Si manja malam ini tak bisa tidur.
Di matanya menggantung bayangan wajah si cuek, dan pikirannya dihuni setiap perkataan yang mengalir dari si cuek di telpon barusan.
Si manja suka ketika si cuek keceplosan lalu menyumpah serapah seolah ia bodoh telah berkata sesuatu yang membuat si manja tersenyum simpul, yaitu betapa istimewanya si manja.
Si manja tak berhenti tertawa dan tersenyum karena kali ini bukan selalu dia yang bicara, karena kali ini si cuek seolah memberi kursi pada si manja untuk jadi pendengar.
Si manja bahagia, membahagiakan hal yang sebenarnya tak berarti apa-apa bagi orang lain, bahkan bagi si cuek.
Si manja kembali mengiangkan apa yang dikatakan si cuek, mencium aromanya, merasakan kehadirannya.
Si manja tertegun, tersadar bahwa si cuek tak ada di dekatnya, dan si cuek tak akan seperti tadi lagi.
Si manja tersenyum yang sedetik kemudian samar. Si manja tau si cuek akan tetap pada kodratnya, dan si manja tidak tau mengapa ia terima saja tanpa syarat.
Si manja membungkus bayangan si cuek dan membenamkannya ke dalam selimut bersamanya.
Si manja membiarkan momen jarang-jarangnya si cuek tadi jadi bunga tidurnya. Si manja pun memejamkan mata. Tertidur. Nyenyak.
0 komentar