Rata-rata timeline di twitter isinya pada merutuki hari kamis. Kamis galau lah, kamis ngenes lah, kamis tragis lah, kamis mistis lah. Kok kayaknya musuh gitu ya sama hari kamis. Tapi itu gak berlaku buatku. Kamis ini, kamis yang manis nan eksotis.
Statement dari aku itu dilandasi dengan dua kejadian yang menimpaku dan Reni tadi siang, yaitu sebagai berikut :
Pertama,
Ulangan matematika tadi benar-benar gak seperti yang kuduga.
Benar-benar gak seperti yang aku duga loh. Awalnya aku duga kalau aku bakal keteteran seperti biasa. Aku kebingungan mencari jawaban, corat-coret ga jelas di buku catatan matematika, noleh sana-sini, gigit bibir gemeretakin gigi, selonjoran kepala di meja, dsb.
Tapi ternyata, tapi ternyata.....
Tapi...
Ternyata...
TAPI TERNYATA......
Reni dan Kartini bantuin aku. Mereka dengan sigapnya (bareng Ariesta juga sih) ngerjakan soal itu sebelum ulangan dimulai. Bu Yayuk memang baik. Seminggu sebelum ulangan, Bu Yayuk sudah mewanti-wanti kami agar pelajari soal 27 dan 28 buku paket halaman entah halaman yang keberapa aku juga ga tau. Reni dkk (gak termasuk aku) mempelajari kedua soal itu. Cuma soal nomor 27 aja yang bisa terpecahkan. Kami berharap, semoga ulangan soal yang dipake buat ulangan yaitu soal nomor 27 itu.
Doa kami terkabul. Kartini, Reni, dan Ariesta pun mengerjakan soal dengan santai plus lihai. Sedangkan aku? Soal nomor 2 aja yang bisa. Tentang trigonometri. Kalau itu otakku masih bisa jangkau, kalau yang tentang persamaan? Huaa mau gantung diri aja.
Yang bisa ku lakukan di tempat duduk hanya grasak grusuk. Tiba-tiba, Kartini ngasih aku buku coretan, yang isinya tentang jawaban soal nomor 1, soal yang mirip sama soal nomor 27. Sumrigah. Aku langsung cepat-cepat nyalin. Aku gak peduli tatapan Puji dll yang mengharap meminta jawaban.
Reni, Ariesta, dan Kartini ngumpul kertas ulangan secara bersamaan. Aku masih sibuk ngarsir gambar sana sini. Nia dkk masih menetap di tempat duduk mereka. Wah, tumben. Biasanya mereka cepet banget kalau ngerjain soal matematika. Mereka kan ga mau pamor mereka sebagai anak pintar menurun. Kalau sampai ada yang merebut pamor mereka, bisa-bisa disirikin bareng.
Kelar semua prosesi ngerjain soal ulangan matematika, aku pun segera keluar menyusul mereka.
"Eh tadi lihat gak ibunya senyum-senyum pas ngeliat kita ngumpulkan tadi?"
Ariesta membuka obrolan.
"Iya, Ibunya senyum-senyum. Ibunya tau aja itu. KIta kan tadi nanya sebelum ibunya masuk kelas. Mikir ibunya tuh belajar anak ini, hahaha"
Ah, Reni.. Reni.. Kamu sama Tata sama Kartini aja yang belajar, lah aku ga belajar, malah belajar trigonometri. Padahal trigonometri tuh gampang banget, sambil merem gin bisa. Batinku sambil mendengarkan percakapan mereka.
"Cha, aku senang banget loh. Akhirnya kita bisa mengungguli Nia.. Doa orang yang teraniaya memang cepat dikabulkan ya hahaha "
"Hehe, iya Ren.. Itu kamu, bukan aku. Kalau ga ada kamu ni mana bisa aku. Malu aku eh ga ada belajar sama sekali yang persamaan itu. Makasih yah Ren..."
Kamis ini, jadi kamis yang manis buat Reni.
Kedua,
Ulangan bahasa inggrisku dapat nilai tinggi.
Dari 50 soal pilihan ganda, aku betul 47. Aku pun sendiri rada gak percaya kalau itu nilaiku. Pertamanya sih 88, tapi karena kesalahan teknis dari bapaknya, nilaiku jadi 94. Kesalahan teknis itu pun aku ketahui secara gak sengaja dari Nia. Nilai Nia meroket dari entah berapa jadi 92. Aku mencium aroma yang gak beres. Setelah ku teliti, ternyata tiga buah soal jawaban yang sudah ku jawab disalahkan bapaknya. Padahal betul jawabannya. Sama kayak yang Nia alamin. Aku bersama Reni lalu klarifikasi nilai ke bapaknya, Pak Sudiyo. Pak Sudiyo, atau yang lebih akrabnya dipanggil Pak Dio, dengan baik hatinya meladeni kami. Aku ga mau kayak Nia tadi, yang langsung ganti nilainya gitu aja. Aku minta Bapaknya sendiri yang ganti, trus Bapaknya juga yang nuliskan di kertasku. Biar kesannya lebih akurat kalau itu nilaiku. Aku takut dianggap sok-sok mau nilai tinggi. Bapaknya ni sumpah baik betul. Kadang aku tenangis kalau teingat Pak Dio.. Ntar aku ceritain ya di postingan berikutnyaaa.
Sama kayak Reni, impianku ikut terkabul. Aku sukses mengungguli Nia dalam pelajaran bahasa inggris. Bangganya sampai disitu aja. Sebenarannya, aku rada ga enak klarifikasi nilai sama Pak Dio. Kasihan Pak Dio, harus nge-tip-ex nilai-nilai yang udah terlanjur tercantum di buku nilai. Tapi kalau ingat Nia yang udah klarifikasi nilai, aku ga mau kalah. Lagian, jawabanku bener kok. Aku gak mengada-ngadakan nilai ini.
Aku dan Reni begitu bangga bia mengungguli Nia. Rasa kesal kami ke Nia rasanya udah terlampiaskan melalui dua keajaiban tadi. Rasain tuh Nia, emang dia pikir dia aja yang BISA. You can do it, but I can do it better :p
Kamis ini manis. Tapi ini baru sebagian kecil.Ini baru langkah awal kami untuk menjatuhkan Nia *astagfirullah
Kami akan belajar lebih rajin lagi. Lebih dari ini.
Agar tawa Nia yang terdengar meremehkan kami itu tak akan menggelegar lagi.
Yeaaah cemunguuudh
0 komentar