Tuhan ternyata mendengar dan menyimak forum curhat antara aku dan Nanda sore kemarin. Tuhan menggaris takdirkan kalau Nanda dan Musdalifah gak jadi pindah ke kelas X AP 2, karena Bu Sri gak setuju, dan juga kedua anak lelaki yang dari X AP 2 itu gak mau dipindahkan.
Serentak bilang ALHAMDULILLAH YAH SESUATU :')
Belum selesai helaan nafas legaku, aku dikejutkan dengan pemandangan yang gak biasa yang ada di luar kelas. Sekelompok polisi berseliweran di area parkir sekolah. Sebelumnya, aku udah mendengar desas desus akan terjadi razia motor dari Puji dan Anggi. Berhubung aku gak bawa motor sendiri ke sekolah, jadi aku santai aja. Cuma yang bikin kaget, ternyata polisinya segitu banyak. Macam-macam rupanya. Mulai dari yang gagah perkasa, yang perut hamil tiga bulan, eeeh buncit maksudnya, yang kurus kulit gelap murah senyum paro baya (aku rada sesenggukan kalau liat polisi ini, ga tau kenapa), dll. Kira-kira ada sepuluh polisi.
Anak-anak SMK 1 dari berbagai kelas menengokkan kepala mereka ke arah jendela. Sebagian besar langsung keluar kelas. Suasana jadi riuh.Anak-anak jurusan Multimedia dan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) pun mulai unjuk gigi, dengan merangkap menjadi fotografer dadakan. Pasukan polisi itu menyebar ke segala penjuru sekolah, mencari-cari keanehan yang ada pada motor. Nina tampak gugup, takut motornya dijaring. Begitu juga dengan yang lainnya. Menatap seonggok motor mereka masing-masing dengan tatapan harap-harap cemas.
Aku dan Reni pun berasumsi tentang tujuan razia ini. Kami berpikiran kalau ada sesuatu (bacalah dengan penekanan ala mbak syahrini) yang sangat ingin dicari oleh polisi-polisi itu. Sesuatu (baca lagi dengan gaya syahrini, habis itu dapat tv) itu adalah barang terlarang seperti narkoba atau senjata tajam. Pokoknya barang-barang yang gak lazim dibawa ke sekolah lah. Ada seseorang yang melapor ke polisi bahwa salah satu anak SMK 1 membawa barang-barang gak lazim, kemudian polisi langsung sigap melakukan penggerebekan. Kira-kira seperti itulah hipotesis dari kami *angkat dagu ala Detektif Conan*
Tapi ternyata, hipotesis kami salah. Kami menyadarinya ketika motor Kak Syarif digiring oleh polisi. Motornya agak seronok, dengan modif di sana sini. Begitu Kak Syarif menyerahkan kunci motornya ke Pak Polisi, motor pun dinyalakan. Dan, apa yang terjadi, saudara-saudara? Motor mengaung dengan beringas, menimbukan bunyi yang nyaring. Kesimpulannya, ini razia motor berknalpot racing, yaitu knalpot dengan model dipotong atau dibolongi (iya mungkin ya, aku juga kurang tau sih), yang dapat menimbulkan bunyi breeeemmmmmm berlebihan. Mirip-mirip motor balap gitu deh. Suaranya sangat mengganggu. Kesannya, pengendara motor dengan model knalpot itu sukanya ugal-ugalan. Aku jadi teringat dengan sekumpulan anak-anak motor a.k.a AMOR yang bertebaran di sudut-sudut tepian setiap malam. Hobinya kebut-kebutan, motornya seronok abis. Ketinting darat, begitu kami menyebutnya secara serempak. Tau ketinting kan? Kendaraan air khas Kalimantan Timur itu bunyinya memang seronok, ribut abis. Yeaah mirip-mirip deh sama motor knalpot racing.
Padahal Kak Syarif itu mantan ketua osis. OSIS bo!! Orang Sinting Ingin Sekolah, eehh Organisasi Siswa Intra Sekolah maksudnya (yang tadi itu kata Dina yaa, bukan aku, haha). Dan lebih parahnya lagi, sebelum motor Kak Syarif diringkus, pihak sekolah sudah mengumumkan kalau SMK 1 itu tertib., Eh pas kejadian, dengan serentak kami mengolok ngolok. Tertib apanya kalau kayak gitu. Malu deh yang ngumumkan itu.
Motor berikutnya, yaitu motor Jannah. Sebenarnya bukan motornya sih, tapi motor ayahnya a.k.a pacarnya, namanya Andi. Ah, jadi gak gak gak kuat nyeritainnyaa. Intinya Jannah panik, nelpon pacarnya, terus pergi ke mushala ke sekolah buat shalat taubat.
Kurang lebih satu jam prosesi razia ketinting darat itu. Maunya sih mewawancarai para polisi-polisi itu, siapa tau bisa nongol di koran Sapos atau Tribun Kaltim gitu kek. Minimal namaku tercantum. Atau bisa juga aku dikenalin sama anak lanangnya gitu, lumayan kan bisa punya menantu cantik nan anggun kayak aku (muntah dua kresek). Tapi sayangnya Reni sudah keburu melarangku datangin polisinya. Yaah, hancur hancur hancur hatikuu u,u
Padahal Kak Syarif itu mantan ketua osis. OSIS bo!! Orang Sinting Ingin Sekolah, eehh Organisasi Siswa Intra Sekolah maksudnya (yang tadi itu kata Dina yaa, bukan aku, haha). Dan lebih parahnya lagi, sebelum motor Kak Syarif diringkus, pihak sekolah sudah mengumumkan kalau SMK 1 itu tertib., Eh pas kejadian, dengan serentak kami mengolok ngolok. Tertib apanya kalau kayak gitu. Malu deh yang ngumumkan itu.
Motor berikutnya, yaitu motor Jannah. Sebenarnya bukan motornya sih, tapi motor ayahnya a.k.a pacarnya, namanya Andi. Ah, jadi gak gak gak kuat nyeritainnyaa. Intinya Jannah panik, nelpon pacarnya, terus pergi ke mushala ke sekolah buat shalat taubat.
Kurang lebih satu jam prosesi razia ketinting darat itu. Maunya sih mewawancarai para polisi-polisi itu, siapa tau bisa nongol di koran Sapos atau Tribun Kaltim gitu kek. Minimal namaku tercantum. Atau bisa juga aku dikenalin sama anak lanangnya gitu, lumayan kan bisa punya menantu cantik nan anggun kayak aku (muntah dua kresek). Tapi sayangnya Reni sudah keburu melarangku datangin polisinya. Yaah, hancur hancur hancur hatikuu u,u
Gak hanya di SMK Negeri 1 Samarinda, razia ketinting darat ternyata dilaksanakan di SMK 2 juga. Parah, sampe dua truk motor yang teringkus. Sekolah-sekolah lain kayaknya juga deh,tapi aku kurang tau
Itu sih, siapa suruh ketinting dibawa ke darat. Turut berduka cita deh.
0 komentar