Andaikan Bisa Berguru Pada Orang Mati
- 15.16
- By Icha Hairunnisa
- 0 Comments
Entah apa yang ada di pikiran Bu Nuraida, atau yang biasa kami (anak-anak SMK Negeri 1 Samarinda) panggil Bu Ida. Setelah mengamanatkan Ivonny untuk menjadi 'model' atawa pembaca puisi pada ujian praktek sastra tanggal 09 Maret 2011 nanti, eeh ibunya memanggilku untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan ujian sastra itu.
Bingung ngebacanya? Gini loh, anak kelas 3 nya tuh kan lagi musim-musimnya ujian tertulis dan ujian ujian praktek gitu (bweee kesian deh loe para kelas 3 :p). Nah, tanggal 09 Maret nanti, anak-anak kelas 3 dari berbagai jurusan di SMKN 1 akan menjalankan ujian praktek dalam pelajaran seni sastra dan teater. Seluruh jurusan bo, yaitu Akuatnsi, Administrasi Perkantoran, Marketing,Multimedia, Usaha Perjalanan Wisata, dan Teknologi Jaringan dan Komunikasi.. Wew, kebayang deh malunya. Pertamanya sih Ivonny yang ditunjuk buat membacakan puisi di depan anak-anak kelas 3 yang tengah ujian, trus mereka akan menilai dan mngerjakan soal soal yang berkaitan dengan puisi yang telah dibacakan tersebut. Lah lah lah ternyata, Ibu Aida ngasih amanat ke aku buat merapalkan puisi itu, terjun ke dunia sastra (ceilaaaah) with Ivonny. Kata Bu Aida sih, waktu pas aku baca puisi judulnya "Ayah" (karyaku sendiri looooohhhh, haha sombongnyaaa:D), aku bagus dalam membawakannya. Jadi ya beliau mempercayakan puisi itu kepadaku. Hihhihihihi, tingkat kepedeanku naik 99% ^^
Setelah mencatat puisi tersebut, aku membacanya perlahan lahan. Dimanapun aku berada, orang-orang akan menemuiku yang tengah memegang kertas lecek berisi puisi tersebut. Aduh aduh, sumpah deh, aku agak mandek gimana cara ngebacanya, gimana cara menghayatinya. Penasaran seperti apa puisinya??
Berikut sepenggal puisi yang berjudul "Sepanjang Jalan Indonesia"
SEPANJANG JALAN INDONESIA
Karya: Nanang Suriadi
"sepanjang jalan Indonesia, buku buku terbakar,
wartawan terbunuh, tentara terbunuuh, mahasiswa terbunuh,
orang-orang terbunuh, sia-sia..."
sia-sia? tak kau tahu siapa yang menurunkan siapa,
siapa menaikkan siapa. jangan macam-macam bicara.
kambing hitam kau namanya.
"sepanjang jalan Indonesia, sepanjang sejarah hitam,
sepanjang darah tercecer. catatkan namamu pada halaman-
halaman yang terlipat.."
siapa melipat? jangan bicara tanpa fakta. provokator kamu !
"sepanjang jalan Indonesia, dihadang kapak merah,
dihadang preman politik, dihadang calo kekuasaan.."
matamu! sini tak hajar! kamu tahu siapa di belakangku?
hitung, berani ngomong lagi?
aku bakar rumahmu, aku...prek!
"sepanjang jalan Indonesia, sepanjang sunyi, puisi-puisi sepi.."
nah, begitu baru puisi !
Sumpah, susah bengettttz untuk menghayati isi puisinya. Puisi ini memerlukan suara nge bass dan emosi yang tinggi. Aku udah pernah mencoba membacakan puisi ini di depan Bu Aida.
Kata Bu Aida..
"Hairunnisa, suaramu sangat melankolis ya, cempreng gitu. Terus kalau nadanya meninggi, malah jadi melengking gitu. Kamu ga bisa marah ya orangnya? Emosimu kurang di bait 2 4, dan 6 ini ,Nisaaa, kamu harus kelihatan marah."
Mendengar kritikan itu, mau terjun ke jurang rasanya, terus mati, lalu dihidupkan kembali menjadi orang baru. Yang suaranya ga cempreng dan ga melankolis.
Berullang kali aku latihan, membentuk suara 'berat'. Ga mungkin kan aku harus menaroh tumpukan batu bata di leherku, supaya suaraku menjadi berat total. Ga mungkin juga kau harus menenggak es es sari manis penyebab batuk. Satu-satunya jalan adalah dengan menggunakan pernafasan perut. Dengan nafasku yang pas-pasan dan cenderung pendek, kecuali di saat buang angin, aku berusaha membaca puisi dengan suara yang diberat-beratkan. Bu, saya gak sanggup BUUUUUUU...
Sudah ku coba berlatih di depan cermin lemari pakaian. Yak, ekspresi udah dapet.
Sudah ku coba merekam suaraku ketika membaca puisinya Tetap cempreng. Tetap melengking :(
Iseng iseng aku buka Youtube, terus aku lihat video deklamasi puisi dari W. S. Rendra. Wow wow wow.. aku berdecak kagum, tepuk tangan sendiri memandang layar laptop. Hebat banget ni Om Rendra (sok akrab benget ya manggilnya OM), cukup dengan berdiri diam terpaku. semua penonton menyaksikan dengan tegang, gemetar. Om Rendra ga perlu berjumplaitan ke sana ke mari demi menarik perhatian penonton. Cukup dengan gerakan tangan yang melambai, dan mata yang seolah berbicara, penonton jadi terhipnotis.
Lalu aku menemukan ini... :
Budayawan dan penyair kelahiran Solo, 7 November 1935 bernama WS Rendra meninggal dunia dalam usia 74 tahun pada Kamis sekitar pukul 21:30 WIB setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok Jawa Barat.Penyair yang sering dijuluki sebagai "Si Burung Merak" itu sempat dibawa pulang ke rumah Kompleks Pesona Kayangan Depok.Namun WS Rendra yang mengidap komplikasi penyakit harus dirawat lagi di RS Mitra Keluarga Depok.
Lalu, Kahlil Gibran adalah seorang sastrawan perantauan (Mahjar)Ia la Kahlil Gibran meninggal dunia tepat pada tanggal 10 April 1931 jam 11 malam. Ia menderita penyakit sirosis hati dan TBC, tapi ia selalu menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir ia hidup, Kahlil Gibran dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village. Jenazah Gibran kemudian dimakamkan pada tanggal 21 Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di mana ia pernah beribadah di sana. Ia lahir pada tanggal 6 Januari 1883.
Tokoh tokoh itu jadi panutanku, jadi alasanku untuk gigih berjuang di dunia seni.
Aku pengen banget berguru kepada mereka.Aku pengen tau kiat-kiat menulis puisi yang menggugah hati dari Opa Kahlil Gibran. Aku pengen belajar cara ampuh deklamasi puisi yang bisa bikin penonton gemetaran dari Om Rendra. pengen banget :*
Aku pengen banget jadi penyair profesional, selama ini aku biasanya cuma baca puisi sedih mewek aja.
Nah, aku pengen aku bisa baca deklamasi segala macam puisi gitu deh *amin amin
Sayangnya, mereka sudah wafat, telah tiada. Andaikan aja aku bisa berguru pada mereka, huhuhuhuhuhuhuhu :((((
Sekarang, harapanku cuma satu. Semoga aja aku bisa mendeklamasikan puisi tersebut di hari Rabu nanti. Aku gamau aah ngecewain Bu Aida. Aku mau buktiin kalau aku tuh 'orang seni beneran' :)
OM RENDRAAAAAAAAAAAAAAA
OPA KAHLIL GIBRANNNNNN.
Berkati aku :)
0 komentar