Selain threesome, kayaknya kegiatan yang dilakuin bertiga itu gak enak. Rasanya ganjil, kayak jumlahnya.
Nggg, sebenarnya gak tau juga sih beneran enak apa enggak. Orang belum pernah. Gak bakal pernah kayaknya. Karena aku seorang kapiten. Eh bukan, karena aku seorang penganut monogami sejati. Poligami? NO. Kalau nge-poliandri-in Adam Levine sama Josh Hutcherson, leh uga.
Entah, yang jelas bertiga itu menurutku gak enak. Ditigakan cintanya, misalnya. Diduain aja udah gak enak, apalagi ditigain?
Tapi kalau di film-film, rata-rata yang bertema persahabatan atau bertema high-school, pasti personil persahabatannya itu jumlahnya tiga orang.
Geng 'The Plastics" di film Mean Girls yang jadi barometer film-film remaja sampe sekarang ini, beranggotakan Regina (Rachel McAdams), Gretchen (Lacey Chabert) dan Karen Smith (kembaran beda nasibku, Amanda Seyfried). Tiga cewek cantik nan sintal. Jadi pengen ngeremas............ bantal. Saking sebelnya karena gak punya badan kayak gitu.
'Rancho' Shamaldas Chanchad (Aamir Khan, senyumnya bikin meleleh), Farhan Qureshi (R. Madhavan), Raju Rastogi (Sharman Joshi) menjalin persahabatan sejati dengan latar belakang sebagai mahasiswa teknik mesin di film 3 Idiots. Padahal di film, mereka gak idiot. Mereka cuma sedikit naif.
Di film Charlie's Angels, tiga wanita cantik tergabung dalam agen investigasi swasta. Tiga-tiga cantik semua. Natalie (Cameron Diaz), Dylan (Drew Barrymore, kembaranku lagi), dan Alex (Lucy Liu) dengan kompak menyelidiki, serta menangkap para penjahat yang sialannya, selalu ganteng. Kalau aku jadi salah satu dari mereka, pasti bakalan bingung mau diapain itu penjahatnya. Antara mau diborgol atau mau dinikahin.
Gak kalah cantik dan kompak, dibanding pendahulunya, waktu Charlie's Angels masih jadi serial televisi tahun 1970. Di tahun itu aku belum lahir. Mamaku sama Bapakku aja waktu itu masih belum jadian kayaknya.
Posenya Islami sekali. Btw, yang ditengah itu mirip Katy Perry ya? |
Upaya Miller (Miles Teller, mantan pacarku) dan Casey (Skylar Astin) buat ngerayain ulang tahun Jeff Chang (Justin Chon) berbuah kekacauan karena Jeff mabuk berat. Dan kekacauan itu ngebawa mereka ke kehidupan Jeff yang sebenarnya, kehidupan yang kelam, kehidupan yang mereka berdua gak pernah tau selama ini, selama mereka bersahabat sekian lamanya. Sedih ngeliat ending film 21 and Over ini. Aku jadi mikir kalau persahabatan cowok itu yang benar-benar sejati.
Walaupun bukan sebagai cerita utama di film The Girl Next Door karena cerita utamanya yaitu tentang anak baik-baik yang jatuh cinta sama pemain film porno, tapi cerita tentang persahabatan tiga anak kuper di sekolah yaitu si tokoh utama bernama Matthew Kidman (Emile Hirsch, mantan pacar juga) yang rajin belajar dan anak rumahan, Eli (Chris Marquette) yang kutu buku dan pendiam, dan Klitz (Paul Dano) yang mesum tapi setia kawan banget itu tambah bikin aku mikir betapa indahnya persahabatan para lelaki. Mereka menyebut diri mereka itu sebagai tripod, yang jika salah satunya gak ada, maka gak ada gunanya. So sweet ~
Dan masih banyak lagi film-film yang menggaet tiga orang sebagai 'anggota' sebuah persahabatan sejati. Lihat? Di film-film di atas seolah-olah semua akan indah jika dilewati bertiga. Tapi kalau dilihat di kehidupan nyata, gak seindah itu.
Bertiga itu sebenarnya gak jelek sih, gak dilarang juga. Tapi menurutku, orang-orang yang sahabatan bertiga di dunia nyata itu kebanyakan pada ngerasa gak seenak kayak di film-film, walaupun juga gak sedikit orang yang enjoy aja sahabatan bertiga. Kalau sudah ngerasa gak enjoy, bertiga mungkin lebih tepatnya disebut bertega.
Dan masih banyak lagi film-film yang menggaet tiga orang sebagai 'anggota' sebuah persahabatan sejati. Lihat? Di film-film di atas seolah-olah semua akan indah jika dilewati bertiga. Tapi kalau dilihat di kehidupan nyata, gak seindah itu.
Bertiga itu sebenarnya gak jelek sih, gak dilarang juga. Tapi menurutku, orang-orang yang sahabatan bertiga di dunia nyata itu kebanyakan pada ngerasa gak seenak kayak di film-film, walaupun juga gak sedikit orang yang enjoy aja sahabatan bertiga. Kalau sudah ngerasa gak enjoy, bertiga mungkin lebih tepatnya disebut bertega.
Dan menurutku, sahabatan bertiga bisa disebut sebagai sahabatan bertega saat anggotanya ngerasain hal-hal berikut ini:
1. Salah satu anggotanya dicuekkin.
Situasinya begini. Pas lagi bertiga, dua orang itu ngobrol heboh asik sendiri sementara satunya, diam aja. Dan ketika si satunya itu bergabung dalam obrolan heboh itu, si satunya itu malah gak ditanggapin. Malah krik krik. Trus mereka berdua melanjutkan obrolan mereka lagi. Si satunya kembali diam kayak nahan boker.
Atau yang lebay kayak gini. Lagi jalan kaki bertiga. Seperti layaknya cewek sahabatan kalau jalan harus gelendot-gelendotan, si satu gelendotan ke si dua. Sementara si tiga, di belakang mereka. Dicuekkin.
Situasi-situasi di atas sebenarnya biasa aja, kalau terjadinya cuma sekali. Tapi kalau udah berkali-kali, bikin gak terbiasa. Bikin ngerasa kayak gak dianggap dan gak dihargai. Bikin ngerasa gak ada tempat buat si ketiga.
Menurutku, situasi-situasi sialan itu bisa terjadi karena adanya sekat di antara si satu+si dua dan si tiga. Sekat yang terbentuk karena cuma si satu dan si dua aja yang tau bahan obrolan itu. Misalnya si satu dan si dua sama-sama suka hip-hop, jadi ngerasa aneh ngobrolin Tupac waktu sama si tiga. Atau karena si satu dan si dua berasal dari daerah yang sama, jadi ngobrolnya suka asik berdua aja.
Kalau sudah di posisi sebagai si tiga yang dicuekkin, rasanya pengen meringkuk di sudut ruangan sambil nitikin air mata. Badan besar kayak gini kenapa dianggap kehadirannya gak ada? Dicuekkin itu gak enak. Chat cuma di read aja gak enak, apalagi 'diread' secara langsung?
2. Ada tindak pilih kasih
Pernah gak sih, ngalamin momen sahabatan bertiga, tapi temanmu yang satu lebih condong ke yang satu, cuma ke satu bukan ke kamu juga?
Misalnya gini. Ada tiga orang bernama K, M, dan T. Awalnya mereka sering jalan bertiga. Tapi lama-kelamaan, K sama M makin lengket berdua. Kalau M mau makan, pasti nyariin K. K mana K mana? Kalau K gak ada, dia gak makan. Ditemenin orang lain gak mau. Gitu juga kalau tiap foto rame-rame. Ngerengek mau foto sebelahan sama K aja. Padahal ada T di sebelahnya. Kalau K ada masalah, pasti curhatnya maunya ke M aja. Kalau K mau boker, maunya dicebokin M.
Okelah, kita pasti punya sahabat yang berfungsi sebagai semacam orang kepercayaan. Itu wajar.
Tapi gimana ya, menurutku tindakan itu tidak berperikesahabatan. Kita sahabatan bertiga, tapi kita gak difungsikan sebagai sahabatnya. Kita selalu nyaksiin mereka jalan berdua tanpa kita. Kita yang biasanya diajak makan bareng, sekarang dianggap puasa tiap hari. Kita yang biasanya juga dijadiin tempat buang curahan hati, sekarang ogah dijadiin lagi. Kita yang biasanya foto bareng bertiga, malah dijadiin tukang foto mereka berdua. Sama kayak poin di atas, kita serasa gak dianggap.
Entah cuma aku seorang sendiri, yang ngerasa kalau Abdel Achrian dikacangin sama Rina Nose dan Irfan Hakim waktu lagi bareng-bareng ngebawain acara AKSI Indosiar. Rina Nose lebih condong ke Irfan Hakim, begitu juga sebaliknya. Aku suka kasihan ngeliat Irfan Hakim lebih sering ngambil alih ngebawain acaranya itu, lebih banyak ngomong, lalu ngajak ngomong Rina Nose. Sementara Abdel? Kalau ngomong gak ditanggepin, dilewatkan gitu aja, kecuali kalau Abdel lagi ngelucu. Untung waktu itu ada Mamah Dedeh sebagai salah satu juri di acara itu, jadi Abdel gak diam ngangguk-ngangguk aja di atas panggung ngeliatin Rina Nose sama Irfan Hakim.
Pemandangan serupa juga aku lihat pas Andhika Pratama, Gading Marten, dan Gilang Dirga ngebawain acara SUCA Indosiar di episode-episode awal. Andhika dan Gading yang sebelumnya emang udah pernah ngebawain acara bareng, keliatan asik berdua. Si Gading yang berdiri di tengah, posisi berdirinya rada lebih menghadap ke Andhika, agak membelakangi Gilang. Andhika juga sering ngelakuin kontak mata sama Gading daripada sama Gilang. Gilang disitu kebanyakan ngangguk-ngangguk aja ngeliatin mereka berdua. Soalnya setiap mau ngomong, dipotong mulu sama Andhika. Tapi makin kesini, mereka jadi kompak sih. Gilang udah sering diajak ikut ngebanyol. Mereka jadi nyatu. Alhamdulillah.
Ngeliat dua kejadian itu, aku jadi mikir kalau tindakan pilih kasih itu bisa terjadi karena ada perbedaan yang ekstrem, pada personil yang dipilih kasihin. Abdel mungkin digituin karena perbedaan umur, sementara Rina dan Irfan umurnya gak beda jauh. Gilang digituin karena Andhika dan Gading memang sudah kenal lama.
Saat kita dalam posisi gitu walaupun umur kita dan dua teman kita gak beda jauh atau kita memang sudah kenal lama tapi masih dipilih kasihin, mungkin karena kita gak sebaik yang dicondongin itu. Mungkin karena kita gak seperhatian yang dicondongin itu. Kita gak sepintar, sekeren, sekece, segaul, sehangat secantik, sebanyak duit yang dicondongin. Mungkin. Pokoknya, kita lebih kurang lah daripada yang dicondongin itu.
3. Diam-diam jadi musuh dalam selimut
Gak enak banget, ada musuh dalam selimut. Mending diam-diam ada om dalam selimut deh. Itu mah enak, apalagi dibayar, dibayarnya gak nunggu sampai udah pagi. Dibayarin makan maksudnya.
Aku pernah baca twit-nya Alitt Susanto, yang bunyinya kayak gini,
"Orang yang suka ngomongin kejelekan orang lain, tapi masih suka jalan ama orang yang diomongin, semacam suka ngelus-ngelus tai sendiri."
Bener juga sih, kayak ngelus ngelus tai. Udah bau, ngotorin tangan, gak ada gunanya juga. Tapi kenapa masih banyak yang mau ngelakuin itu?
Ngelakuin ngomongin orang di belakang, ngomongin yang jelek-jelek, tapi di depan orang itu baik banget. Ngelakuin jalan bareng sama orang itu, senang-senang, tapi habis bilang ke yang lain kalau sebenarnya gak suka jalan sama orang itu. Bilang ke satunya. Anehnya, gak suka tapi jalan mulu sama orang itu.
Trus bikin obrolan tentang orang yang dijelek-jelekin itu. Obrolan rahasia. Ngomongnya harus di belakang orang itu. Di toilet. Kalau sudah mulai berani, berdua itu ngomonginnya pas di depan orang yang dijelek-jelekkin itu, sambil bisik-bisik atau pake sindiran. Kalau udah di posisi itu, rasanya me-nye-dih-kan.
Itu adalah salah satu alasanku kenapa aku gak suka jadi cewek, seperti yang pernah Alzhema, alter egoku, tulis di postingan Cewek Gak Selalu Benar. Aku gak suka sistem persahabatan cewek yang manis di depan, sepet di belakang.
Aku suka sama sistem persahabatan cowok yang jujur, apa adanya, nyablak, kasar, suka ngomong mesum, dan lain sebagainya. Kebanyakan, cewek enggan blak-blakan di depan orang yang gak dia suka. Entah karena ngerasa gak enak, gak pengen nyakitin, atau pengen si yang dijelek-jelekin itu sadar dengan sendirinya. Tapi namanya juga manusia, semut di seberang nampak, gajah di pelupuk matanya tak nampak. Gimana mau sadar kalau gak dikasih tau?
Kalau dua dari bertiga itu akhirnya saling ngebenci, si yang satunya biasanya bingung mau ngapain. Mau ngebela salah satu atau mau jadi penengah. Dan kalau seandainya pilihan pertama yang dipilih tanpa tau siapa yang sebenarnya salah atau gak mau masalah itu diselesaikan dengan kepala dingin, kelar. Kelar persahabatan bertiga itu.
Because real friends don't judge each other. They judge others together. Sip. Yeaah!
Walaupun gak pernah threesome, seenggaknya aku pernah sahabatan bertiga. Mulai dari jaman sekolah dulu bahkan sampe sekarang. Jujur, pernah ngerasain bertega juga.
Memang, perbedaan bukan jadi penghalang dalam bersahabat. Tapi kalau perbedaan itu gak diterima dengan lapang dada, bertiga bisa jadi bertega. Aku jadi ngiyain kata-kata Kakakku beberapa hari yang lalu,
"Bertiga itu gak bakal bisa nyatu, kalau salah satunya masih ada yang mikirin dirinya sendiri. Entah salah satu dari dua orang teman kau, atau malah kau sendiri."
Mungkin bertiga di film-film itu bisa menyatu dan keliatan menyenangkan, karena mereka saling menerima perbedaan, kekurangan, dan kelebihan masing-masing. Mereka saling bergantung satu sama lain. Mereka saling melengkapi.
Ada yang pernah, atau lagi ngalamin bertega?
Saran, aku punya dua saran sih. Cari sebabnya kenapa kamu ngalamin bertega, lalu intropeksi diri, dan perbaiki sampai kamu terlihat cocok bersama mereka.
Atau cari sebabnya kenapa kamu ngalamin bertega, lalu pergi menjauh dari mereka daripada mencoba tetap dekat tapi ngerasa sakit.
Saran, aku punya dua saran sih. Cari sebabnya kenapa kamu ngalamin bertega, lalu intropeksi diri, dan perbaiki sampai kamu terlihat cocok bersama mereka.
Atau cari sebabnya kenapa kamu ngalamin bertega, lalu pergi menjauh dari mereka daripada mencoba tetap dekat tapi ngerasa sakit.
Btw, aku jadi keingatan Destiny's Child bubar. Apa jangan-jangan mereka bubar di tahun 2005 gara gara salah satunya ngerasain bertega juga ya?