Hari ini Nur ulang tahun. Aku masih aja ingat hari ulang tahunnya. Mungkin karena itu aku terdorong untuk ngingkarin janjiku, yaitu gak-akan-posting-tentang-galau-galau-lagi. Ah, tapi gpp deh. Daripada dipendam, bikin nyesek aja kan.
Betapa lucunya jika kita berjalan dengan memakai sepatu cuma sebelah. Langkah kita akan tertatih, pincang-pincang, ditertawakan oleh khalayak umum bahkan diringkus oleh paramedis rumah sakit jiwa (oke, yang ini hiperbola banget)
Ya, lucu, seperti ketika aku dan Nur disatukan sebagai sepasang. Kami berdua berjalan beriringan menyusuri kehidupan dengan status berhubungan lebih dari sekedar teman selama 5 bulan. Kami ibaratnya sepasang sapatu yang selalu bersama.
Dulu, itu dulu. Sekarang aku kehilangan sebelah sepatu, dan berjalan dengan langkah tertatih lalu ditertawakan orang-orang.
Dulu, itu dulu. Sekarang aku kehilangan sebelah sepatu, dan berjalan dengan langkah tertatih lalu ditertawakan orang-orang.
Aku jadi ingat waktu ngerjain LKS bareng Reni pas pulang sekolah. Reni nanya-nanya gimana perasaanku sekarang sama Nur. Apa masih ada rasa, atau udah tawar. Dengan lugas aku ngejawab satu per satu. Ngejawabnya gak susah kok.
Pertama, dengerin dengan seksama.
Kedua, mulai mikir, balik ke ingatan masa lalu.
Ketiga, jawab dengan lantang dan penuh senyum. Entah itu senyum manis, atau, senyum miris.
Pertama, dengerin dengan seksama.
Kedua, mulai mikir, balik ke ingatan masa lalu.
Ketiga, jawab dengan lantang dan penuh senyum. Entah itu senyum manis, atau, senyum miris.
Pertanyaan Reni mengharuskan aku mengingat Nur, sekaligus mengharapkan dia kembali.
Gak, aku gak nyalahkan Reni kok. Sah-sah aja Reni nanya tentang itu. Lagian dia udah minta maaf sebelum nanya, meski sebenarnya minta maaf itu gak perlu sih. Justru dengan Reni nanya-nanya, aku jadi sadar ‘mengharapkan’ itu adalah pekerjaan yang gak mapan. Gak ada hasilnya selain sakit hati.
Aku gak mungkin bisa bereinkarnansi menjadi sepatu keds agar bisa bisa sepasang sama dia. Aku tetaplah sepatu teplek, yang sangat aneh ketika dipadukan dengan sepatu keds. Sepatu keds itu adalah cowo-cowo yang aku harapkan untuk jadi cowo terakhir, termasuk Nur, Aku dan Nur, gak akan bersatu. Ganjil kalau kami dipasangkan dalam sepasang kaki kiri dan kanan. Sebelah kanan sepatu keds, sebalah kiri sepatu teplek. Cuma orang gila yang mau make kayak gitu.
Selamat nambah umur, Muhammad Noor.
Moga kamu cepat dapat pasangan sepatu keds-mu, biar aku menang taruhan. Siapa yang lebih mentingin pendidikan daripada pacaran.