Hari ini pembagian baju buat anak kelas satunya, jurusan Administrasi Perkantoran, atau yang biasa disebut AP. Bu Neni sudah mejeng di depan gerbang sejak jam tujuh pagi. Lalu masuk ke dalam sekolah bersama mobil, yang baru kami tau ternyata mobil itu adalah mobil pengangkut baju-baju jurusan buat anak-anak jurusan AP yang sudah selesai dibuat setelah berbulan bulan mereka menunggu.
Terus, apa yang istimewa? Bagiku, biasa aja. Aku juga pernah mengalami hal itu waktu kelas satu. Menunggu bajunya datang, kalau sudah datang langsung dipamerin, foto-foto pake bajunya, trus upload ke facebook, jadikan profil picture. Pasti itu juga yang akan dilakukan oleh para anak kelas satu, selidikku.
Tapi kemudian, suara Nina menggema.
"Ih, baju jurusan anak kelas satunya bagus loh.."
Nabila, yang tengah melepas baju olahraganya, menjawab,
"Iyaa... kayak anak kelas tiga yang sekarang bajunya tuh. Kita aja sendiri yang beda."
"Makanya itu.. roknya bagus lagi, warnanya gelap gitu. Gak kayak punya kita, kuning mentereng.."
"Iya nah. Bil, kita pesan aja yuk.."
" Mana boleh, eh ga tau juga deh.."
"Kita ni ternyata percobaan aja kam.. Percobaan gagal."
Dan lahirlah keluhan-keluhan lain. Dari Suci, Denada, Reni, aku, dll.
Ini benar-benar gak adil buat kami, para anak kelas 2 AP. Baju jurusan kami beda sendiri. Beda dengan kelas 3 nya, dan kelas 1 nya. Baju mereka sama, dengan warna coklat muda. Modelnya bagus. Potongan kerah yang cenderung tinggi sehingga menutupi leher. Beda dengan punya kami yang potongan kerahnya bikin (maaf,) dada kami begentayangan karena rendah. Dikemas dengan menarik, pake gantungan gitu. Kayak baju yang baru dari laundry.
Warna baju kami kuning kunyit. Dea pernah sampe dipanggil GOLKAR gara-gara pake baju itu (maaf ya Dea, ngumbar aib dikit). Kalau lagi berdiri di tengah anak-anak jurusan lainnya, pasti kami sangat mudah dikenali. Kainnya.. ah, aku rada malas mendeskripsikannya, serasa memprihatinkan banget baju kami u,u
Pulang sekolah, aku bergegas menanyai Nanda perihal baju jurusan baru itu. Aku langsung nyobain. Aku mematut diriku di kaca. Selintas, terbayangkan aku sedang berada di kursi empuk sebuah perusahaan, duduk menghadap komputer, mengangkat telefon, berkencan dengan eksekutif muda. Baju itu seolah punya daya pembangkit imajinasi. Nanda, pengen tukaran :(
Kayaknya Nina bakal mesan baju jurusan itu deh. Bagaimanapun caranya. Anak itu sangat memperhatikan penampilan dan trend. Benar sih katanya, kami ini bahan percobaan. Menciptakan inovasi baju model baru. Kalau bagus, ya diteruskan ke anak kelas satunya. Kalau jelek? Ya kayak sekarang, modelnya ngikutin baju kelas 3. Berarti punya kami itu jelek. Kenapa harus kami sih? Salah apa kami? Padahal bayarnya samasama 250 ribu rupiah, kenapa beda??? Ya Tuhan, mengapa semua ini terjadi pada anak kelas duaaaaaaaaaaa *nyontek kata-kata Nabila
Aku jadi malu berangkat sekolah bareng sama Nanda tiap hari Rabu, pasti kontras banget.
Mau mesan? Kecil kemungkinannya. Aku bakal diomelin sepanjangan adzan maghrib sampe adzan isya kalau protes mau baju kayak Nanda juga.
Huaaaaaaaaaaaaa wahai anak kelas satu itu memang baju kalian, tapi sebenarnya baju kamiiiiiii jugaaaa!!!!!!!!!!!!! Hikssss!!!!
0 komentar