu ngalir. Menurut kalian,
berapakah deras aliran air terjun tersebut? Jawab yang jujur ya. Yang pertama
kali terlintas di pikiran.”
“Gue jawab 2, Cha.”jawab Darma.
“Boleh 100-1000an nggak? Gue 999.” Yoga nyusul.
“9,8 Cha.” Wulan ikut menyusul.
Aku langsung banting mouse.
Ngakak sengakak-ngakaknya sambil naikin satu kaki ke kursi kerja kantor.
“Itu jawaban serius, Yog?”
“Itu deres banget. Bayangan gue segitu.”
Aku ngakak lagi. Rasanya nggak
tega buat ngasih tau hasilnya.
“Jawabannya apa, Cha?” tanya Wulan penasaran.
Dengan tubuh yang goyang-goyang
karena ketawa ngakak, aku ngetik jawabannya.
“Derasnya aliran terjun menunjukan gairah seks yang anda miliki. Skala
1-5 sedang. 6-10 bergairah tinggi. 10-seterusnya maniak.”
Jadi udah tau kan, teman-teman.
Siapa yang paling mesum? Bahahahahaha.
Darma waktu itu senang dengan
hasilnya, walaupun sempat dikatain sama Wulan. Dikatain syahwat lemah, air
terjun apa air pipis, itu gairah seks apa Sarimi isi dua. Wulan menerima hasil
tesnya dengan lapang dada sambil tetap ngatain Darma. Lama kelamaan target bully-an pun berubah menjadi Yoga. Semakin
dia ngeles kalau dia bukan maniak seks, semakin kami melancarkan serangan. Puas
banget rasanya nge-bully orang yang
biasanya nge-bully orang. BAHAHAHAHAHA. Oke, kami jahat. Ampun, Yog. :(
Sampe akhirnya Yoga pamit buat
mandi. Kami kembali ngatain dia, dengan bilang kalau Yoga mau mandi wajib.
“GUEEEE MAU KE KOMPAS SETAAAAAN. KALIAN TAEEEE!”
Sumpah, aku ngakak nggak nahan.
Dari yang banting-banting mouse jadi pukul-pukul meja saking ngerasa bahagianya
nge-bully orang habis-habisan.
Dan mungkin karena lelah di-bully, sisi drama telenovelanya Yoga
keluar.
“DIAM KAU SULASTRI! SUDAH CUKUP KEBOHONGAN DAN KEBUSUKANMU INI! AKU
SUDAH MENGERTI TABIAT KAU!”
“Sulastri siapa, Yog?” tanya Darma dengan polosnya.
“KAU JUGA ALFONSO! TAK USAH BERPURA-PURA! AKU TAU KALIAN SELAMA INI
MERENCANAKAN NIAT JAHAT! DIAM-DIAM KALIAN INGIN MEREBUT HARTA TUGIMIN!”
Detik itu juga aku banjir
air mata saking ngakaknya.
Sejak saat itu, obrolan kami yang
ngalor ngidur makin parah. Kami jadi sering ngobrolin hal-hal dengan capslock dan pake nama ala tokoh di
telenovela.
Nama telenovelanya Yoga itu Sergio. Darma itu Alfonso. Wulan itu
Gabriela. Dan aku yang dari Sulastri naik pangkat menjadi Treviguela. Kata
Darma, nama telenovelaku kayak nama permen karet. Sialan. Habis manis sepah dibuang
dong. Huhu. Sialan kau, Alfonso!
Saking asiknya mem-bully satu sama lain dan bertelenovela
ria, kami jadi lupa kalau grup chat itu baiknya kalau ada manfaatnya.
Mungkin cuma aku yang lupa. Yang lain mah ingat akan hal itu. Salah satunya
Yoga, yang ngusulin ide buat ngegarap satu cerpen bersama-sama. Setiap satu
atau lebih kalimat, ditulis secara bergantian, sampe akhirnya cerpen itu
mencapai ending.
HUAAAAA AKU EXCITED BANGET SUMPAAAAAH. Begitu juga Wulan dan Darma. Ide itu cemerlang
sekaleeee! Selain buat latihan menulis, juga buat semakin mempererat ukhuwah di
antara kami. Kami bisa makin mengenal satu sama lain, bisa tau kepribadian
masing-masing dari cara dan ciri dalam menulis cerpen itu. Bisa tau kelebihan
masing-masing. Saling memberi kritik, saran, dan masukan dalam menulis. Kami
sambung menyambung menjadi grup yang menelurkan karya, walaupun hanya cerpen.
Well, seperti yang Yoga udah jelasin di postingannya, cerpennya bakal
dipublikasikan oleh masing-masing di antara kami berempat secara bergiliran. Jadinya
cerpen bersambung gitu. Dan cerpennya udah setengah jalan.
Rencananya penentuan
giliran ngepublikasiin itu berdasarkan urutan inisial di WIDY. Pertama, di
blognya Wulan. Kedua, di blogku ini. Ketiga, di blognya Darma. Dan keempat, di
blognya Yoga. Buat kapan keluar cerpennya yaitu Januari 2016. YEAAAAH~
Oh iya, dimana ada grup biasanya
ada slogan. Dan kami sempat bingung slogan yang ‘kami banget’ itu apa.
Kalau slogannya “The WIDY. Bukan grup gosip, tapi grup
belajar nulis sip.”, udah kayak tempat bimbingan belajar. Darma sempat
nyaranin, “The WIDY. Karena nggak mesum
nggak aseks.” Tapi karena takut diamuk massa atau grup kami bakal difatwa
haramkan sama MUI, maka nggak jadi. Akhirnya sesuai saran Yoga, slogannya jadi,
“The WIDY. Write, read, and repeat again.”
Slogan yang ciamik. Udah kayak kami
ini grup konsisten. Ya, semoga selalu begitu. Baik cerpennya, maupun grupnya.
Semoga.