Aku mulai menyadari kalau semakin hari aku semakin sendirian. Dea, Chintya dan Eka (mungkin gak suka akan kedekatanku sama Dina.
Aku dan Reni bisa ngeliatnya waktu kami ke perpus bareng. Saat kami diajak mereka ke perpustakaan daerah bareng-bareng. Saat aku girang mengiyakan ajakan mereka. Saat tatapan Dea yang terlihat aneh pas ngeliat aku duduk berdampingan sama Dina. Aku awalnya ngerasa biasa-biasa aja, mencoba buat menepis prasangka buruk itu. Nah pas turun tangga mau ke lantai satu, aku jalan sendirian. Aku memang suka jalan sendirian, soalnya langkahku tanpa disadari lebih cepat dan kesannya buru-buru dibandingkan langkah orang lain. Mungkin karena itu kali ya aku sering kesandung apapun yang ada di depanku. Trus Dina sama (kalau gak salah) Chintya berjalan beriringan sebaris sama aku. Otomatis aku jadi dekat kan jaraknya sama Dina. Dea pun manggil-manggil Dina gitu nyaring-nyaring. Seolah-olah Dina disuruh pergi menjauh dari aku biar gak berdampingan lagi sama aku.
Sebenarnya selain itu dan sebelum itu, masih ada kejadian serupa kayak gitu. Menurutku sih, Dea jadi over akrab sama Dina. Lambat laun aku mulai ngerasa Dea ga suka sama kehadiranku, yang selalu ke kelasnya cuma untuk nyariin Dina terus. Iya sih, yang over akrab duluan itu aku. Gimana ya, habis Dina itu baik, dia mau dengerin aku curhat sampai tuntas. Trus bener-bener bisa nerima aku apa adanya, jelek-jelek begini dianggap unik. Selera musik kami juga sama, hampir sih. Kami samasama excited sama mata pelajaran bahasa inggris. Jadi aku ngerasanya nyaman aja berteman sama dia,. Kadang aku suka nyandar di kakinya kalau lagi bete, pengen tidur. Apa aku yang terlalu akrab sama dia sampai Dea jadi kesel gitu? Iya kali ya
Waktu upacara juga, aku baris sendirian lok. Nah terus Dina datang sama Ainun. Sebisa mungkin aku berusaha biar aku gak baris sama Dina, jadi aku ngehindar gitu. Bukan, bukan karena aku benci Dina. Bukan!! Aku cuma gak mau ngeliat tatapan kesal Dea ke aku. Jadi rencananya aku mau baris ke belakang aja sama Ainun. Dina langsung narik tanganku. Akhirnya aku baris sama-sama dia. Habis itu kami disuruh maju ke depan bikin barisan baru. Aku dan Dina terlihat Dea.
Dan gimana tatapan Dea? Heran,takjub, kesal, berusaha memalingkan muka.
Aku bingung, apa aku yang berlebihan mikirnya atau itu memang kenyataan?
Apa ini namanya cemburu dalam persahabatan? Hiks lebey
Aku sadar sekarang posisinya lain. Aku bukan orang yang dekat sama Dina. Dulu aku teman sebangkunya, dan sekarang bukan. Aku gak boleh berprasangka buruk kayak gitu, apalagi marah. Aku sadar keakraban Dea dan Dina itu hal yang wajar.
Aku sadar.... selalu aja kata ''aku sadar'' yang aku tulis!! Tapi aku gak sadar-sadar juga!! Aku masih keukeh dekat-dekat sama Dina tuh.
Mungkin keprasangka burukkan perasaanku ini wujud dari kekangenanku sama Dina. Iya loh, aku kangen waktu duduk sama dia. Waktu selonjoran di meja pas pelajaran matematika. Waktu duduk tegap pas pelajaran bahasa inggris. Waktu perdebatan siapa yang paling keren antara Bruno Mars dan Enrique Iglesias. Waktu kelahian sama dia gara-gara masalah bangku. Waktu latihan teater ambil nillai seni budaya. Waktu curhat tentang pengalaman ajaib masing-masing.
Semoga aja pemikiranku tentang Dea itu gak benar.
Huaaaa kangen waktu sebangku sama Dina
Kangen bangkunya u,u
0 komentar