Sempat terpukul dengar kabar dari MUI, kalau tanggal 1 Syawal jatuh pada hari Rabu. Anak amor yang tumpah di jalan pada syok, rombongan konvoi pada syok, ibu-ibu pada syok, bapak-bapak pada syok, anak-anak kecil pengonsumsi kembang api pus merucon pada syok, bedug masjid pada syok. Orang persiapannya udah siap wal'afiat, eeeh diundur. Raut kekecewaan terpancar pada wajah-wajah pada malam hampir takbiran itu.
Aku ga habis pikir, baru kali ini MUI lamban dalam mengambil sikap. Sidang mulut berbusa itu ternyata hanya menghasilkan putusan yang banyak mengecewakan pihak banyak. Padahal sudah jelas-jelas kalender menunjukkan hari selasa umat islam akan lebaran. Iklan-iklan di tipi juga pada udah berrkoar-koar. Siaran di berbagai media mulai menampangkan euforia lebaran. Seolah benar-benar mantap kalau lebaran itu hari selasa. Eh sekalinya pas malamnya, desas desus ga enak mulai terdengar. Katanya bubuhan muhammadyah lebarannya hari selasa. Biasanya muhammadyah selalu mendulukan hari lebaran mereka. Nah itu yang buat kami (para muslim NU) ragu. Maka, tipipun dijadikan bancakan. Jari jemari bermain lincah di tombol mencari-cari channel tipi yang menyiarkan rapat MUI. Dan setelah menunggu kaik-kaik itu rapat, keputusannya yaitu tanggal 1 Syawal jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011 Masehi.
Keputusan yang mendadak ini yang bikin aku geram, dan mungkin para umat muslim di luar sana. Bukannya ga sabaran pengen lebaran sih, tapi ya kami ngerasa dikecewakan aja. Di saat semua matang, ya terpaksa harus batal. Hati yag sudah menggebu-gebu menyambut lebaran malah jadi kecewa. Kasian opor ayamnya ntar basi, kasian imam shalatnya ngimamin taraweh lagi, kasian..
Banyak yang menyampah kesal di twitter, facebook. Ga tau siapa yang salah? Kalendernya, pemerintahnya, atau hilalnya? Muhammadyah tampak tenang-tenang aja tuh. Desas-desusnya mereka tetap melaksanakan shalat ied di gor sempaja, dan tentu saja merayakan lebaran. Sirik? Ah, enggak. Lagi-lagi aku cuma bingung, sangat binngung sih lebih tepatnya. Katanya islam itu satu kesatuan, tapi kok bergolong-golongan gitu. Kalau mendekati lebaran begini, banyak kepercayaan yang ngambang ke permukaan. Di desa ini sudah berlebaran, menganut kepercayaan ini sudah melaksanakann lebaran, yang di desa itu berpuasa tiga puluh dua hari, yang di kampung ini tradisinya begitu. Berbeda itu boleh aja sih, ah tapi kenapa ya aku ngerasa islam itu jadi terpecah belah kayak gitu. Ga kompak. Lihat aja, islam ada dua golongan. Muhammadyah sama NU. Apa maksudnya coba? Huh, aku bukannya menghakimi adanya muhammadyah ya, bukan kok. Lagi-lagi aku cuma bingung aja. Sejauh ini masih belum ada yang menjelaskan ke aku sejak kapan islam itu ada dua golongan.
Pertamanya ngerasa aneh begitu ada pengumuman bahwa malam tadi shalat tarawih lagi. Walhasil, saf shalatnya terisi satu dua aja. Banyak yang sudah terlanjur terjun ke jalanan untuk konvoi, bahkan ke dapur untuk menyiapkan suguhan lebaran. Tahun ini bener-bener absurd lebarannya
Ngeliat euforia menyampah kekesalan karena ga jadi lebaran hari selasa di twitter, aku jadi ikut-ikutan menyampah di twitter. Sebenarnya ga kesal-kesal banget sih. Banyak tweet-an yang sontak bikin aku ketawa ngakak ngebacanya. Rata-rata pada kesal sama MUI, dan memilih jalur muhammadyah. Haha, ku pikir mau hari selasa kek, hari rabu kek, tahun depan kek, lebaran ya tetap aja lebaran. Tetap hari kemenangan. Tetap hari saling memafkan. Tetap hari yang suci. Bener kan?
Intinya, hari lebaran tanggalnya sudah jelas ditetapkan. Anggap aja puasa hari ini buat nambal-nambal pahala puasa kita yang 29 hari itu. Bukankah genap lebih baik? Besok bakalan ga PENDING kok, apalagi CANCEL. Lebaran tetap akan ada membayar jerih payah berpuasa kita.
Cayoooo sambut lebaran !!! ^^
0 komentar