Aku ingkar, beneran ingkar. Aku mengingkari janji sakralku. Janji yang disaksikan oleh Merah Jambu (boneka teddy bear pemberian Nur), Nina, dan Nanda selaku adek kandungku sendiri. Aku mengingkarinya, padahal aku sangat yakin janji itu akan tertepati.
Sebenarnya janjinya cukup sederhana, semua orang juga bisa untuk menepatinya. Janji ini ku buat atas dasar rasa kejenuhanku akan hubungan-lebih-dari-sekedar-teman yang selama ini aku tekuni (huh lagaknya). Ga ngerti? Hmm gini, setelah putus dari Nur (please sebenarnya aku ga mau bahas ini), aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku ga akan pacaran lagi untuk setahun ke depan. Minimal pada hari ulangtahunku lah. Aku sudah menggembar-menggemborkan janji ini ke Nina, Nanda, dan tentu saja ke Merah Jambu. Tekadku sudah bulat, aku pengen melajang selama setahun. Pengen ikutan fokus pada pendidikan. Dan aku pun beneran fokus. Pekerjaan rumah ga keteteran lagi seperti layaknnya waktu aku pacaran. Smsan pun jarang, palingan cuma sms nyampah gitu, buang-buang bonus gitu. Jalan menghabiskan malam minggu sudah ga ku lakukan lagi, ku habiskan dengan membaca apa saja yang bisa dibaca yang tergeletak di meja belajarku. Bebas rasanya, aku bahagia menjadi lajang. Jauh dari perasaan resah gelisah memikirkan dia dimana, dengan siapa, sedang berbuat apa. Ga ada kekangan. Aku si lajang yang mampu berdiri sendiri. Itu semboyan yang terpahat di jiwaku.
Tapi lihatlah diriku sekarang. Di hari ini, tanggal 17 Agustus ini, di saat perayaan atas Indonesia yang telah memerdekakan dirinya dari belenggu penjajah, justru aku merasa aku ga bisa memerdekan diriku sendiri dari belenggu ‘mudah menjatuhkan hati’. Aku jadian sama Rudi. Waktu malam sebelumnya pas aku lagi buber bareng Nina, Shela, Lhely, dan Wilda, smsnya Rudi dibaca sama Nina. Ternyata Nina sudah tau semuanya tentang kedekatan kami jauh sebelum dia baca sms itu. Aku gugup, kalut. Aku takut Nina marah. Nina langsung balas smsnya Rudi. Lalu Nina mengajukan syarat, kalau Rudi mau nembak aku, harus di hadapan SHECOM. Lengkap, harus lengkap. Kalau nembaknya dihadapanku aja, berarti itu ga sah. Rudi pun sms ke nomornya Nina dan Lhely. Dia protes, malu katanya. Nina tetap bersikeras, dia bilang harus nembak pada malam itu. Nah pas jam tujuh itu kah habis buka puasa, Rudi bilang dia mau kerumahku. Nina (lagi lagi) nyuruh dia nembaknya di SCP aja, di hadapan Shecom pokoknya. Pas jam 8, Rudi sms katanya dia udah ada di rumahku dari jam. Aku murahan ya? Ah jahatnya, ah jijiknya aku! Aku jahat, ga memikirkan perasaan Nina! Aku menjijikan, begitu mudahnya didapatkan!
0 komentar