Pernah ngerasa galau?
Pasti pernah, bohong banget kalau kalian-kalian ga pernah merasakan, ga pernah mengenal, bahkan ga pernah mengetahui galau itu apa. Remaja pada dasarnya mengalami pasang surut pencarian jati diri. Galau adalah salah satu prosedur yang harus dilewati dalam mencapai jati diri menuju kedewasaan itu. Galau adalah perasaan sedih, kalut, tertekan, bingung. Kalau aku sih nganggapnya galau itu mengasihani diri sendiri. Penyebab seseorang menjadi galau itu sebenarnya banyak, tapi kebanyakan CINTA yang jadi penyebabnya. Entah itu cinta bertepuk sebelah tangan, cinta lama bersemi kembali, cinta tak direstui,cinta dalam hubungan jarak jauh, cinta monyet, cinta juga kuya. Ketika seseorang sedang galau, dia merasa sangat tertekan, mengeluhkan dirinya sendiri yang menurutnya sangat serba kekurangan, mencaci maki orang lain yang menurutnya membuat dia jadi galau, mencari-cari Tuhan ada dimana, merutuki keadaan, dan... menangis. GALAU dan MENANGIS, seperti saudara kembar yang tak terpisahkan.
Apakah aku pernah galau? Aku?
Ya, tentu aja. Sering malah. Setiap hari ada aja yang membuat aku galau. Uang sangu ketinggalan, galau. Blog yang ga mau ter sign in, galau. Ditinggal Dea ke kantin, galau. Mecahin cobek kesayangan mama, galau. Teringat Nur, galau.. Hah? Nur?
Yeaah, akhir-akhir ini aku kembali dibayang-bayangin oleh kabar-kabari Nur. Nur lagi dekat sama Ani, dan hubungan mereka itu tercium sampe ke aku. Nur suka sama Ani? Kata Dea, Nur malah ga suka sama Ani karena ngerasa ga nyaman gitu dengan sifat manjanya. Aku udah cukup lega. Gini loh, aku ga begitu mempermasalahkan kalau Nur jadian lagi setelah putus sama aku, tapi please jangan Ani naah... Aku keterlaluan ya? Aaahh.. kenapa aku cemburu kayak gini ya? Padahal Nur bukan siapa-siapaku lagi, aku ga punya andil untuk mencampuri urusannya. Sama sekali! Tapi asli, aku mumet setengah mati. Nur katanya ga suka, tapi kok dia dekatin Ani terus.. Waktuku yang seharusnya ku habiskan untuk mengerjakan satu bab lks ips, malah ku habiskan untuk memikirkan romansa cinta Nur dan Ani itu. Apa untungnya coba buat aku?
Mana katanya besok mereka mau nonton di 21 bareng.Nyesek eh dengernya. Dulu sebelum aku jadian sama Nur, Nur ngajakin aku nonton bareng gitu.. Setelah itu ga lama kami jadian. Jangan-jangan Nur emang lagi mendekati Ani, habis itu mereka langsung pacaran?! Semua itu bisa jadi mungkin. Ani itu cantik, baik, hidungnya mancung, rambutnya indah panjang terurai, ramah, mudah bergaul, selera fashionnya bagus.. Cowok mana sih yang nolak bersanding sama dia?
Tadi aku gelap mata. Pas Ani dekatin aku, reflek aku langsung bangkit menjauh, lalu mencari tempat duduk lain. Aku puas, tapi itu sifatnya sementara. Lama-lama aku mikir kalau sikapku tadi kekanak-kanakan banget. Anak kecil! Terdengar seperti Nur yang meneriakkan itu ke telingaku. Aku malu.. Pantas aja Nur mutusin aku. dan mulailah perutukan diri sendiri. Lalu mengeluh, bersumpah serapah, mencari cari Tuhan... Kesimpulannya, aku galau,
Kenapa aku bisa galau?
Aku juga gatau. Semua itu bereaksi sendiri, reflek, alamiah. Kalau aku lagi galau, dan aku ga menangis, rasanya nyesek banget. Kayak ada yang ngeganjel gitu nah, Ganggu banget. Ya, satu-satunya cara yaitu dengan mengeluarkan kegalauan itu dalam wujud air mata. Aku tau, aku tau... aku tau menangisi dia adalah hal yang percuma,ga menghasilkan apa-apa. Aku juga tau kalau seandainya dia lihat secara langsung aku nagis, dia pasti bakal ketawa jijik. Aku tau! Aku sudah memperkirakan itu semua. Tapi kenapa aku masih tetap keukeh menangis? Layaknya narkoba, walaupun udah digembar-gemborkan bahayanya, banyak udah ditunjukin korban-korban yang bergelimpangan tewas. Tetap aja narkoba itu beredar luas, tetap aja dikonsumsi. Nah mirip-mirip galau deh. Meski aku udah tau betul kalau galau itu cuma buang-buang waktu, energi, air mata, nambah dosa (dengan menyumpah serapah), bikin malau, ngejatuhin harga diri, tapi tetap aja keukeh digandrungi. Intinya, aku ini, dan termasuk para galauress di luar sana yang pasti berjumlah ga sedikit itu mucil nan pengengkelan.
Kalau lagi galau, aku ngerasa bahwa aku ini makhluk termalang di muka bumi. Ih coba lihat di luar sana, lihat kanan kiri depan belakang. Masih banyak yang lebih pantas untuk bergalau. Ibu yang kebingungan karena anaknya sakit demam itu, anak kecil yang bertelanjang kaki menyusuri aspal jalanan untuk menjajakan koran itu, bapak-bapak yang kelelahan sehabis membanting tulang itu.. mereka lebih menderita kan? Dalam artian begini, kita yang hanya didera masalah putus cinta, sangat ga pantas untuk bergalau. Hal yang kita alami itu masih terlalu kecil untuk dijadikan masalah. Kita masih belum terlalu pantas. Jadi sepatutnya kita bersyukur. Bukannya malah mengeluh melulu. Enjoy your life. Ya gitu.
Tapi, gimana kalau galau udah terlanjur merasuk ke dalam diri?
Yeaaah, galau itu harus dilawan.Kalau diladenin ya makin ngelunjak sakitnya. Ciptakan hal-hal yang mneyenangkan. Alihkan perhatian dari galauness itu. Biasaya sih, untuk mengatasi galau (terutama galau karena cinta, hiks), aku dengerin lagu-lagu beraliran heavy metal, atau bisa juga lagu-lagu yang bertempo cepat, yang dominan gebukan drum dan cabikan gitar elektrik yang menggigit.Kalau diperdengarkan lagu-lagu mellow, wah apalagi dah becucuran air asin dari mata. Aku paling suka lagu-lagunya Avril Lavigne. Easy listening, seru buat jejingkrakan. Aku iseng search liriknya di google, trus ku translate-kan, trus ku pelajari vocab-vocab yang ada di lirik lagu tersebut. Galau hilang, hati tenang, hati pun tak lagi udang (karena sekalian belajar bahasa inggris gitu, hehe). Sambil menyelam minum air.
Nyesal ga karena pernah galau?
Kalau dipikir-pikir, aku nyesal. Malu apalagi. Asli malu banget! Di twitter, heello, maupun blog ini, aku rajin banget saban hari mengumumkan kepada dunia tentang kegalauanku. Aku puas, aku lega waktu itu. Tanpa memikirkan kira-kira bagaimana tanggpan orang-orang setelah membacanya. Sampai suatu ketika, aku ketiban curhatan dari temanku yang habis diputusin sama cowoknya. Diputusin dengan ketidakjelasan,Tiap hari dia sms-sms dari dia tentang begalauan semua. ertama sih empati, tapi lama kelamaan kok muar ya? Rada malas gitu nanggpin tangisan plus keluhannya mengenai mantannya itu, campur ilfeel juga.Orang yang lagi galau tuh berlebihan ya. Sontak aku teringat dengan timeline-ku, ping-ku, maupun postingan blogku yang lalu. Aku malu. Apa bedanya aku sama Shela? Sama-sama lagi ada masalah, lalu mengeluhkan masalah itu kemana-mana, samasama bikin muar kan? Akhirnya aku sadar, galau itu percuma. Galauin orang yang udah move on dari kita itu adalah hal yang membosankan. Menunggu yang jelas2 ga ada kepastiannya. Aku jadi malu sendiri eh. Orang-orang yang membaca postingan sampahan galauku itu (terutama sampahan postingan blogku ini, karena temanya galau melulu hiks hiks) pasti akan berpikiran sama seperti yang aku pikirkan ketika Shela membeberkan kegalauannya. Dimana-mana orang ga suka kalau dicurhatin dengan masalah yang itu-itu aja. Ha ha ha tolol aku! Jadi budak galau ya ho'oh-ho'oh aja.
Lalu, bagaimana dengan Ani dan Nur itu?
Sebenarnya aku nyesel udah gitukan Ani. Beneran. Musuhan gara-gara cowo itu kan sama sekali ga mutu. Uuuh ikhlas dah ikhlas dah kalau mereka jadian, biar mereka kumpul kebo kah situ (uupsss). Ga boleh marah,ga boleh nangis.. Toh kalau aku sama Nur berjodoh, pasti bakalan ketemu lagi kok. Cam kan itu Cha!!
Jadi, beneran ga galau lagi nih?
Sejauh ini aku akan berusaha menjauhkan diri dari kata galau. Terutama galau karena Nur. Galau memang jadi trend di kalangan remaja sekarang. Tapi sepertinya, cukup disini aku ngikutin trend. Biarkan aku dibilang ketinggalan jaman, yang penting aku bahagia. Im single i'm very happy. I'm so glad without the galauness, without NUR! (haha semoga ini never ending dan berlaku untuk selamanya, soalnya aku anaknya labil pang TT)
Let's spread the happyness, don't spread the galauness
Kalau lagi galau, aku ngerasa bahwa aku ini makhluk termalang di muka bumi. Ih coba lihat di luar sana, lihat kanan kiri depan belakang. Masih banyak yang lebih pantas untuk bergalau. Ibu yang kebingungan karena anaknya sakit demam itu, anak kecil yang bertelanjang kaki menyusuri aspal jalanan untuk menjajakan koran itu, bapak-bapak yang kelelahan sehabis membanting tulang itu.. mereka lebih menderita kan? Dalam artian begini, kita yang hanya didera masalah putus cinta, sangat ga pantas untuk bergalau. Hal yang kita alami itu masih terlalu kecil untuk dijadikan masalah. Kita masih belum terlalu pantas. Jadi sepatutnya kita bersyukur. Bukannya malah mengeluh melulu. Enjoy your life. Ya gitu.
Tapi, gimana kalau galau udah terlanjur merasuk ke dalam diri?
Yeaaah, galau itu harus dilawan.Kalau diladenin ya makin ngelunjak sakitnya. Ciptakan hal-hal yang mneyenangkan. Alihkan perhatian dari galauness itu. Biasaya sih, untuk mengatasi galau (terutama galau karena cinta, hiks), aku dengerin lagu-lagu beraliran heavy metal, atau bisa juga lagu-lagu yang bertempo cepat, yang dominan gebukan drum dan cabikan gitar elektrik yang menggigit.Kalau diperdengarkan lagu-lagu mellow, wah apalagi dah becucuran air asin dari mata. Aku paling suka lagu-lagunya Avril Lavigne. Easy listening, seru buat jejingkrakan. Aku iseng search liriknya di google, trus ku translate-kan, trus ku pelajari vocab-vocab yang ada di lirik lagu tersebut. Galau hilang, hati tenang, hati pun tak lagi udang (karena sekalian belajar bahasa inggris gitu, hehe). Sambil menyelam minum air.
Nyesal ga karena pernah galau?
Kalau dipikir-pikir, aku nyesal. Malu apalagi. Asli malu banget! Di twitter, heello, maupun blog ini, aku rajin banget saban hari mengumumkan kepada dunia tentang kegalauanku. Aku puas, aku lega waktu itu. Tanpa memikirkan kira-kira bagaimana tanggpan orang-orang setelah membacanya. Sampai suatu ketika, aku ketiban curhatan dari temanku yang habis diputusin sama cowoknya. Diputusin dengan ketidakjelasan,Tiap hari dia sms-sms dari dia tentang begalauan semua. ertama sih empati, tapi lama kelamaan kok muar ya? Rada malas gitu nanggpin tangisan plus keluhannya mengenai mantannya itu, campur ilfeel juga.Orang yang lagi galau tuh berlebihan ya. Sontak aku teringat dengan timeline-ku, ping-ku, maupun postingan blogku yang lalu. Aku malu. Apa bedanya aku sama Shela? Sama-sama lagi ada masalah, lalu mengeluhkan masalah itu kemana-mana, samasama bikin muar kan? Akhirnya aku sadar, galau itu percuma. Galauin orang yang udah move on dari kita itu adalah hal yang membosankan. Menunggu yang jelas2 ga ada kepastiannya. Aku jadi malu sendiri eh. Orang-orang yang membaca postingan sampahan galauku itu (terutama sampahan postingan blogku ini, karena temanya galau melulu hiks hiks) pasti akan berpikiran sama seperti yang aku pikirkan ketika Shela membeberkan kegalauannya. Dimana-mana orang ga suka kalau dicurhatin dengan masalah yang itu-itu aja. Ha ha ha tolol aku! Jadi budak galau ya ho'oh-ho'oh aja.
Lalu, bagaimana dengan Ani dan Nur itu?
Sebenarnya aku nyesel udah gitukan Ani. Beneran. Musuhan gara-gara cowo itu kan sama sekali ga mutu. Uuuh ikhlas dah ikhlas dah kalau mereka jadian, biar mereka kumpul kebo kah situ (uupsss). Ga boleh marah,ga boleh nangis.. Toh kalau aku sama Nur berjodoh, pasti bakalan ketemu lagi kok. Cam kan itu Cha!!
Jadi, beneran ga galau lagi nih?
Sejauh ini aku akan berusaha menjauhkan diri dari kata galau. Terutama galau karena Nur. Galau memang jadi trend di kalangan remaja sekarang. Tapi sepertinya, cukup disini aku ngikutin trend. Biarkan aku dibilang ketinggalan jaman, yang penting aku bahagia. Im single i'm very happy. I'm so glad without the galauness, without NUR! (haha semoga ini never ending dan berlaku untuk selamanya, soalnya aku anaknya labil pang TT)
Let's spread the happyness, don't spread the galauness
0 komentar