Para mantan X AP 1 kelihatan ceria hari ini. Mereka berkumpul di kelas XI AP 1 layaknya reunian. Anak-anak XI AP 2 yang mantan X AP 1 pergi ke kelas sebelah memenuhi panggilan Miftahul Jannah, anak XI AP 1 sekaligus mantan X AP 1. Terpaksa, anak-anak XI AP 1 lain yang bukan mantan X AP 1 dan berasal dari X AP 2 keluar kelas untuk sementara.
Ternyata mereka sedang bagi-bagi uang, pemirsa!!!
Uang itu adalah uang kas waktu mereka masih kelas X, dan masih nyisa lumayan banyak. Rencananya uang mereka itu buat biaya PSG, tapi berhubung kata Bu Winingsih atau yang biasa kami panggil Bu Win ajah, tahun ini PSG gak dipungut biaya. GRATISSS. Jadi, uang itu pun dibagikan ke semua mantan X AP 1, sesuai dengan banyaknya yang mereka bayar. Gak serempak gitu bagi rata. Ariesta aja tadi dapat 125 ribu, Nina ga tau, kayaknya sedikit tadi dia bilang. Muka-muka mereka pada berseri semua. Tangan menggenggam lembaran uang. Kami, sebagai mantan X AP 2, meneteskan air liur dan air mata.
Lalu, bagaimana dengan kami? Mantan X AP 2?
Gak bagi-bagi uang kas juga?
Silahkan tanyakan pertanyaan-pertanyaan retorik itu ke Rina Rismawati, si biduanita yang kini tak tau rimbanya, lama tak datang ke rumah
Sebenarnya kami punya uang kas, tapi berkat dua orang ini, uang kas kelas yang kami bayar rutin itu dan kami pikir akan membumbung tinggi ternyata menguap gitu aja.
Kita mulai dari orang yang pertama
Rina Rismawati, gadis berambut aspal (asli apa palsu) karena sering bergonta-ganti model hair-extension itu dulunya adalah siswi SMK 1 yang bermukim di X AP 2. Jabatannya sebagai bendahara kelas lengser karena dia ketahuan menggelapkan uang kas dan memutihkan kulitnya. Uang LKS pun ikut diembat. Kebohongannya merajalela. Pokoknya X AP 2 mendadak miskin gara-gara ulahnya dia. Beli hiasan dinding buat kelas aja (katanya sih) sampe ratusan ribu, padahal gak sampe gitu juga. Ada kakak kelas yang pernah lihat hiasan dinding itu di toko. Dia banyak nimbulin skandal. Banyak banget deh. Koruptor uang kas kelas, maling, Nyai Ronggeng, dan gelar-gelar jelek lainnya. Semua anak X AP 2 benci banget sama dia. Sok kaya, padahal nilep dari uang kelas. Muka melasnya bikin muntah dua kresek. Ada aja caranya supaya dia dikasihani. Ada gosipnya dia pake susuk di mata, makanya matanya bikin luluh gitu. Tapi ga tau sih bener atau enggak.
Dia kegatelan sama cowok. Waktu praktek seni budaya kan suruh main teater. Anak-anak Marketing yang waktu itu kelas 2 rame ngeliatin di luar kelas. Terus dia kan pake short dress. Pas ganti babak, dia keluar kelas gitu. Roknya sok-sok dikibasin gitu lagi. Padahal kupikir ya kalau ganti babak gak perlu keluar. Kalau situasinya lagi rame gitu kan bisa aja di ke bangku belakang. Gatau malu banget ya.
Pas kenaikan kelas, dia gak naik.
Akhirnya dia pindah, ke SMK 5 kayaknya.
Ini nih orang yang kedua, Jannah.
Di semester 2, Jannah jadi ketua kelas, sekaligus bendahara. Atas kepercayaan Bu Yayuk loh. Kami rutin aja bayarnya, seribu sehari. Tapi lama-lama ada yang ganjil. Jannah kalau nagih uang kas gak nanggung-nanggung.
"Cha, sepuluh ribu.."
"Hah? Perasaan.. baru aja deh aku bayar, kok langsung sepuluh ribu.."
Ikhlas gak ikhlas, aku mengangsurkan selembar uang sepuluh ribu ke Jannah.
Iya loh, Ivonny, Reni, Dea, ngerasa kalau Jannah tuh kayak dobel-dobelin kalau nagih orang. Sepuluh ribu itu kan sepuluh hari, nah perasaan kami tuh kalau bayar uang kas tiga hari lah paling telat tuh. Kok langsung sepuluh ribu. Jangan-jangan.. dia nilep? Kecurigaan kami makin kuat ketika aku ingat kalau Jannah itu kan minta beasiswa, gak bayar SPP gitu. Tapi dia bilang sama orang tuanya kalau dia gak minta beasiswa. Otomatis, uang SPP dari orangtuanya mengalir terus. Jannah beli macam-macam, makan macam-macam. Itu korupsi kan namanya?
Pikiran-pikiran kotor dan cenderung mengarah ke kesuudzanan itu masih terus berlanjut sampe kelas dua ini. Sekarang, dia gak minta beasiswa lagi. Dia jadi jarang beli macam-macam lagi kayak waktu kelas satu. Habis, dia sok kaya gitu. Wajar aja kan aku ngomongin dia begini, bukan cuma aku aja kok kesal sama dia. Kami yakin banget kalau Jannah itu kurang mengorganisir uang kas dengan baik. Beli barang mahal-mahal, trus kayaknya sembarangan gitu aja ngatur uangnya. Kalau gak sembarangan kan uangnya bisa dipake buat hal yang berguna, syukur-syukur dibagikan. Malah dipake buat beli kue pas bagi raport, kasian betul X AP 2 ni heh. Rina sih kenapa pake korupsi segala. Jannah sih kenapa bikin orang suudzan segala, mencurigakan sih. Dea sih kenapa buntal gitu!!!
Maaf, terlalu kebawa emosi.
Bandingkan dengan X AP 1 dulu, yang bendaharanya si Oryza Satifa (beras). Si imut-imut berambut tebal yang biasanya dipanggil Icha kalau di rumah (sumpah aku ga rela, sumpah aku gak rela namaku pasaran gituuuuuu) itu terkenal perfeksionis, teliti, pintar matematika, rajin, dan cerewet. Kerjaannya saban hari nenteng-nenteng buku kas dan menagih anak-anak X AP 1 yang tengah asik makan bakso Romo. Cerewet sih emang, sampe dibilang rentenir. Tapi kecerewetannya itulah yang akhirnya ngebawa X AP 1 ke masa kemakmuran dan kesejahteraan. Hidup Pak SBY.
Andaikan aja dulu kami memilih bendahara yang tepat. Andaikan aja Rina Rismawati itu cuma mitos. Andaikan aja Jannah orangnya terorganisir.Andaikan aja Bu Yayuk lebih tinggian dikit. Begitu banyak embel-embel andai yang cuma andai. Ya, CUMA, HANYA. Hanya akan tetap jadi pengandaian aja, gak akan jadi kenyataan. Karena semua itu udah jadi masa lalu. Telat buat jadiin itu kenyataan.
Jadi ingat deh sama tagihan uang kas ku yang membengkak, entah sudah berapa minggu aku belum bayar. Reni juga kik, hampirn semuanya belum bayar. Habis bendaaharanya rada aneh, malas nagihin. Kesadaran diri sih kesadaran diri, tapi kan kami bisa lupa juga kalau gak ditagihin. Sekali ditagihin kalau sudah sepuluh hari kemudian, bahkan gak sama sekali sampe sekarang. Ya, jadi banyak deh yang gak bayar (jahanamnya kami Ya Maddud..)
Dengan peristiwa ini, aku jadi sadar betapa pentingnya bayar uang kas. Malu banget ketika anak sebelah bisa beli peralatan kelas dari uang kas sendiri, sedangkan kami masih setia koar-koar mintain sumbangan. Uang kas bisa jadi bekal buat nanti kelas tiga bahkan kalau udah lulus. Lumayan kan seratus dua ratus ribu, kalau kita rajin bayar. *cepat-cepat rogoh kantong trus datangin Nuri
Mungkin, yang bisa dibagi-bagikan ke mantan X AP 2 sekarang adalah dosa.
Dosanya Rina.
Hiiiiiiiiiiiiiiiiiii sumpah gak lucu, Cha.
0 komentar