Kata hati emang ga bisa berbohong. Sejauh ini aku berusaha membantah kata hatiku, dan akhirnya aku merasa malu sendiri.
Aku mempertahankan keyakinan yang seharusnya diruntuhkan. Aku yakini dia akan datang dengan dirinya yang dulu, seseorang yang tersenyum lebar bahkan tertawa melihat kecerobohanku, seseorang yang menggengam tanganku erat dan menatap mataku dalam dalam, seseorang yang memanggilku 'karena kamu cuma satu". Dia M. Noor. Still the one ku..
Kata hati emang ga bisa berbohong. Kata hati berujar Nur akan meninggalkanku, tapi aku membantahnya. Aku membangkang dengan kata hatiku sendiri.. Mungkin lebih tepatnya, aku membohongi diriku sendiri. Ku harap pembohonganku berbuah manis.Semanis dulu. Bukan kayak sekarang yang menghilang, menjauh, mendekati wanita lain, menutup mata dan telinganya. Bukan itu yang ku mau, tapi itu yang terjadi..
Kata hati emang ga bisa bohong. Harus kuakui itu. Karena buktinya sudah ada di depan mata.
Kata hatiku membuktikan ucapannya. Dia akan meninggalkanku? Yap, benar.
Malam kemarin satu sms mampir di hapeku. Isinya... aah, aku ga pantas untuk menuliskan sms dari orang agung itu. Ya, agung. Agung karena dia punya kuasa untuk membuat budak menyembahnya memohon mohon kasihnya. Siapa lagi budaknya kalau bukan aku.
Dengan tangan gemetar, aku balas sms itu. Aku berusaha kelihatan 'mahal' di sms balasanku, dengan tidak mengumbar kata memohon meminta alasan kenapa dia mutusin.
Lima menit, sepuluh menit... setelah pesan sudah terkirim dan ga ada balasan dari dia, aku langsung telpon Dea. Nangis dengan membabi buta. Dea berusaha nenangin aku dengan wejangan-wejangannya, tapi itu masih ga bisa ngeredain tanjalku sepenuhnya. Tanjal tanjal ingus bececeran tisu banjir. Haaah, cuma NUR yang bisa, Dea...
Kata hati emang ga bisa bohong. Sudah sering kata hatiku menjagaku supaya aku ga nangis lagi karena diputusin. Haha, ini ketiga kalinya aku diputusin ya. Tapi ini pertama kalinya aku meraung raung, sedih banget rasanya, ga pernah kayak gini sebelumnya. Soalnya aku ga tau kenapa dia mutusin aku. Perasaanku aku sudah coba ngerti dia selama seminggu ini. Ya kan? Masih kurang aku mencoba puasa mikirin sda, sibuk baca baca majalah lama supaya ga tergoda buat sms dia, mau tau kabar dia? Ga liat aku memendam kekesalan saat dia wall2an sama cewe yang dulu sempat dia suka? Aku sudah coba berbagai metode berpikir positif ala Nina Rahmadani. Aku sempat menekan dalam dalam perasaan tak dianggap itu. SUDAH !
Haha, ternyata ini imbalannya... #aku ga bermaksud sombong dengan membeberkan pengorbananku. kelegaan yang kucari.
Kata hati emang ga bisa bohong. Aku menangis di depan adekku tanpa malumalu lagi. Saat mau keluar kamar, ku pakai kacamataku sebagai alibi mata bengkak, lalu terduduk lesu di depan tv. Mataku memang mengarah ke layarnya, tapi pikiranku melayang kayak layangan lepas. Apa salahku? Dosa apa aku? Huaaaaa alay sih. Aku lampiaskan nafsu curhatku sama kakak pertamaku. Dia ikut menangis liat aku nangis. Dia ikut murka pas aku murka. Dia ikut ingusan pas aku ingusan. Mirip latah.
Kata hati emang ga bisa bohong. Malam terasa panjang untuk dihabiskan pada saat itu. Merutuki, mencaci, memaki, menyesali. Sudah, sudah, aku ga bisa berpura pura lagi jadi seorang Icha yang bahagia bisa pacaran dengan cowo impiannya. Aku lelah nangis sembunyi sembunyi lagi. Bantal guling sudah jenuh menyamarkan isak tangisku. Setelah bangun pagi, rasanya kepala ini berat banget. Aku masih ngarep kalau itu cuma mimpi. Cuma mimpi. Tapi tetap aja, ini kenyataan. Ugly truth..
Kata hati emang ga bisa bohong. Saatnya aku ikhlas menerima kejujuran kata hatiku itu. Bahwa dia telah meninggalkanku dengan ketidakjelasannya. Lagi lagi aku kalah dengan kata hatiku sendiri. Dan jangan sampe dia datang kembali kepadaku dengan sebuah alasan. Aku harus menuruti titah kata hatiku. Lupakan dia, tapi jangan sampe benci dia. Anggaplah rasaku dulu ke dia adalah roti selai srikaya. Ketika dia pergi, aku harus membuang selai srikaya itu. Membiarkan roti itu itu tawar rasanya, seperti dahulu ketika sang roti belum mengenal selai srikaya. Roti tawar.. Perasaanku kini kucoba untuk tawar terhadapnyaa..
Kata hati emang ga bisa bohong. Maafkan aku yang selama ini memercundangimu, wahai kata hatiku. Mulai sekarang, aku akan rajin menanyakanmu, mana yang harus ku pilih, ku lakukan. Terimakasih atas kejujuranmu.
0 komentar