Postingan ini untuk seseorang disana, yang kenangannya masih memenuhi pikiranku . Maklum, belum sebulan. Tau aja kan siapa? Yeah dia mantan yang ga ku ikhlasin kepergiannya. Ah udah ah aku udah ikhlas kok. Apalagi setelah dengar penuturan Dea tentang penyebab kami putus, yang Dea tau dari Deni, dan Deni tau dari Nur sendiri. Singkatnya, Nur curhat sama Deni, trus Deni cerita ke Dea, dan Dea nyampaikan ke aku. Semacam rantai makanan. Di post kemaren ngakunya sih aku sudah lupa kalau aku pernah jatuh cinta. Tapi gapapa ya kalau aku nge-post tentang dia lagi? Ibaratnya disini aku berkhayal sedang berhadapan dengan dia, ngomong sama dia. Silahkan katakan aku ini pecundang, beraninya cuma ngomong lewat blog. Silahkan ungkapan kebosanan karena membaca postingan blog yang temanya sangat monoton ini. Eh, emang ada yang baca laman blog ku ini? Ckckck nasib.
Ehem ehem tes tes satu dua tiga…
Nur, apa kabar? Pasti baik-baik aja. Aku lihat hidupmu makin sejahtera akhir-akhir ini. Tapi sekarang kamu menghilang, ga keliatan lagi. Mungkin lebih baik kita ga ketemu kayak gini ya. Tuhan selalu memberi jalan terbaik untuk kita, dan ini jalan terbaik yang selama ini Tuhan janjikan.
Sekarang aku ga perlu capek-capek menerka-nerka apa salah apa kurangku hingga kita harus pisah kayak gini. Ikatan kita yang sudah terlanjur putus sudah mulai bisa ku ikhlaskan. Karena aku udah tau alasan sesungguhnya mengapa ini terjadi. Dea yang menceritakannya ke aku, menceritakan curhatanmu yang waktu itu kamu ungkapkan ke Deni, sepupu Dea. Aku senang begitu mendengar alasanmu. Pendidikan. Pendidikan. Pendidikan. PENDIDIKAN. Ku ulang terus sampai aku benar-benar percaya bahwa alasan yang kamu berikan itu bukan hasil dari mengada-ngada. Kamu hanya ingin berusaha mengejar nilai ketertinggalan kamu, mengejar cita-cita kamu untuk kuliah di universitas yang kamu idamkan. Entah universitas apa, kamu ga pernah cerita sebelumnya. Universitas itu pasti bagus, sampai-sampai kamu sebegitu fokusnya. Sampai kamu mantap meninggalkan dan sempat menyakiti hati seorang cewe rapuh seperti aku. Dan kamu merasa lebih baik putus. Kamu ingin focus pada satu. Kamu tidak ingin pikiranmu bercabang memikirkan hubungan kita. Awalnya aku ga percaya, alasanmu itu terlalu klise. Tapi setelah mendengar penuturan Dea, perlahan lahan aku menaruh kepercayaan lagi ke kamu. Kamu ga mungkin berbohong kan. Kamu cowo terpolos yang pernah mengisi lembar agenda hidupku. Keyakinan itu menguatkanku untuk gak membenci kamu.
Sumpah, aku beneran senang kok. Ternyata bukan karena sudah jenuh dengan hubungan kita, bukan karena ada ‘putri pocari sweat’ lain yang mengalihkan perhatianmu dari aku. Bukan. Aku ngerasa plong banget. Aku lega. Aku bahagia. Betapa pentingnya pendidikan dibandingkan cinta. Yeeaaah, sewajarnya untuk seusia kita, pendidikan yang paling utama. Pacaran itu ntar aja, ya kan? Haha, pemikiranmu itu mirip banget dengan pemikiran mamaku. Sebaiknya aku berpikir gitu aja kali ya? Hmm sekali lagi, aku senaaaaaaaaaaaaaaanng banget. Aku dukung kamu.
Oh iya, aku juga mau ngucapin makasih. Makasih karena udah mengajarkan ilmu ikhlas. Makasih udah membuatku kebal akan kisah sedih. Makasih atas boneka teddy bear pink nya, yang masih setia menemani tidurku. Sesuai janjiku 5 bulan lalu, aku ga akan memakamkan ‘merah jambu’ itu di lemari. Aku tepati itu. Makasih karena udah membuatku ga mudah terperdaya lagi. Aku niat ga pengen pacaran lagi, kira-kira setahun lah aku melajang. Mungkin sweet seventeen yang akan kulewatkan tahun ini menjadi menyenangkan bersama sahabat-sahabatku, tanpa seorang pacar. Makasih udah mengajarkanku arti pengertian, kesabaran, ketaatan terhadap apa yang namanya komitmen. Makasih udah membentukku menjadi anak yang mandiri, ga manja lagi, ga berwujud menjadi si cengeng yang selalu menampakkan wajah muramnya di depan umum. Makasih udah menanamkan rasa tahu diri, dengan melihat diriku yang masih jauh dari kesempurnaan, aku jadi tahu diri dalam mematok cowo impian. Aku ga mau muluk-muluk, aku hanya ingin cowo yang bisa mengerti cinta sebenarnya. Kayak lagunya Pink yang judulnya Most Girl itu, nah kira-kira seperti itu gambaran tentang perasaanku sekarang. Aku sadar diri kalau wajahku ga cantik, ga memikat. Berbadan triplek tanpa lekuk-lekuk, rembes pula. Miftha, atau Rista. Mereka sempurna. Sangat wajar kalau dulu kamu pernah menaruh hati pada mereka. Aku sadar dari awal kalau aku bukan tipemu banget. Dan mungkin bukan tipe dari semua cowo lainnya. Huaa lebay yak. Tapi emang bener begitu kan? Masih banyak kekurangan yang perlu ku tambal lagi. Makasih udah pernah sempat menerimaku apa adanya. Memujiku, menyanjungku. Makasih.
Semoga kamu bisa menetap menjadi mahasiswa di universitas yang kamu idamkan.
Maaf aku masih mengusikmu dengan pengharapan dan keluhanku selama ini.
Met belajar yaaa :)
0 komentar